Kita mulai melupakan belenggu daripada badan. Kita hanya dipaksa untuk mengikuti keinginan indria/aku tanpa tahu persoalan. Kalau sudah demikian keadaannya, kenyamanan dan keamanan tidak mungkin berjumpa. Dengan kembali menyatu kepada Tuhan, beliau akan bertanggung jawab terhadap semua hasil ciptaan-Nya, seperti hubungan orang tua dengan anak.

Yang menjernihkan pikiran akan mengenal kewajiban dan mengenal diri. Mengetahui apa yang diperlukan oleh diri (tahu diri). Dengan demikian munculnya kreatif dalam diri manusia. Dus dengan demikian kekuatan utama manusia adalah berpikir, sehingga mampu memikirkan dirinya sendiri. Dengan menyatu pada Sang Pencipta, akan ada yang mengayomi sehingga muncul kemauan untuk berbuat dan mampu mengatasi kemelut diri sendiri.

Tidak ada sesuatu yang dimulai lewat susah. Kalau ada yang mendapatkan lewat senang pasti nantinya akan susah. Suka dan duka tidak dapat dipisahkan, ibarat pisau bermata dua. Apabila dilihat dari kedua sisi akan mendapat kepuasan. Setelah mendapat kepuasan itulah yang disebut suka tan pawali duka. Hubungan tersebut di atas dapat digambarkan seperti di bawah ini :

Menyatu dengan Tuhan–Berpikir–ada perlindungan–memikirkannya–bekerja–tidak susah.

Mampu menyadari diri. Alangkah sulitnya hidup di dunia karena tuntutan keperluan hidup. Yang membuat susah adalah tuntutan hidup. Yang memaksa juga tuntutan hidup. Keberhasilan-keberhasilan dalam hidup merupakan tabungan kepuasan.

Selaku manusia lahir beberapa kali, setiap kali lahir membawa hutang. Bukalah diri sendiri agar mendapat kejernihan pikiran.

Perilaku takut dianggap menimbulkan prasangka buruk pada orang lain. Orang ini belum mengerti makna dari suatu kehidupan. Dalam diri kita belum terbebas pada hal-hal yang membawa kita takut.

Dalam diri manusia penuh gejolak, dirinya tidak mampu mengatasi dirinya sendiri sehingga ia berprasangka kepada orang lain.