Sifat keakuan yang terlalu tinggi membawa ketakutan. Dari ketakutan timbullah sifat kepura-puraan. Ketakutan yang terlalu dalam menimbulkan over acting. Misalnya di dalam rumah tangga, siapa yang berbuat tidak benar pasti dia berpura-pura. Dalam sikap mental ketakutan, orang tidak mungkin menemukan ketentraman, karena ketakutan ini orang sulit untuk menemukan kebahagiaan.

Dalam puncak masa sekarang manusia dihantui oleh ketakutan yang luar biasa. Orang yang membunuh adalah orang yang takut. Kalau orang yang memiliki keberanian, tidak mau membunuh orang.

Siapapun yang mempunyai ketakutan terlalu banyak perilakunya pasti pura-pura. Ketentraman dalam dirinya sama  sekali tidak ada. Dari ketakutan-ketakutan ini orang sulit sekali merubah dirinya. Bayangan jeleknya menghantui dirinya, terpaksa berprilaku di luar kewajaran. Akhirnya orang jengkel melihatnya. Dalam dunia ketakutan tidak ada ketentraman dalam  diri manusia dan selalu terjadi persaingan yang tidak sehat.

Kenyataan sekarang jika dikaitkan dengan cerita : para kesatria Korawa telah gugur, yang tinggal para istri/janda saja. Dalam kehidupan dulu, sang istri tinggal di rumah. Sekarang suami tidak ada. Bagaimana perasaan seorang ibu jika demikian? Hancur kan? Tentu menangis/sedih terhadap nasibnya. Kalau kita lihat di zaman sekarang orang-orang kehilangan konsep/arah pikirannya, kehilangan ketentraman hidupnya, bagaimana sedihnya? Oleh karena itu disebut zaman kesedihan/ ketakutan.

Dengan sifat ketakutan, keinginan tinggi tetapi kemampuan tidak ada. Akhirnya tidak mau berusaha atau bekerja.

Manusia telah kekosongan dari suatu arah kehidupan, ibarat layang-layang putus. Munculnya aliran bela diri merupakan suatu hal ketakutan manusia. Akibatnya segala prilaku menjadi serba ragu. Orang akhirnya ceplos-ceplos karena keraguan. Manusia serba ragu dalam memproyeksikan dirinya menuju masa depannya.

Dalam usaha/business manusia/pedagang memiliki keraguan sehingga sikapnya temporer. Tidak ada sesuatu yang tidak membawa resiko, akhirnya ragu. Apapun yang dilakukan dengan keraguan hasilnya merugikan dirinya sendiri (kekecewaan). Tidak akan pernah menguntungkan. Tekanan Krishna pada Arjuna : “Berusahalah, bekerjalah, untung dan rugi bukan anda yang menentukan.” Untung dan rugi kenyataan yang menentukan.

Jika memilliki pengertian hidup, kita berani menghadapi kesulitan hidup. Kita harus berani mengambil sikap yang jelas dan tegas. Keraguan pada kita, kita akan dijadikan bola, ditendang ke sana ke mari. Kalau kita mudah diatur, kebebasan kita hilang, kebahagiaan itu sendiri juga hilang. Dengan memiliki konsep yang tegas berarti ada keberanian untuk menghadapi/menjalani masa depan atas dasar kemampuan yang ada, dan kita tidak akan pernah malu. Kalau kita tahu orang kecil berbuatlah seperti orang kecil. Kita harus tahu tandingan. Orang yang salah tanding mengakibatkan frustasi.

Semua permulaan adalah kesulitan (all beginning are difficult). Perencanaan yang baik 50%, pekerjaan baik (selesai). Kebesaran jiwa manusia tergantung dari keberanian menghadapi masa depan. Kalau dia takut, berarti hasilnya hanya sakit hati. Jalan apa yang diberikan oleh Tuhan tergantung pada bekal pribadi.