Orang menganggap dirinya yang paling segalanya, yang lain dianggap sepele. Orang-orang cuek, lalu apa yang dia bisa pikirkan?

Mengerti kekurangan dalam diri kita. Yang ada sebenarnya kekurangan tidak ada kelebihan. Belum pernah berpikir terhadap dirinya sendiri. Kita tidak mampu memperhatikan kekurangan yang ada pada diri kita. Manusia hidup dalam kekurangan. Dia berpikir dalam proses perjalanan.

Berpikirlah ke depan. Manusia selalu berusaha. Berdoalah seolah-olah kamu merasa mati besok. Agar kematian kita tidak mengalami hal-hal yang tidak benar. Bekerjalah kamu seolah-olah hidupmu  masih 1000 (seribu) tahun lagi. Bekerja mempersiapkan diri, tuntutan makin banyak.

Jangan terjebak pada ungkapan “sudah kaya”, pemikiran itu dari mana? Makin ke depan perlengkapan hidup makin banyak yang dibutuhkan. Berpikir ke depan, jangan cuek. Bergaulah yang memberi dorongan positif.

Pikiran berdasarkan fakta nyata (realita). Inilah yang disebut adnyana, bukan akal-akalan.

Pengetahuan manusia tidak ada artinya dengan apa yang tercipta dari Tuhan. Apalah artinya pikiran manusia? Sumber analisa pikiran kita sudah tidak ada, lalu kita semau gue, tidak didorong oleh pikiran-pikiran yang menuju keselamatan.

Manusia tidak memperhatikan lingkungannya. Manusia dengan ajaran Tri Hita Karana (tiga aspek kehidupan yang menolong kehidupan) terputus. Hubungan manusia dengan Tuhan hancur, hubungan manusia dengan sesama hancur, demikian pula hubungan  manusia dengan lingkungan alamnya hancur.

Manusia selalu berdoa/mensyukuri. Apabila pikiran kita jernih, kita tahu  masalah dunia ini, dan dampaknya tidak mengenai diri kita.

Penyesalan tidak bisa dihindari karena akibat  dari prilaku kita. Tetapi sudah terlambat karena pikiran kita dikuasai oleh suatu ego.

Hubungan manusia dalam bentuk kerjasama dalam membangun diri dan masa depan yang lebih baik, menjaga keamanan hidup bersama. Manusia perlu menyatukan diri sebab tidak bisa mengurusi diri sendiri. Kekuatan dalam membangun adalah kepercayaan diri. Mengerti apa yang dimiliki, sehingga mudah memanfaatkannya. Berpikir sendiri-sendiri berarti menyakiti orang lain, dan tidak ada gunanya, tetapi berpikirlah bersama-sama.  Kepentingan bersama yang didahulukan. Kita belum mampu menjaga persatuan.