Dalam menuju ke kedewasaannya putra Kuru berguru pada Bhisma, Krepa, dan Drona. Bhisma sebagai kakeknya, dalam mendidik agar putra Kuru mempunyai wadah yang kuat dalam menampung semua pengetahuan dan penderitaan yang akan diterima mereka. Tanpa mempunyai wadah kuat kita tidak akan mampu menerima semua kebijaksanaan yang akan menjadi bekal kita hidup.

       Setelah wadah yang dimiliki itu kuat dengan isi yang terpelihara baik di dalamnya, sehingga apa yang dimiliki, baik yang berupa ilmu pengetahuan maupun harta benda materi yang menjadi keperluan hidup, tidak akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu perkuatlah diri dahulu dengan iman yang kuat, dengan kemauan yang teguh, serta konsep pemikiran yang diyakini. Dengan ketiga ini semua yang kita akan terima itu baik yang berupa cobaan, sanjungan dan ganjaran tidak akan dapat menggoyahkan hati dalam menuntut ilmu serta dalam setiap usaha yang dijalankan.

       Setelah Bhisma selesai, putra Kuru diserahkan pada Krepa. Krepa dan Krepi adalah saudara kembar dari kelahiran Gandewa sebagai ibunya sedang ayahnya adalah Sradwan putra Gotama. Bila kita melihat ibu dari Krepa adalah Gandewa. Gandewa adalah busur panah, yang gunanya untuk mengarahkan anak panah, agar dapat mengenai sasarannya dengan tepat. Oleh karena itu Krepa berarti suatu alat atau cara untuk mengarahkan pengetahuan yang dimiliki itu agar dapat dipergunakan dan dapat mengenai sasarannya.

       Gandewa adalah hasil buah cipta dari gadis kenikmatan dunia, sebagai pemuas nafsu, yang nantinya akan memihak Kurawa dalam perang Bharatayudha. Walaupun maksud baik yang menjadi sumber atau keyakinan yang ada dalam diri sendiri, tetapi karena pengarahan yang bertentangan dengan kebaikan yang dimiliki berakhir pula dengan pahala yang tak baik. Oleh karena itu haruslah dapat mengarahkan segala yang dimiliki atau dipimpin kepada sasaran yang tepat pada sasaranya, walaupun mungkin tidak akan dapat memberikan kenikmatan untuk sementara, tetapi akhirnya akan dapat menikmati kelak. Setelah berguru pada Krepa, akhirnya tiba gilirannya Drona sebagai guru yang ahli dan materialistis. Inilah guru yang mau dipengaruhi oleh muridnya sendiri karena takut akan kehilangan materi dunia yang memberikan kenikmatan hidup. Dronalah seorang guru yang menggunakan pengetahuan yang dimiliki dengan kesucian yang ada padanya, untuk dapat melakukan pemerasan dan penipuan yang akan dapat memberikan keuntungan pada dirinya. Ini dapat kita buktikan sebelum Drona sebagai guru putra Kuru, dia telah diusir oleh Raja Drupada, ketika suatu waktu kedatangannya ke sana dengan etika yang bertentangan dengan etika seorang Rsi.

       Drupada adalah ilmu tata kehidupan dunia, yang mampu mendapatkan kenikmatan dunia dengan cara yang terhormat. Oleh karena itu di sini saya dapat mengambil kesimpulan yang dibawa oleh Rsi Drona itu ialah ilmu pengetahuan yang tidak baik. Ini dapat dibuktikan oleh anaknya sendiri yaitu Aswatama yang mempunyai pengertian sifat licik. Dalam hal ini dapat dilihat adanya kekuatan yang bertentangan antara putra Korawa yang materialis egoistis dengan putra Pandawa yang penuh tatwamasi. Walaupun wadahnya sama, pengarahannya sama serta pengetahuan yang diterimanya sama, tetapi yang menjiwainya sama berbeda, sehingga menimbulkan sasarannya yang berbeda dan bertolak belakang (Wiswamurti).