Marilah kita lihat usaha yang dijalankan oleh Korawa untuk mengetahui di mana persembunyian Pandawa. Mata-mata disebarkan ke seluruh penjuru dunia. Namun hasilnya nihil. Setelah Duryodhana mendengar kematian Raja Kincaka yang amat sakti yang dibunuh oleh Gandharwa maka timbul niat jahatnya. Duryodhana akan merampas ternak Wirata yang ditempatkan di Trigarta dan sebagian mendekati Wirata. Terjadilah pertempuran dan Raja Matsya tertawan di Trigarta. Pandawa datang membantu kecuali Arjuna. Para Korawa lari dan Raja Matsya dapat dibebaskan. Tetapi Korawa yang mendekati Wirata dapat berbuat sekehendak hatinya. Namun atas saran Sairindri, Wrahatnala akhirnya menjadi kusir Raja Utara. Utara melihat musuh yang sangat banyak akan melarikan diri dari pertempuran.

Demi mendengar Wrahatnala adalah Arjuna, Raja Utara kembali semangatnya. Pertempuran terjadi. Korawa lari mengundurkan diri. Setelah selesai pertempuran melawan Korawa maka mereka kembali  ke Wirata. Demi mendengar laporan Raja Utara dapat mengalahkan Korawa maka diperintahkan untuk menjemput dengan kereta kebesaran. Tetapi laporan itu mempunyai kenyataan yang lain. Bukan Utara yang dapat mengalahkan tetapi Wrahatnala. Waktu tinggal 3 (tiga) hari lagi bagi Pandawa. Demi Pandawa telah genap 13 (tiga belas) tahun dalam hutan menjalani hukuman dengan selamat, maka Pandawa menghadap Raja Matsya dan menerangkan sebab-sebab mereka mengabdi pada raja Matsya. Raja sangat girang mendengar tutur Pandawa yang tak tersangka-sangka. Arjuna hendaknya dipungut menjadi menantu dan hendak diberikan Dewi Utari. Namun Arjuna menolak, dan Dewi Utari akan dikawinkan dengan Bhimanyu. Ini adalah akhir cerita dari Pandawa masuk hutan.

          Seperti apa yang saya jelaskan bila perbuatan itu sebagai hasil dari pengertian, maka orang yang berpikir sepihak tidak akan dapat menemukan. Begitu juga kekaburan orang yang dipimpin oleh pengertian yang hanya dapat dilihat dengan indria saja yang menjadi kebenaran, pasti tidak akan mendapatkan apa yang terkandung di dalamnya. Hanya dengan mata pengetahuan dan dengan tahu akan persamaan dalam perbedaan serta perbedaan dalam persamaan. Dengan cara bagaimana Korawa memandang, begitu juga sang urippun tidak akan dapat melihatnya. Tadi saya sudahkan angka 3, yang merupakan arti dan maksud dari Tri Samaya, yaitu : Desa, Kala, Patra. Kedua  sudah genap 13 tahun dalam kebingungan untuk mendapatkan satu pengertian hidup sebagai manusia yang biologis dan manusia rohaniah agar dapat menemukan kebahagiaan abadi (Ananda). Tri gartha juga dapat diartikan dengan Tri Purusartha atau Kama, Artha dan Dharma. Nafsu untuk sementara menguasai, tetapi dengan kenyataan hidup Kama bukanlah nafsu.

Tiga pada angka tiga, berarti telah dapat memenuhi keinginan Tri Antah Karana, dengan pelaksanaan Tri Kaya Parisudha dengan tidak melupakan Tri Samaya. Satu dimuka adalah merupakan pengertian untuk memenuhi keinginan waktu hidup. Satu ditambah tiga menjadi empat atau catur, catur berarti  dapat mengisi menurut keperluannya,  atau dapat melakukan kerja menurut fungsinya. Dan hal ini telah saya jelaskan pada waktu Pandawa mengalahkan tetangganya, sebelum meresmikan keraton Indraprastha yang dibuat oleh Raksasa Maya. Kenyataan yang akan menentukan benar dan salahnya, karena telah dapat membedakan yang perlu dan tak perlu, sehingga tak akan dapat merasakan suka atau duka. Pengertian ini yang dapat membela  jiwa ke-Tuhanan, dari kekaburan pandangan dari dua segi maya dan sejati. Sebagai hadiahnya adalah Dewi Utari. Juga diceriterakan, bahwa kejadian itu pada waktu kurang 3 hari lagi Pandawa bebas dari hukuman. Dewi Utari adalah cara untuk menegakkan iman dan Abimanyu atau disebut Bhimanyu suatu kemuliaan di dunia, dengan melakukan amal bhakti. Jadi jelaslah keagungan hidup di dunia akan lahir dari kebijaksanaan akan kesadaran akan kekuatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Keagungan itu akan diberikan arah oleh kekuatan inti hidup untuk menegakkan keimanan yang teguh serta luhur dalam memimpin dan mengalahkan sifat-sifat yang gelap (Adharma). Inilah merupakan suatu contoh teladan untuk menemukan kemuliaan serta tujuan hidup di dunia dalam menuju kebahagiaan.

Dengan demikian apa yang saya janjikan dapat saya penuhi. Tetapi saya tak lupa minta maaf, seperti apa yang saya nyatakan pada buku pertama. Semoga juga buku ini dapat bermanfaat. Sayapun tidak akan berjanji, tetapi bila Tuhan mengizinkan saya sambung dengan lanjutannya. Lanjutan khusus mengenai Perang Bharata Yudha pertempuran antara Korawa dan Pandawa (Wiswamurti).