Orang yang mempunyai kebersihan pikiran, dia tahu apa yang dia minta. Manusia yang berdarah, manusia yang bernafsu. Oleh karena itu, bagaimana nafsu diarahkan, dan bukan dirubah, dibunuh/dipotong sehingga hasilnya merupakan suatu kebutuhan hidup. Tidak akan menyiksa hidup (rahayu).

Semua manusia diberi keinginan daripada tuntutan darahnya. Jika nafsu ini tidak diarahkan akan menjadi serakah. Jika tidak terkendali maka nasib manusia lebih rendah/jelek dari binatang. Menginginkan hidup rahayu tidak mungkin. Apa menyalahkan nafsu? Bukan nafsu yang salah tetapi karena tidak mendapat arahan, sehingga tidak memiliki bayangan hidup yang bagaimana kehidupan rahayu itu. Nafsu diarahkan = diayu-ayukan. Nafsu melahirkan Dasendria, yang kelihatan adalah Panca-indra. Nafsu = rajas. Nafsu ini diawali dengan adanya keinginan- keinginan.

Orang yang banyak itu kan di bawah bukan yang banyak di atas. Pada umumnya yang lebih banyak itu adalah yang berkehidupan tamas. Sifat tamas memakan dosa yang terbanyak dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan tamas, orang malas. Kalau kita berfikir “banyak orang”, pikiran kita sudah malas. Cerita malas adalah serakah-serakah saja, namun tidak menemukan senang. Oleh karena itu tidak pernah memberi kepuasan rohani. Orang yang serakah, karena tidak pernah sampai ke lubuk hatinya. Kehidupan yang begini tidak pernah rahayu. Bagaimanapun berusaha selalu merasa tidak puas setelah mendapatkannya. Sebelum ada sangat diharapkan, sebab apa yang menjadi tuntutan tidak ada dalam bayangan hatinya. Orang tamah tidak mau diajak berpikir/ memikirkan.

Kepandaian manusia sekarang adalah menuntut. Tenaga pelajar diarahkan naik (ke sabda). Mengarahkan dari turun menjadi naik. Kalau lewat kepala maka betul-betul dirasakan oleh hidup ini. Dengan demikian ada gambaran yang memberikan kepuasan bathin. Karena apapun dia tidak menuntut  (pikiran yang di dalam) tetapi dia akan memberikannya karena ada tabel keperluan hidup. Apa kita sudah memiliki gambaran di dalam hidup kita dalam menuju kesejahteraan hidup? Rajah itu turun gampang, tetapi memperbaiki sulit. Pikiran yang dibawa naik memberikan kesempatan pada pikiran untuk memikirkan hidup (kesulitan-kesulitan yang harus dijalani). Sifat tamas tidak mau memikirkan kesulitan. Energi kita angkat, yang mengakibatkan pikiran bisa berkembang untuk mengatasi hidup ini.

Jika sifat rajas-satwam sudah baik berarti kita memiliki kebebasan. Sesuatu barang yang tidak memiliki daya guna menjadi penyakit.