kawanku,

hari telah hampir siang,

burung-burung telah mulai bangun,

menyanyikan lagu perjuangan,

karena telah rindu akan kedamaian

kawan,

lihatlah sinar terpancar di ufuk timur,

memperlihatkan dirinya yang megah,

memberikan kelegaan dan kebahagiaan,

telah sekian lama terpendam dalam kegelapan.

kawan,

detik-detik perjuangan antara siang dan malam,

antara sifat yang gelap dan terang,

antara dharma dan adharma.

lihatlah hai kawan,

Tuhan telah memperlihatkan kemahakuasan-Nya,

dalam memutar roda kehidupan,

dalam melebur kegelapan.

sinar pagi telah menunjukkan dirinya,

sambutlah dengan kegembiraan,

bersyukurlah,

berdoalah,

dengan perjuangan,

pengorbanan,

menjemput sinar kebenaran

sinar pelebur kegelapan.

bangunlah, hai kawan,

tanggalkan seluruhnya,

nikmatilah sinar pagi yang lembut,

pembawa kesegaran hidup.

kawan,

bangunlah,

kawan,

lepaskanlah diri dari belenggu,

kenikmatan malam yang mencekam,

tinggalkan kenikmatan yang mati,

tinggalkan kenikmatan yang sengsara.

bangunlah hai kawan,

lihatlah dunia terbentang luas,

alangkah indahnya pemandangan dunia ini,

serba ragam kehidupan yang segar,

bukan seperti khayalan dalam mimpi.

mimpi yang indah,

hanyalah khayalan yang hampa.

bangunlah, bangunlah, bangunlah,

singsingkanlah lengan bajunya,

singkirkan segala penghalang,

kawan,

lihatlah bunga-bunga di taman,

beraneka ragam dan indah,

segar dan menyegarkan.

marilah ke sana,

marilah kita lihat bersama,

nanti kutunjukkan jalan padamu.

dengan tidur hanya yang terlihat bayangan,

dengan bayangan kesedihan yang timbul.

lupakan itu semua,

lupakan kenikmatan dalam khayal,

nikmati kenyataannya.

lihatlah bumi yang menunggumu,

dengarlah panggilan kembang di taman,

dengan liku-liku sungainya,

dan sawah yang terbentang luas

(oleh Wiswamurti “Cuplikan dari Buku Renungan Malam Purnama di Taman Mayura”)