Sekarang saya akan meninjau sifat rohaniah yang bersifat Satwam. Seperti dasar pokoknya adalah yang bersifat gaib dan tidak mengingini materi. Namun karena juga merupakan jiwa dari jasmani maka akan mempunyai sifat yang agak berlainan. Tetapi saya akan mengusahakan sebagai anti materi. Badan roh adalah kumpulan dari karmawasana yang tersimpan dan merupakan citta. Kalau demikian berarti kebenciannya pada pada dunia materi disebabkan oleh  adanya ikatan untuk kembali lagi ke dunia.

Ini tiada lain disebabkan oleh keinginan nafsu duniawi yang tak dapat terpuaskan di dunia. Jadi inilah yang menyebabkan adanya sifat-sifat yang selalu menjadi penentang akan kemajuan tehnik modern yang selalu memberikan kepuasan setiap yang dicari dan memperbesar tali pengikat untuk mengalami kehidupan yang menyebabkan akan selalu lahir kembali ke dunia. Oleh karena itu, sifat pertama di dunia adalah Tatwamasi yang mempunyai pengertian semuanya itu adalah ditujukan kepada Tuhan. Kadang-kadang sifat yang begini akan selalu berpikir akan kelanggengan atau kekekalan. Perubahan adalah suatu yang tidak akan membawa hal yang baik, yang selalu akan menarik perhatiannya kepada dunia. Juga sifat menyendiri akan lebih banyak yang timbul. Tetapi karena sebagai roh berarti dia hidup dan untuk sang Atman. Inilah yang menyebabkan timbulnya dengan kata sattwam. Di sini pula kembali dengan lebih mengutamakan keluhuran budi. Keluhuran budi itu selalu agar bersifat Tatwamasi dengan penuh kejujuran dengan sifat tak terikat oleh hasil dari setiap usaha yang dilakukan, ahimsa, dan lain sebagainya. Sebagai gerakan pikiran yang anti akan pengaruh materi dunia, akan selalu melakukannya dengan tekun dalam melakukan konsentrasi pikiran, akan dapat menemukan sesuatu yang gaib, seperti SINAR yang sering disebut oleh orang yang mengenal seluk-beluk agama ialah dengan sebutan DEWA. Di samping itu pula, dengan pengetahuan agama yang dipandang merupakan takhyul itu adalah suatu kenyataan. Jumlah sinarnyapun tidak berbeda dengan jumlah sinar menurut teori Prisma, berjumlah 7 (tujuh) buah, dan malah dengan arah yang sesuai dengan yang diajarkan oleh AGAMA. Kedua, juga ditemukan radar mengenai gerakan dan perasaan seseorang, serta gerakan-gerakan gaib yang bersifat MISTIC. Hal ini mungkin tidak dapat dibenarkan oleh orang yang hanya mempergunakan rationya serta alat-alat yang mereka buat dengan materi dunia. Ini adalah logis, kalau mereka tidak akan mempercayainya. Pengetahuan yang di dapat dengan cara yang begini di sebut berpikir dengan INTUISI atau sangat IRASIONIL. Atau secara kasarnya tidak masuk diakal. Kalau saya membenarkan mereka, bahwa penemuan gaib itu tak dapat masuk akal. Akal adalah salah satu organ  jazad jasmani yang materiil, sedang penemuan itu bukanlah hasil penemuan dengan mempergunakan kecerdasan akal. Itu adaIah berdasarkan suatu cara YOGA dengan melepaskan pengaruh materi dunia sebagai alat pemenuhan nafsu indrya. Inilah yang menjadi sebab, mengapa golongan ROHANIAH selalu berkaok-kaok untuk meninggalkan dunia dan melepaskan diri dari ikatan-ikatan pengaruh duniawi. Begitu juga bagi yang  mempergunakan pikiran yang dengan alam berpikir alamiah dengan FAKTA-FAKTA nyata yang dapat dilihat langsung dengan mata, akan tiada segan-segan mengejek penemuan yang dipandang  bersifat TAHYUL. Namun dalam alam berpikir saya akan membenarkan kedua-duanya, karena alat yang dipakai mencarinya sama-sama berbeda. Namun dibalik itu saya sangat  menyayangkan mengapa penemuannya sendiri  yang dianggap benar ?  Mengapa pula mereka tidak saling mempertukarkan alat-alatnya agar dapat membuktikannya sendiri dari pilak lain? Kembali saya akan kenangkan kembali ajaran Bhagawad Gita, bahwa keduanya itu harus diketemukan. Ratio (Wijnana), Iratio (Jnana) itu hendaknya digabungkan keduanya untuk dapat melihat dan membuktikan akan kebesaran TUHAN. Pengetahuan gaib itu disebut dengan kata MISTIC. Untuk mempermudah saya akan berikan istilah dari sifat dunia ini dengan istilah MATERIALIS dan yang kedua dengan MISTIC. Pengetahuan ratio mengetahui hal-hal yang bersifat material, sedang pengetahuan rohani yang bersifat mistic. Bila saya kembalikan persoalan ini kepada Tri Guna, jelas akan lain sifatnya lagi. Tamah, juga berarti sifat TAMA atau sifat loba. Lebih luas lagi adalah  bersifat duniawi. Kedua SATTWAM berarti SAT dan TWAM untuk kebenaran hakekat atau Tuhan yang kekal. Rajah  berarti suatu keinginan sebagai tenaga pendorong untuk melakukan usaha mengisi keduanya itu (kuasa). Badan roh adalah suatu keinginan yang tak terpuaskan. Kelahiran disebabkan oleh keterikatan akan keinginan dunia yang belum terpuaskan. Lahir ke dunia adalah mencari benda kenikmatan untuk mengisi keinginan yang belum terpuaskan. Roh berusaha dengan sekuat tenaganya untuk menghapus segala keinginan kembali ke dunia, dan berkemauan untuk segera bersatu dengn asal yaitu SAT atau Tuhan. Inilah kontradiksi yang paradoksal. Begitu juga umat beragama, berusaha dengan gigihnya akan menilai pengaruh duniawi. Sekarang sebagai manusia yang hidup di dunia  dan beragama, yang mempunyai badan jasmani dan badan roh, yang hidup di dunia dan berkehendak untuk kelepasan (Moksa), dengan sendirinya akan mengalami gerak hidup yang kontradiksi pula. Manusia hidup di dunia harus mencari hidupnya di dunia. Jasmani adalah benda materi dan bukan benda mistic. Oleh karena itu, harus berusaha mencari hidup dengan mengolah dunia agar dapat mempertahankan hidupnya, atau dapat mempertahankan badan jasmaninya. Tanpa itu berarti mempercepat kematian. Di samping itu ingin mengisi citta yang belum terpuaskan menjadi puas. Namun begitu juga hendaknya harus ingat dengan sifat roh yang selalu mengingini kelepasan dengan menujukan hidupnya ke asalnya. Kalau telah dijalankan dengan secara seimbang, barulah dapat menikmati kesejahteraan lahir batin, dan bukan kemakmuran duniawi. Kemakmuran duniawi adalah kemakmuran jasmani dan bukan kemakmuran dari rohani. Ini adalah pincang. Ini adalah kesengsaraan rohani dan bukan kebahagiaan, kalau rohani masih mengalami penyiksaan dan penderitaan, atau juga, kalau hanya mementingkan rohani, dengan tidak memperhatikan jasmani juga pincang. Roh mendapatkan kepuasannya, namun jasmani mengalami penyiksaan dan penderitaan sehingga, tidak dapat mempertahankan hidup untuk melatih citta yang belum terpuaskan. Itu akan selalu melekat pada citta, yang  menyebabkan kelahiran kembali lagi ke dunia. Penderitaan jasmani tanpa  kesadaran akan mempengaruhi kondisi jiwa atau roh itu sendiri, malah akan dapat menambah dari keinginan-keinginan yang minta dipaksakan. Inilah suatu kesulitan.  Lalu tindakan mana yang benar? Ini salah, itu juga salah. Tindakan mana yang benar, agar dapat menemukan kesejahteraan lahir bathin ? Materialis juga salah. Rohaniah juga salah. Inilah yang menyebabkan suatu kebingungan. Bingung dalam mencari jalan yang benar, untuk melepaskan diri dari pengaruh suka dan duka. Bergerak mencari tanpa materi atau berusaha menimbun materi juga berakibat yang sama. Apatis  juga sama salahnya. Bila keadaan sudah demikian, di mana kebingungan dalam mencari fungsi hidup, goyahlah keimanan, dan goyah pula rasa keagamaan. Dus berarti lunturlah kepercayaan akan adanya Tuhan. Tempat Tuhan akhirnya diganti oleh Sang AKU. Akulah yang akan menentukan salah dan benarnya, dan bukan yang lain. Teringatlah saya akan kata-kata mutiara agama : AHAMKARA KRIYANING BEDA. Akulah yang  membuat perbedaan. Aku pula yang menentukan, mana yang baik, benar, dan mana yang jelek dan salah. Agama merupakan hiasan mulut belaka. Agama adalah sekedar varisi hidup yang mati. Hilanglah sifat-sifat kebenaran dan ajaran Tuhan. Malah yang radikal akan mengatakan bahwa agama adalah bagi orang yang suka menghayal, dan bukan bagi orang yang aktif. Agama adalah penghalang bagi orang yang akan mengisi keinginannya. Agama adalah suatu ceritra tahyul bagi anak-anak dan bukan bagi orang berpikir waras. Inilah yang menjadikan sebab dari hilangnya keyakinan beragama.  Oleh karena itu, perlulah kiranya saya ajak untuk meninjau kembali dari pengertian agama dan hidup beragama. Di samping itu, perlu juga saya ajak mencari pengertian Tuhan itu lebih dahulu, agar nanti dapat menemukan sikap dalam kehidupan. Marilah saya kutipkan mengenai agama itu sendiri. Inilah kata yang menunjukkan fungsi agama: MOKSARTHAM JAGATHITA YA CA ITI DHARMAH. Maksudnya adalah kurang lebih, dharma (agama) itu adalah bertujuan untuk mencapai kesejahteraan dunia dan kebahagiaan abadi. Agama berarti suatu wahyu suci yang bersifat kekal. Dharmah adalah suatu kewajiban hidup dalam menuju kesejahteraan dunia (hidup di dunia) dan kebahagiaan. Kesejahtraan hidup di dunia berarti agar dapat mensejahterakan hidup lahir bathin. Kebahagiaan adalah bebas dari pengaruh suka duka, atau pengaruh dari dunia materialis. Dengan telah tercapainya itu, sewaktu masih hidup disebut MUKTI, dan setelah mati disebut MOKSA. Kata moksa itu memberikan pengertian telah  bersatu dengan Tuhan. Berarti pula telah lenyapnya suatu keinginan pada citta atau hukum karma phala tidak berfungsi sebagai Karmawasana yang menjadi badan roh. Hal ini lain dengan pengertian SAMADHI dalam melaksanakan YOGA. Namun akan dapat membayangkan demikianlah orang kalau telah MOKSA.