Header image alt text

Arya Sastra

Guru yang sejati adalah seorang yang terus belajar sepanjang hidupnya.

Dengan kekalahan Arya Seta, Pandawa bersedih. Namun Krishna sangat marah. Beliau memerintahkan Arjuna untuk menghadapinya. Arjuna sampai di medan pertempuran, hatinya menjadi lemah. Senjata jatuh, demi melihat yang akan dilawan. Yang akan menjadi musuhnya seperti Bhisma, Drona dan seluruh keluarganya para Korawa. Ke semuanya itu adalah darah Kuru dan gurunya yang tak pantas dilawan. Tetapi atas nasehat Bhatara Krishna yang bijaksana, Arjuna dapat pulih kembali semangat tempurnya. Nasehat beliau yang isinya antara lain : memperingatkan akan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang satria. Juga diperingatkan, bahwa pertempuran itu bukanlah melawan keluarga, atau guru, tetapi pertempuran menghancurkan sifat-sifat yang gelap, jahat, dengki dan angkara murka. Dan juga diperingatkan, bahwa jiwa itu tak bisa dibunuh oleh siapa saja. Jiwa itu tak dapat dibinasakan. Tetapi wadahnya yang melakukan sifat-sifat adharma maka perlu harus dibunuh. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Perang Bharatayudha” (7)” »

Yaa, lupakan saja dulu, dan marilah dilihat pertempuran yang akan dilakukan oleh kedua belah pihak. Setelah mereka semua berkumpul, dan menyusun barisan masing-masing dengan cara yang dipandang sudah baik dan kuat, dan keduanya menghadapkan panglima-panglima perangnya masing-masing. Pertama berhadapan antara Bhisma yang menjadi panglima perang Korawa dan Arya Seta sebagai panglima perang Pandawa. Pertempuran tahap pertama, Bhisma dapat ditendang dan jatuh di sungai Gangga. Di sana ia berjumpa dengan ibunya Dewi Gangga. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Perang Bharatayudha” (6)” »

Di atas telah saya ceritakan raja yang memihak Pandawa. Sekarang demikian juga halnya dengan Korawa. Korawapun mengadakan perundingan untuk membicarakan bagaimana caranya untuk mengalahkan Pandawa. Juga dibicarakan siapa yang akan menjadi panglima perangnya. Sudah pimpinan ada pada Duryodhana. Setelah mengalami perdebatan sengit antara Drona, Bhisma, Salya, Karna maka didapat suatu kesimpulan Bhismalah yang menjadi panglima perangnya. Setelah itu mereka berangkat ke Tegal Kuruksetra sebagai medan perang. Adapun raja yang membantu Korawa ialah : Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Perang Bharatayudha” (5)” »

Perundingan antara Korawa dan Pandawa yang diwakili oleh Krishna gagal. Para Dewa marah, karena Duryodhana tak menepati janjinya. Para Pandawa tak sabar. Terjadilah perundingan dengan Raja Matsya sebagai ketua. Yudhistira diperintahkan untuk mengerahkan semua perajuritnya, Bhatara Krishna sebagai pengatur siasat. Seluruh kerajaan Wirata dengan seisinya sebagai perbekalannya. Segala biaya agar dipergunakan semua yang ada di Wirata. Bhatara Krishna sebagai tenaga pengatur, memberikan tugas pada Dresthadhyumna sebagai panglima perang pertama. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Perang Bharata Yudha” (4)” »

Tinggalkan saja dulu persidangan  Korawa dan Krishna, dan sekarang dilanjutkan dengan pertemuan antara Dewi Kunti, Krishna dan Karna. Karna  tidak dapat menerima nasehat ibunya yang memperingatkan agar Karna memihak Pandawa dan meninggalkan Duryodhana. Juga dinasehatkan bahwa Karna dan Pandawa adalah bersaudara. Diperingatkan pula bahwa Duryodhana adalah di pihak yang salah. Namun Karna tetap pada pendiriannya memihak Korawa. Karna juga menanyakan mengapa dirinya dibuang. Dengan perasaan iba Dewi Kunti pun menangis. Begitu juga nasehat Krishna yang panjang lebar, namun tak dapat melemahkan hati sang Karna. Sampai dengan hubungan antara Karna dengan Salya yang hanya karena sama menjadi Ratu Mandraka. Karna, tahu keadaan dan juga tahu bahwa Duryodhana dan dirinya di pihak yang salah dan akan kalah, tetapi karena sifat satrianya, dan karena berhutang budi pada Duryodhana yang mengangkat martabatnya menjadikan Adipati Angga. Setelah Krishna tidak dapat melemahkan jiwa Karna, Krishna pun merasakan dirinya telah melakukan tugas sebagai saudara tua. Dewi Kunti pun berpesan agar Putra Pandawa tidak ragu-ragu lagi dalam pertempuran. Demikian pesan yang dibawa Bhatara Krishna. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Perang Bharata Yudha” (3)” »

Marilah saya mulai saja. Setelah Pandawa terlepas dari hukuman selama 13 tahun, timbullah niatnya untuk menuntut hak miliknya, sebagian dari Hastinapura. Oleh karena diadakan perundingan yang dihadiri oleh Drupada, Baladewa, Krishna, Satyaki dan raja lainnya. Drupadi sebagai protokolnya. Setelah Drupadi menguraikan maksud dan tujuan dari perundingan itu, ialah untuk menuntut sebagian dari Hastina sebagai hak milik Pandawa. Keputusan adalah mengirimkan seorang utusan. Sebelum itu Krishna telah memperingatkan kemungkinan-kemungkinannya, bahwa Duryodhana tak akan dapat memenuhinya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Perang Bharatayudha” (1)” »

Beberapa saat yang lalu materi dalam buku ini telah ditampilkan per episode, sekarang dapat dibaca secara lengkap  dan dapat di download di sini.

Marilah kita lihat usaha yang dijalankan oleh Korawa untuk mengetahui di mana persembunyian Pandawa. Mata-mata disebarkan ke seluruh penjuru dunia. Namun hasilnya nihil. Setelah Duryodhana mendengar kematian Raja Kincaka yang amat sakti yang dibunuh oleh Gandharwa maka timbul niat jahatnya. Duryodhana akan merampas ternak Wirata yang ditempatkan di Trigarta dan sebagian mendekati Wirata. Terjadilah pertempuran dan Raja Matsya tertawan di Trigarta. Pandawa datang membantu kecuali Arjuna. Para Korawa lari dan Raja Matsya dapat dibebaskan. Tetapi Korawa yang mendekati Wirata dapat berbuat sekehendak hatinya. Namun atas saran Sairindri, Wrahatnala akhirnya menjadi kusir Raja Utara. Utara melihat musuh yang sangat banyak akan melarikan diri dari pertempuran. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (habis)” »

Lagi angka 12. Tadi  menjadi 3 yang berarti tri purusartha telah genap berarti telah dapat menggunakan keinginan dalam memenuhi keinginan, dibawa sebagai alat untuk melaksanakan kewajiban dharma (agama). Setelah 12 tahun mengembara di hutan, Pandawa sekarang harus menyembunyikan dirinya agar tidak dapat dikenal oleh siapa jua. Tempat yang dipilih adalah Wirata. Raja Wirata adalah Matsyapati. Di sana Pandawa berubah nama dan kewajiban. Yudhistira sebagai Kanka, Bima dengan nama Balawa, Arjuna dengan Wrahatnala, Dewi Drupadi dengan Siridri, Nakula dengan nama Grantika, Sahadewa dengan nama Tantipala. Semuanya diterima dengan tidak diketahui asal usulnya. Mereka bekerja dengan rajin. Balawa dapat mengalahkan Mallojina musuh yang terkuat raja Matsya. Tetapi Pandawa hampir mendapat bahaya. Hal ini disebabkan oleh Kincaka yang akan memaksakan keinginannya untuk memperistri Siridri, terpaksa harus mati dibunuh Balawa. Dengan kejadian ini Pandawa akan diusir, karena Siridri harus ikut membakar diri sebagai penyebab kematian Kincaka. Waktu tinggal 12 hari. Siridri mendapat akal dan memohon agar dapat diperkenankan tinggal di Wirata selama 13 hari lagi. Dan permohonan itu terkabul. Pandawa selamat dalam hukumannya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (22)” »

Kita sudahi saja dahulu, dan mulai lagi melanjutkan ceritera yang merupakan kehidupan Pandawa masuk hutan. Pandawa pindah ke Dwetawana. Pandawa ditipu oleh seorang Brahmana tiruan. Brahmana tadi menceriterakan bahwa alat perapian itu dilarikan oleh rusa yang masuk kepondoknya.

Bila alat itu tak dapat dikembalikan, tentunya Brahmana itu tak akan dapat mengadakan sesaji Agnihotra. Mendengar pengaduan sang Brahmana, Pandawa menyanggupi akan berburu rusa yang melarikannya. Dan segera berangkat. Tetapi apa yang terjadi. Setelah lama mencari rusa tak dapat dicari. Mereka lelah dan haus. Karena hausnya Yudhistira menyuruh Nakula mencari air. Tetapi lama tak kembali. Sebelum Nakula minum telah dicegat oleh suara gaib, tetapi tak dihiraukannya, karena saking hausnya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (21)” »