Nasib orang yang kegelapan adalah tidak memperhatikan masa depan. Orang ini tidak bisa berpikir. Orang ini hidupnya paling kecewa. Jalan pikirannya mengkhayal, tidak mau kerja. Orang ini menderita penyakit jiwa. Orang ini tidak tahu kenyataan hidup. Orang ini suka membicarakan kenikmatan.

Kalau ia sadar, bintang ini tidak pernah ada, berarti tahu rasa, jelas melihat dunia ini. Tidak ada kesempatan untuk menonton bulan, sebab ada rasa (seperti panas dan dingin). Mereka dipaksa untuk bekerja dan bagaimanapun juga orang ini rajin. Dia tahu dirinya dimana ia berada. Dan ia merasakan semuanya. Dia tahu keadaan. Orang ini menghitung kekurangan dirinya, bulan bintang dan rembulan Dia tidak pernah percaya, karena dia melihat. Dia tidak bisa ditipu. Dia tidak mudah gugon tuwon. Dia tahu waktu. Orang ini mempunyai kemauan untuk kerja, agar kelengkapan dan hidupnya terpenuhi. Kalau ngobrol, orang ini membicarakan penderitaan. Terlalu banyak yang ia belum miliki. Dia tidak mau bicara kesenangan/kenikmatan. Pembicaraannya selalu merendah karena ia sadar belum banyak yang dimiliki. Dia tidak mau membicarakan hal-hal yang menyebabkan dirinya tersiksa. “Ingatlah diri sehingga tahu kekurangan”. 

Dari uraian tersebut kita akan dapat mengetahui orang itu sehat/bagaimana/dalam keadaan apa. Di sini kita akan melihat Dewa matemahan Buta (berpikir suka mendapat duka). Sebaliknya Buta matemahan Dewa, artinya berpikir duka mendapat suka. Dari sinilah manusia terjerumus ke jalur kejahatan, karena pembicaraan senang, dan bermalas-malasan. Orang yang terang adalah orang yang tahu tuntutan hidupnya dan kemampuannya. Kenapa kita tidak senang dengan pembicaraan penderitaan?

Dalam kehidupan di satu sisi ada yang manis, di sisi yang lain ada pahit. Seberapa manis, sekian pula pahitnya. Hanya orang-orang yang berbicara penderitaan atau kesulitan yang akan sukses. Orang-orang yang memusatkan pikirannya kepada dirinya dan kehidupannya yang akan sukses, dan bekerja baginya merupakan obat. Bagi yang malas bekerja adalah penyakit. Ingat sabda Kresna dalam Bhagawad Gita, bahwa setiap yang mau pahitnya terlebih dahulu akan mendapat manisnya dan sebaliknya. 

Hubungan manusia sekarang asal-asalan. Manusia ini bicara kesenangan. Tidak ada hubungan intim, sehingga diskusi dalam kehidupan tidak ada. Yang dimaksud adalah diskusi tentang penderitaan hidup, karena semua manusia menderita. Keperluan manusia terlalu banyak.