Dengan kekalahan Arya Seta, Pandawa bersedih. Namun Krishna sangat marah. Beliau memerintahkan Arjuna untuk menghadapinya. Arjuna sampai di medan pertempuran, hatinya menjadi lemah. Senjata jatuh, demi melihat yang akan dilawan. Yang akan menjadi musuhnya seperti Bhisma, Drona dan seluruh keluarganya para Korawa. Ke semuanya itu adalah darah Kuru dan gurunya yang tak pantas dilawan. Tetapi atas nasehat Bhatara Krishna yang bijaksana, Arjuna dapat pulih kembali semangat tempurnya. Nasehat beliau yang isinya antara lain : memperingatkan akan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang satria. Juga diperingatkan, bahwa pertempuran itu bukanlah melawan keluarga, atau guru, tetapi pertempuran menghancurkan sifat-sifat yang gelap, jahat, dengki dan angkara murka. Dan juga diperingatkan, bahwa jiwa itu tak bisa dibunuh oleh siapa saja. Jiwa itu tak dapat dibinasakan. Tetapi wadahnya yang melakukan sifat-sifat adharma maka perlu harus dibunuh.

Dengan demikian, berarti dapat melakukan Yadnya agar tidak itu lagi, dan malah akan melahirkan hidup yang baik. Bertempur dalam membela kebenaran dan keadilan adalah kewajiban seorang satria. Satria mempunyai semboyan mati adalah surga dan hidup adalah Mukti. Dengan berbuat yang demikian, berarti telah melakukan kewajiban dan telah terbebas dari dosa. Inilah salah satu nasehat yang dapat memulihkan kembali semangat juang Arjuna. Arjuna kembali bertempur, dan langsung berhadapan dengan Bhisma. Bhisma sangat saktinya. Arjuna dibantu oleh Bhima tak dapat mengalahkannya. Pandawa menjadi kacau balau. Melihat keadaan yang demikian Krishna turun tangan. Krishna mengeluarkan senjata Cakra. Melihat Bhatara Krishna mengeluarkan Cakra, Bhisma segera menyerahkan diri pada Bhatara Krishna. Kemudian Bhatara Krishna memerintahkan Srikandi untuk melawan Bhisma. Demi melihat Srikandi datang, teringatlah dirinya akan dekat pada ajalnya. Teringatlah Bhisma akan kutukan Dewi Amba. Demikian berhadapan, Bhisma yang telah menyadari dirinya akan kalah, dia menjadi lemah. Srikandi mengeluarkan panah dan langsung melepaskan anak panahnya. Arjuna melihat panah Srikandi yang tak begitu kencang larinya, Arjuna pun mengeluarkan panah serta memanahkannya agar bersatu dengan panah Srikandi. Panah Srikandi dapat mengenai dada sang Bhisma. Bhisma jatuh, tetapi dengan kesaktiannya dapat menahan kematian sampai waktu yang diinginkannya. Begitu melihat akan kekalahannya Bhisma, Korawa dan Pandawa menghentikan perangnya agar dapat memberikan penghormatan terakhir. Setelah semua pada hadir, Bhisma meminta bantal dan air agar dapat beliau tidur dan menghilangkan hausnya. Duryodhana datang dan membawakan bantal yang bagus-bagus, dengan air yang nikmat. Namun bukan itu yang dimaksudkan oleh Bhisma. Arjunalah yang dapat menebak apa sebenarnya yang diminta oleh Bhisma. Arjuna dengan anak panahnya menembus  badan Bhisma. Bhisma diberikan darah sebagai minumannya. Bhisma puas. Bhisma minta agar dirinya dibawa keluar garis medan supaya dapat melihat pertempuran sampai selesai. Begitu juga beliau mengatakan, bahwa sebelum matahari berjalan ke utara beliau belum akan mati. Kebetulan matahari sedang berjalan ke selatan.

Marilah saya sudahi saja dahulu. Cerita yang terlalu panjang akan dapat menyulitkan dalam memberikan ulasan. Oleh karena itu, cerita disudahi dan ulasan akan melakukan tugasnya. Bila dilihat jalan ceritanya yang mengalami banyak kesulitan dan mengapa Srikandi yang dapat mengalahkannya dan bukan Arjuna. Marilah saya mencobakan diri. Bhisma sebagai tadi telah dapat mengalahkan Arya Seta dengan kesejahteraannya. Namun gagal. Datang Arjuna dengan kebijaksanaan ilmu pengetahuannya. Juga lumpuh. Kemauan beramal yang dibawakan Bhima juga tidak dapat mengalahkan. Malah ilmu pengetahuan akan lumpuh, sebab yang akan dikalahkan itu adalah keluarganya. Maksud dari keluarganya adalah suatu pengertian semua itu ada dalam diri atau badan. Baik itu sifat jahat atau baik, juga materi yang dimiliki juga merupakan keperluan hidup. Entah apa caranya, cara baik atau tidak baik, kalau sudah menjadi milik, sulit untuk menghentikannya. Karena itu juga adalah keperluan keselamatan. Bagaimana simpanan itu bisa diamalkan. Bagaimana dapat keinginan indria akan dihilangkan begitu saja, Bagaimana usaha yang dijalankan, walau dengan cara yang tidak sah, dan mendatangkan hasil yang akan dapat mengisi kepentingan indria itu akan dihilangkan. Sulit juga bukan? Bagaimanapun tinggi ilmu pengetahuan yang dimiliki, tetapi melihat segala keinginannya akan kenikmatan dunia, dan demi kepentingan hidup. Apalagi yang memberi kepuasan akan duniawi akan dihilangkan begitu saja mengalahkan itu berarti menyiksa diri sendiri. Biasanya timbul pikiran, ya, lebih baik bodoh asal mendapat kepuasan, kekayaan dan lain segalanya. Inilah yang menyebabkan kelumpuhannya Arjuna. Tetapi setelah mendapat nasehat Krishna atau dapat mengetahui hakekat Ketuhanan yang diajarkan oleh Agama mengenai soal hidup barulah kesadaran itu akan timbul kembali. Barulah timbul rasa tatwamasi . Barulah kesadaran beramal tumbuh. Barulah ilmu itu dapat dipergunakan, demi membela sifat kebenaran dan keadilan keikhlasan berkorban muncul. Namun demikian, toh juga tak dapat mengalahkan Bhisma. Malah menimbulkan banyak kerugian. Untuk itu Krishna (sifat Ketuhanan) menyuruh Srikandi si ilmu pengetahuan pengendali materi (harta benda) untuk keperluan hidup. Setelah sifat itu dimiliki atau pengertian itu dimiliki, dengan ilmu pengetahuan yang bijaksana, barulah dapat mengalahkan sifat suka menerima tanpa pikir itu dapat dikalahkan.

Dengan pengendalian harta benda sebagai alat pengisi keperluan hidup sosial dan individu, baik yang bersifat pengisi jasmaniah rohani, dan keperluan yadnya serta penambahan modal dapat diisi kesemuanya secara merata menurut fungsinya masing-masing barulah sifat sebagai penerima itu dapat dikalahkan. Tanpa itu, akan sulitlah sifat Bhisma akan dapat dikalahkan. Dus berarti tidak boleh menerima begitu saja, tetapi hendaknya juga harus ingat akibatnya. Ketergantungan akan membawa kesengsaraan. Memang sulit untuk mengeluarkan yang telah diterima untuk kepentingan orang lain. Namun dengan kesadaran akan hidup yang tinggi sesuai dengan perintah Agama akan dapat menemukan kesejahteraan dalam menguasai harta benda. Ingat akan kata yang sering diucapkan oleh orang (Sarasamuscaya) : Sang Sajana amangan sesa, yang mempunyai pengertian hendaknya, janganlah hanya memakan sendiri, tetapi korbankan lebih dahulu. Sisa korban itu barulah dimakan. Itulah yang saya maksudkan dengan sisa dari Yadnya. Inilah suatu kesulitan yang ada. Keinginan untuk menikmati sendiri, karena merasa sendiri mencarinya. Dapatkah dihilangkan sifat ini?  Bila hal ini telah dapat dihilangkan, keselamatan harta benda akan dapat dinikmati dengan puas dan menimbulkan kebahagiaan hidup. Begitu juga setelah Bhisma kena panahnya Srikandi, Bhisma rebah. Sebagai wadah ia selalu minta diisi. Permintaannya agar dia dapat tenang. Dapat menghilangkan keinginannya sebagai wadah. Bila keadaan harta telah berkurang karena banyak yang keluar, dengan sendirinya harus diusahakan mengisinya kembali. Duryodhana sebagai yang membawa sifat materialis egois dengan sendirinya akan memberikan pengisi dengan harta yang didapat dengan jalan yang tidak baik. Tetapi hal itu harus diberikan suatu ilmu, agar dapat menggunakan kekuatan dari ilmu kesadaran. Dengan pengertian dia akan tenang dan puas. Begitu juga dengan darah yang diberikan, yang mempunyai pengertian bahwa juga diberikan pemuas dari nafsu indria. Marilah saya ambilkan contoh. Bila tidak dapat tidur walaupun diberikan bantal yang empuk, bila kesusahan masih menyelimuti perasaan tentu tak dapat tidur nyenyak. Dengan kekuatan berpikir akan dapat menghilangkan kesusahan dan akan dapat membuat tidur yang nyenyak. Tetapi bila keadaan ingin akan sesuatu diberikan ajaran kesucian tentu tidak akan dapat diterima. Ingin uang, harus diberi uang, ingin nonton diberilah nonton. Tentu puas bukan. Inilah kebijaksanaan. Orang yang gelap tak dapat membedakan antara kepentingan jasmani dan rohani. Hanya orang yang bijaksanalah yang dapat mengetahuinya. Matahari masih berjalan ke arah selatan, mengandung pengertian alam menuju penderitaan (samsara, neraka). Matahari ke arah utara menuju kebahagiaan (surga). Oleh karena itu untuk mengalahkan iman yang kuat, berani menahan berkecamuknya perasaan dalam badan (diri) dengan penderitaan yang diderita (dalam keadaan luka)  tanpa menyesali. Oleh karena itu harus berani menderita untuk dapat mengalahkan penderitaan, tanpa berani menderita tak akan dapat mengalahkan penderitaan. Kesedihan dalam penderitaan adalah sesuatu kewajaran. Dengan kesedihan akan dapat membedakan bahwa itu adalah sebab dari kenikmatan yang buta. Dengan pengalaman akan tahu memilih mana yang benar dan mana yang salah. Inilah Bhisma dipinggir medan (Wiswamurti).