Header image alt text

Arya Sastra

Guru yang sejati adalah seorang yang terus belajar sepanjang hidupnya.


Bila tadi ujian yang diberikan kepada Arjuna, Bhima dan sekarang tinggallah gilirannya pada Yudhistira untuk mendapatkan ujian. Marilah kita ikuti jalan ceriteranya. Pada suatu hari Yudhistira, Nakula dan Sahadewa dan Drupadi ditipu oleh seorang raksasa yang bernama Jatasura. Raksasa Jatasura berganti rupa menjadi seorang Brahmana. Brahmana mengajak Yudhistira meningglkan Wedari dan Yudhistira mengikuti saja. Pada waktu itu Bhima, Gatotkaca tidak ada di sana dan Arjuna sedang ada di Kahyangan. Begitu Bhima pulang dari berburu bersama anaknya si Gatotkaca, di tengah jalan Bhima melihat  Yudhistira dilarikan oleh Jatasura. Nah terjadilah pertempuran yang seru. Jatasura dapat dikalahkan. Pandawa kembali ke Wedari. Setelah beberapa lamanya perjalanan diteruskan lagi. Sekarang menuju pertapaan Artisena di Himawat. Drupadi ingin mengetahui puncak gunung Gandamadana. Bhima menyanggupi. Bhima pergi sendiri ke puncak gunung Gandamadana. Untuk mengetahui keamanan serta akan mengamankan raksasa yang menjaganya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (15)” »

Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (14)” »

Kita sekarang meninggalkan Indrakila dan mengikuti Arjuna ke Kahyangan. Arjuna menaiki kereta Kahyangan yang dikusiri oleh Matali. Di Kahyangan Arjuna menerima senjata-senjata yang dijanjikan para Dewa. Di samping itu juga Arjuna mempelajari kesenian seperti tari-tarian, gending-gending dan kidung-kidung. Tetapi suatu saat Arjuna juga mendapatkan ujian lagi. Atas perintah Hyang Indra, diperintahkan Citrasena untuk memberitahukan Dewa Oruwasi agar mau bertukar asmara dengan Arjuna. Mendengar ceritera Citrasena akan ketampanannya Arjuna, dan Oruwasipun sangat tertarik hatinya. Dan Dewi Oruwasipun melaksanakan titah Hyang Indra dan segera mendatangi Arjuna. Pada waktu tengah malam. Tetapi apa yang terjadi? Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (13)” »

       Sebelum saya lanjutkan dengan perjalanan Pandawa, akan saya kembali ke Hastina untuk menengok Korawa. Perundingan terjadi antara Drestharastra dengan Arya Widura sebagai nama yang dibawanya, selalu memberikan pertimbangan yang berat sebelah, maka terpaksa ia disingkirkan dari Hastina Pura. Setelah itu datanglah Wyasa dengan nasehat-nasehatnya untuk mendamaikan antara Korawa dengan Pandawa tapi tak berhasil. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (12)” »

Dalam perjalanannya para Pandawa yang diantar oleh para Brahmana menuju Telaga Dwetawana. Di tepi telaga Dwetawana, Yudhistira menerima segala penyesalan-penyesalan dari Bhima dan Drupadi. Drupadi mengungkapkan keagungannya dan kenikmatan yang pernah dirasakan dengan nikmatnya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (11)” »

       Sekarang akan saya lanjutkan ceriteranya Pandawa di hutan selama 12 tahun. Dalam kebingungan Yudhistira sewaktu meninggalkan Indraprastha bersama pengikutnya dan para Brahmana yang mengikutinya. Karena kemelaratan yang dideritanya merasa tidak sanggup akan memberikan makan. Tetapi karena nasehat dari para Brahmana, Yudhistira memohon kepada Batara Surya. Permohonannya terkabul. Sekarang dapatlah Yudisthira memberikan makan para Brahmana. Kaum Brahmanalah yang makan lebih dahulu dan barulah Pandawa. Hutan yang dituju adalah hutan Kamyaka. Di sana Pandawa bertemu dengan Krishna, Subadra, Abimanyu dan juga  Arya Widura. Pandawa juga mengunjungi sungai Saraswati, Drisadwati dan Yamuna. Di samping itu datang juga Dresthadyumna, dan Dresthaketu. Di sinilah meledak kemarahan Batara Krishna setelah mendengar tingkah laku Korawa terhadap Pandawa. Kemarahan beliau dapat diredakan oleh Arjuna dan Yudhistira. Dari hutan Kamyaka  Pandawa pindah ketepi telaga Dwetawana. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (10)” »

Begitu Duryodhana sampai di Hastina dan mengadakan perundingannya dengan Sakuni. Dari hasil perundingan itu timbullah judi. Karena kekuatan dan keberandalannya Duryodhana dan juga karena kelemahan dari Drestharastra, perjudian dapat disetujui. Hasil dari perjudian pertama dengan kekalahan Pandawa yang diwakili olah Yudhistira. Akibat dari hal itu menimbulkan rasa malu, harta benda menjadi habis. Kehormatan diri menjadi lenyap. Kemakmuran, sengsara dan memalukan. Tetapi karena permintaan Drupadi, karena belas kasihan Drestharastra pula kesemuanya itu dapat kembali. Tapi noda besar telah torcoreng di muka Pandawa. Duryodhana tidak puas. Dia berusaha lagi untuk mengadakan judi. Dan Yudhistira sangat malu bila ditantang tidak mau memenuhinya, maka ia mau juga. Dan dalam perjudian itu juga kalah. Akibat dari kekalahannya itu Pandawa harus dibuang dengan meninggalkan keagungannya selama 12 tahun. Bila dalam 12 tahun dia tidak dapat diketahui sebagai satria Pandawa dan juga harus melakukan penyamaran setahun lagi. Setelah itu barulah boleh kembali ke kerajaan Indraprastha lagi. Tapi bila hal itu tidak dapat dipenuhi maka Pandawa kembali menjalani hukuman seperti yang ditentukan. Namun dalam hati kecilnya Duryodhana selalu timbul suatu pemikiran bagaimana caranya agar Pandawa itu mati. Nah sampai di sini dulu, dan saya akan lanjutkan dengan ulasannya agar jangan sampai hilang maksud yang terkandung di dalamnya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (9)” »

       Demi melihat hubungan antara Krishna dengan Arjuna yang begitu eratnya maka Hyang Agni meminta bantuan kepada Arjuna untuk membakar hutan Kandawa. Karena Krishna dan Arjuna tidak mempunyai senjata, namun atas kekuatan Hyang Agni memanggil Hyang Waruna untuk memberikan senjata keduanya. Di sana Arjuna mendapatkan senjata Gandewa dan Krishna mendapat Cakra dan Gada. Dengan senjata itu akhirnya hutan Kandawa dapat dibakar dalam waktu 15 hari, sedangkan binatang yang mati hanya 6 ekor. Hutan yang dijaga oleh Hyang Indra dapat juga dibakar oleh Arjuna, Hyang Indra merasa kagum. Untuk itu beliau memberikan petunjuk agar senjata-senjata yang dimintanya nanti dapat dicari di surga pada Dewa Mahadewa. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (8)” »

Nah marilah saya ambilkan satu contoh yang dapat dipetik dari lanjutan ceritera ini. Dengan tekad yang bulat Arjuna meninggalkan saudara-saudara beserta ibunya dan masuk hutan. Dalam perjalanannya, pernah saya mendengar dari pedalangan, bahwa Arjuna dihadang oleh raja ular yaitu Ulupi. Dan berakhir dengan perkawinan dengan raja ular itu sendiri. Juga menjumpai pancuran yang berlainan warna airnya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (7)” »

Setelah diceritrakan Ekacakra, akan mulai dengan Pandawa menempuh swayembara. Hal mana dapat diketahui adalah karena datangnya seorang Brahmana, dan juga nasehat dari Wyasa. Dengan samarannya sebagai seorang siswa dari Bagawan Domya sebagai seorang Brahmana. Berangkatlah Pandawa ke negeri Pancala untuk memperebutkan Dewi Drupadi puteri Raja Drupada. Setelah swayembara dibuka, dan setelah para Raja mencobakan mengangkat busur panah yang menjadi bahan swayembara itu gagal, turunlah Karna. Tetapi sayang bagi Karna, karena sebelum dia sampai pada tempat busur diletakkan, mendapat cegatan. Hal ini disebabkan oleh karena Karna bukan satria, melainkan seorang anak kusir dokar. Dan ayahnya adalah Adirata si kusir dokar. Dengan demikian kembalilah Karna ditempatnya dengan penyesalan dan kesedihan. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (6)” »