Kita tinggalkan Wanamartha dan melanjutkan ke Ekacakra. Di dalam mengadakan pemusatan pikiran itu sering gangguan-gangguan datang yang dapat menggagalkannya. Di sini kita lihat suatu ceritera kesedihan seorang Brahmana yang disebabkan oleh anaknya yang akan dijadikan caru yang akan diberi sebagai makanan Raja Raksasa Bhaka.
Melihat kesedihan Brahmana tadi, sebagai balas budi Pandawa, maka Bhimalah yang menggantikannya menjadi caru. Karena kekuatan Bhima, serta karena keikhlasannya dalam melakukan pengorbanan demi untuk membebaskan kesulitan seseorang, dan dengan kemauan yang kuat untuk menghancurkan sifat angkara murka. Akhirnya Bhaka dapat dikalahkan. Dan amanlah negeri Ekacakra. Bila kita ikuti jalan ceriteranya, kita diajak berpikir, bahwa di dalam menuju kebenaran Tuhan, selalu mengalami bencana.
Gangguan yang menimbulkan kegagalan ialah tak lain dari Raksasa Bhaka. Raksasa Bhaka ialah suatu ketakutan akan tidak terisinya kepentingan indria kita sebagai pengisi dan pemuasan nafsu jasmaniah. Bila hal ini tidak dapat dikalahkan, sifat loba yang ditujukan hanya untuk kepentingan diri sendiri yang penuh nafsu duniawi, maka pikiran kesucian dalam mengamankan jiwa ke Tuhanan, tak akan pernah ada. Dalam hal ini dapat diamankan hanya dengan pengetahuan saja, Brahmana malah takut melakukan pengorbanan dan keterikatannya akan kenikmatan duniawi (anak gadisnya). Karena keterikatannya akan kenikmatan dunia, maka akan timbullah kesedihan. Sedih disebabkan oleh karena kenikmatan dunia akan hilang dimakan oleh nafsu loba tamah. Tetapi Bhima sabagai anak Kunti yang membawa sifat-sifat Dewa, sebagai pengisi kekosongan rohaninya, yang menjadi sumber kekuatan untuk beramal akan melakukan amal bhaktinya dengan penuh keikhlasan, sehingga penyebab dari kesedihan dapat dilenyapkan. Amanlah jiwa kita. Tentramlah hidup kita, dalam melaksanakan apa yang diajarkan oleh Tuhan melalui agama. Dan tentram pulalah agama kita (Wiswamurti)