Nah marilah saya ambilkan satu contoh yang dapat dipetik dari lanjutan ceritera ini. Dengan tekad yang bulat Arjuna meninggalkan saudara-saudara beserta ibunya dan masuk hutan. Dalam perjalanannya, pernah saya mendengar dari pedalangan, bahwa Arjuna dihadang oleh raja ular yaitu Ulupi. Dan berakhir dengan perkawinan dengan raja ular itu sendiri. Juga menjumpai pancuran yang berlainan warna airnya.
Dalam perjalanannya di hutan akhirnya Arjuna sampai di gunung Raiwataka. Di sana sedang diadakan pesta besar yang diadakan, dan tampak hadir Baladewa, Krishna dan Dewi Subadra adik dari Krishna sendiri. Batara Krishna mengetahui akan maksud hati yang terpendam di hati Arjuna. Beliau mendekati Arjuna dan menerangkan agar adik beliau Dewi Subadra dilarikan. Dengan persetujuan dari Batara Krishna, Dewi Subadra dilarikan dengan kereta dari Rawataka. Keluarga Yadawa marah, dan begitu juga Baladewa. Semuanya dapat dikalahkan.
Baladewa begitu marah pada Batara Krishna, karena Krishna memberikan restu atas tindakan Arjuna. Di situlah diceriterakan sebab musababnya oleh Krishna. Mengertilah, Baladewa akan duduk persoalannya. Baladewa menginsafinya serta mengundang Arjuna kembali ke Indraprastha. Dari perkawinan antara Arjuna dengan Dewi Subadra lahirlah Abimanyu. Dan setelah selesai perkawinan, Arjuna masuk hutan lagi. Setelah genap sepuluh tahun barulah Arjuna kembali ke Indraprastha. Di sini akan dapat dipetik suatu hikmah yang baik sekali dalam mendapatkan kemuliaan. Penghukuman diri akibat kesalahan dalam penempatan kebijaksanaan, dan juga dalam mengalahkan dasendrya yang terselimut oleh tanggung jawab akan kewajiban, yang dapat menimbulkan kebingungan. Dalam kebingungan itu, akan dijumpai ikatan-ikatan nafsu yang membelitnya.
Tapi dengan pengetahuan dan iman yang kuat dalam pengekangan diri, akhirnya hal itu dikuasai, dan dapat pula dipakai alat untuk tujuan baik. Begitu juga kita dibingungkan oleh pengisi atau pemenuhan indria. Dengan ingat akan pengalaman yang pernah dialami, hal itu dapat kita kalahkan. Gunung Raiwataka, marilah diandaikan sebagai wadah pemikiran akan sebab dari kekuatan yang baik. Raiwataka adalah daerah Tuhan. Atau boleh juga kita sebut kata hati. Di sanalah baru dapat berjumpa dengan kekuatan pengendali jiwa dan kekuatan pengendali badan. Atau bisa juga kita sebut dengan kekuatan sekala niskala. Inilah yang dapat saya berikan dari pengertian Krishna dan Subadra.
Setelah Arjuna dapat mengetahui kekuatan pengendali dunia (Subadra) yang ada dalam dirinya. Kalau sudah demikian mau tidak mau kita akan dapat mencapai keagungan dunia. Antara perkawinan Arjuna dengan Dewi Subadra, maka hubungan antara Krishna dan Arjuna semakin erat. Ini berarti bila sudah kebijaksanaan itu dipakai demi kesejahteraan dunia berarti telah menjalankan perintah Tuhan. Dus berarti bila telah tercapainya Jagathita mau tidak mau tercapainya Mukti yang nanti akan berkesudahan dengan Moksa.
Baladewa sebagi kekuatan tenaga badaniah yang baik, sedangkan Arjuna adalah kekuatan pikiran yang bijaksana. Dalam pertempuran antara kekuatan materi dan kekuatan kebijaksanaan rohani. Dalam pengendalian dunia sudah jelas dan pasti kekuatan tenaga materi akan kalah. Inilah sebabnya pengetahuan lebih penting dari materi dalam menuju kemuliaan hidup di dunia (Wiswamurti).