Subali dan Sugriwa masih kuat berkecamuk dalam diri. Sugriwa dan Subali manampilkan diri dalam perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Biasanya Sugriwa yang menangis, mengeluh dan menyesal. Sugriwa dan Subali dalam peperangan awal tidak ada yang kalah dan menang. Sebagai titik awal adalah perasaan itu yang berada dalam setiap pribadi. Kita harus berusaha mengalahkan perasaan-perasaan yang tidak sesuai/bhakti dengan Tuhan. Inilah sebenarnya makna pertemuan antara Sugriwa dengan Sang Rama. Subali dan Sugriwa sama-sama mencari kanti (teman) = cerita manusia dengan Tuhan. Manusia dengan Tuhan, supaya ada melindungi keselamatan hidupnya. Tuhan dengan manusia, supaya ada menceritakan petunjuk Tuhan.
Teman berikutnya adalah nama lahiriah dan nama dewa. Dalam kanti (teman) sama-sama memperlihatkan kesaktian, yang sebenarnya ada dalam tubuh kita, tetapi manusia belum kenal akibat ketidak tahuannya. Dengan kanti inilah manusia mendapatkan petunjuk.
Tuhan tidak bisa memberikan jawaban apa-apa. Manusia dalam hidupnya kantinya dijadikan musuh. Untuk menentukan adanya benar dan salah adalah harus memiliki iman dan keyakinan terhadap adanya Tuhan. Setelah itu barulah Tuhan melepaskan panah untuk membunuh Subali. Yang mati dan hidup akan menyadari, artinya selalu berpijak pada segi kebenaran, bukan ketakutan dan kebebasan untuk menentukan. Harus ada keberanian untuk menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar. Anggada anak Subali diserahkan kepada Sugriwa yang dipakai jembatan untuk menghancurkan Alengka (Anggada : sifat badan yang baik, pikiran-pikiran yang tumbuh dari badan kita).