Kita sekarang meninggalkan Indrakila dan mengikuti Arjuna ke Kahyangan. Arjuna menaiki kereta Kahyangan yang dikusiri oleh Matali. Di Kahyangan Arjuna menerima senjata-senjata yang dijanjikan para Dewa. Di samping itu juga Arjuna mempelajari kesenian seperti tari-tarian, gending-gending dan kidung-kidung. Tetapi suatu saat Arjuna juga mendapatkan ujian lagi. Atas perintah Hyang Indra, diperintahkan Citrasena untuk memberitahukan Dewa Oruwasi agar mau bertukar asmara dengan Arjuna. Mendengar ceritera Citrasena akan ketampanannya Arjuna, dan Oruwasipun sangat tertarik hatinya. Dan Dewi Oruwasipun melaksanakan titah Hyang Indra dan segera mendatangi Arjuna. Pada waktu tengah malam. Tetapi apa yang terjadi? Malah sebaliknya, Arjuna terkejut dengan kedatangan Dewi Oruwasi dan amanat yang dibawanya. Begitu juga Dewi Oruwasi terkejut dengan keterangan dari Arjuna. Arjuna menerangkan antara lain ialah bahwa Dewi Oruwasi adalah leluhurnya. Arjuna menganggap bahwa Dewi Oruwasi sama dengan ibunya sendiri. Oleh karena itu tak mungkin dapat dilaksanakan apa yang diminta oleh Sang Dewi. Mendengar itu, Dewi Oruwasi sangat marah dan mengutuk agar nanti Arjuna menjadi banci dan akan mengerjakan pekerjaan perempuan. Mendengar kutukan itu, Arjuna mengadukan persoalan ini kepada Citrasena si Raja Gandarwa. Pengaduan Arjuna ini dilanjutkan kepada Hyang Indra. Atas nasehat Hyang Indra, yang isinya antara lain menerangkan bahwa kutukan itu sangat bermanfaat pada waktu Pandawa dalam persembunyian. Dan setelah itu akan kembali sebagai semula. Gembiralah Arjuna mendengar keterangan Hyang Indra itu. Dalam percakapan itu datanglah Maharsi Lomasa, Maharsi sangat terkejut dengan adanya Arjuna di sana. Juga Hyang Indra menerangkan mengenai asal usulnya. Arjuna diceriterakan adalah anaknya sendiri dari Dewi Kunti, penitisan dari Sang Hyang Nara. Begitu juga Krishna adalah penitisan Sang Hyang Narayana. Keduanya akan membebaskan dunia dari malapetaka. Setelah itu Maharsi diutus ke mayapada untuk menemui Pandawa yang sedang berada di hutan untuk pindah ke hutan Kamayaka. Dan perintah itu dilaksanakan. Tiada berapa lama Pandawa pindah setelah mendengar Sabda Sang Maharsi.

Bila diikuti jalan ceriteranya, dapatlah diambil suatu teladan yang sangat bermanfaat. Surga adalah lambang kebahagiaan. Bahagia sebagai hasil dari semua kegiatan yang kita lakukan berhasil dengan baik. Neraka adalah lambang kesedihan. Matali dapat saya pandang sebagai kekuatan perasaan yang membawa ke arah kebahagiaan. Gandarwa adalah suatu khayalan. Citrasena si Raja Gandarwa adalah merupakan kekuatan cita-cita ataupun khayalan. Bila kita telah sampai pada kebahagiaan dan kepuasan di dunia, tentu akan timbul khayalan baru. Tetapi Arjuna di sini dapat melihat bahwa khayalan akan kenikmatan dunia yang tidak pantas untuk dinikmati. Dalam hal ini kita dapat membuktikan, bila pengetahuan itu benar-benar dapat dikuasai akan dapat melihat mana khayalan dan mana cita-cita. Mana yang mungkin bisa akan dicari dan mana yang tak mungkin dapat dicari. Mana berpikir dan mana menghayal. Mana kepentingan dari pengisi hidup dan mana kepentingan dari pemuas nafsu. Dengan kebijaksanaan berpikir yang terkendali dan dapat membedakannya. Walaupun suatu kenikmatan itu sudah ada di muka, kita harus tahu dan harus berpikir apa dan siapa itu. Wajar atau tidak. Apa akibatnya kelak bila diterima dengan tidak meneliti lebih dahulu. Tetapi ilmu tetap ilmu. Dan tetap akan dapat membedakannya apabila sudah terlepas dari kebingungan. Hanya orang yang bingung saja yang begitu gampang melihat kenikmatan, akan dengan mudah tertarik dan terus saja menikmatinya dengan penyesalan kemudian. Bila kita telah waspada dengan semuanya itu semua orang akan kagum dan heran. Begitu juga Hyang Indra, Dewi Oruwasi sendiri, dan juga Maharsi Lomasa. Lomasa bila saya ambil dari kata UMA maka teringatlah saya akan Dewi Durga macarira Uma. Dapat saya artikan adalah pengendalian sebagai pemelihara kehidupan. Bagaimana tak heran, manusia Arjuna sama kedudukannya dengan Hyang Indra. Dari sifat pemeliharaan mau tidak mau ikut juga menyelamatkan Pandawa dan menerima untuk turun ke mercapada memberitahukan agar Pandawa pindah ke hutan Kamyaka. Belajar tari, gending dan tembang adalah merupakan seninya hidup. Tanpa seni hidup dunia ini akan sepi dan tak ada gairahnya. Oleh karena itu perlu juga adanya variasi hidup yang dapat memberikan kegairahan hidup (Wiswamurti).