Jabang bayi Utari yang kena senjata gaibnya Aswathama, sehingga Utari yang sedang mengandung bayinya meninggal dalam kandungan. Utari sedih, lalu melapor kepada Krishna. Utari mengeluh : “Mengapa Tuhan membiarkan bayinya meninggal”. “Tuhan sampai tega tidak memperhatikan.” Menurut pikiran kita tentu sulit sekali untuk menghidupkan bayi yang telah mati : dan tidak mungkin, namun karena kehendak Tuhan bayi Utari bisa hidup, namun kelahirannya membawa cacat (Parikesit). Dari cerita ini tentu membawa pemikiran-pemikiran kita tentang soal Tuhan itu sendiri, sebab Tuhan itu sendiri yang Swayambhu (lahir dengan sendirinya). Sang Hyang Paramakawi adalah Kawitan se isi dunia ini. Beliau sumber dari segala sumber (kawitan dari semua yang ada). Apakah para Dewa Gandharwa, Balasamar, manusia, hewan, tumbuhan dan sebagainya. Kita semua ini berasal dari beliau, maka dari itu kita tidak boleh semau gue dengan ciptaan-Nya. Semua ciptaan-Nya ada kaitan atau hubungan, sama-sama saling berkepentingan, berkat kemahakuasaan beliau.

      Ada 4 (empat) jenis kemahakuasaan beliau, yang tidak bisa dipikirkan karena merasa memiliki otak yang cemerlang atau tajam. Pada abad ini, manusia bisa pergi ke bulan. Di sini pula manusia lupa bahwa pikiran manusia sangat terbatas. Mengapa orang mati bisa hidup kembali? Inilah kekuasaan Tuhan. Empat kekuasaan Tuhan yang disebut Cadu Sakti itu adalah sebagai berikut  :

  1. Prabu Sakti :

Bisa mengendalikan semua ciptaannya. Tuhan sebagai seorang pemimpin, seorang tua, seorang kepala dari semuanya. Dengan Prabu Sakti yang beliau miliki beliau dapat mengendalikan semuanya. Kalau keris itu beliau suruh tidak melukai orang, ya tidak melukai. Apakah manusia bisa demikian? Jelas tidak mungkin.  Ciptaan Tuhan adalah Mayanya Tuhan. Di dalam Bhagawad Gita ada yang disebut  Jnana dan Wijnana. Jnana adalah ilmu pengetahuan yang mampu diserap oleh otak, tetapi tidak semua persoalan yang dapat dipecahkan oleh otak. Misalnya : orang capatan (bahasa Bali)/ kesambet/ketemu apakah bisa dipikirkan oleh otak? Otak bekerja untuk memikirkan bagaimana agar dapat memecahkan masalah-masalah yang hanya dapat dinikmati oleh panca indra. Di luar  itu tidak bisa dipikirkan. Jangan sombong. Manusia belum mampu membedakan antara Jnana dan Wijnana. Jnana seperti analisa kimia, listrik, atom, amoeba, virus dan sebagainya, dapat dinikmati oleh panca indria.

Jika hati nurani kita bersih, Wijnana akan kita dapatkan. Oleh karena itu ada orang yang mencari Sukla Paksa (kenyataan lahiriah) dan yang lainnya Kresna Paksa (mencari sesuatu di tengah malam), yang belakangan ini dapat diketahui kalau hati nurani bersih. Misalnya : leak. Apa bisa dipikirkan oleh otak? Kita harus mempunyai pengetahuan yang luas. Kita jangan mudah keseleo. Dengan pengetahuan Wijnana kita tahu persis bagi yang memiliki rasa, dapat merasakan beliau (Tuhan) ada. Manusia dianggap sebagai benda yang hidup sehingga yang dianalisa badannya bukan jiwanya. Dalam kenyataan sehari-hari seperti masalah cuaca, angin tiba-tiba berubah arah, suasana panas mendadak, atau sejuk mendadak, ini berkat Prabu Sakti Tuhan.

  1. Jnana Sakti :

Beliau dapat mengetahui semuanya (maka ada orang kerauhan/kelinggian, yang bersangkutan tidak tahu. Kita juga sering dalam keadaan demikian. Inilah Jnana Sakti beliau yang masuk. Tanpa itu orang tidak akan pernah tahu/mengetahui. Banyak orang tidak percaya tentang hal ini.

  1. Wibhu Sakti : Misalnya : beliau sekarang menghendaki seseorang menjadi orang kaya, bisa.
  1. Karya Sakti :

Beliau bisa mengadakan yang tidak pernah ada. Misalnya menaruh uang, tiba-tiba lenyap. Orang yang mekemit tahu-tahu di tempat tirta ada suatu benda. Semuanya beliau yang menghendaki.

Orang yang merasa Bhakti harus yakin dengan adanya ini, maka di sini kadang-kadang kita berpikir Nadaksara (inilah merupakan kekuatan Cadu Cakti beliau). Ini sebenarnya kunci bagi orang yang melaksanakan bhakti dengan pikiran suci untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Seorang Bhakta menginginkan beliau dengan kekuatan Cadu Caktinya dapat merubah nasib hidupnya.

Lalu mengapa cerita Utari dihubungkan dengan cerita di atas? Utari adalah simbol yang sangat kuat kepada Tuhan, kenapa bayinya bisa mati, kan berontak. Maksudnya : “Iman saya yang kuat, kenapa jadi begini.” (berontak). Kekeliruan prilaku Utari menyebabkan bayi yang dikandungnya   mengalami kematian. Utari lupa, karena merasa lelah, kewaspadaannya telah hilang akibat dirinya telah merasa aman, sedangkan kenyataannya keadaan masih luar biasa yang memerlukan keteguhan iman. Mulanya orang kuat iman, lalu kejujurannya hilang, bhaktinya rusak, kesucian/keyakinan pikiran hilang sehingga harus mendapatkan peringatan kegagalan dari setiap perencanaan  (kematian bayi dalam kandungan). Setelah kegagalan itu barulah dia sadar. Utari menghadap kepada Krishna (Tuhan) dan memohon agar keyakinannya dikembalikan (walaupun dalam bentuk yang cacat).

Meskipun kita sering berbuat yang keliru bila betul memohon dengan perasaan dan pikiran yang benar pasti Tuhan mau mengembalikan keyakinan itu. Orang yang tidak baik, andaikata mau, akan mendapatkan pengampunan. Beliau akan mengembalikan pada keadaan yang sebenarnya. Sebenarnya tidak ada kerugian bagi yang terus ingat/melaksanakan bhakti. Orang-orang yang tidak mau tahu menganggap orang-orang bhakti tidak akan mendapat kebahagiaan (kesenangan-kesenangan yang dimaksud oleh si pembicara). Hukuman yang paling berat adalah hukuman dari dirinya sendiri, hukuman penjara dan hukuman dari masyarakat.

Istilah senang yang dimaksud di atas adalah senang dalam arti berada dalam norma-norma hukum. Ajaran agama tidak pernah melarang untuk senang, namun senang yang bagaimana dimaksud? Apakah senang yang diperoleh dengan menipu? Apakah senang yang diperoleh dengan jalan yang tidak disenangi oleh aturan hidup? Jadi jangan keliru menafsirkan senang. Remaja menafsirkan senang itu, senang yang melanggar hukum (senang yang salah). Benturan sekarang terjadi karena kata senang. Jangan cepat-cepat merasa senang yang pada akhirnya akan terperangkap sendiri. Jangan menganggap senang itu betul-betul menyenangkan yang pada kenyataannya membawa kesengsaraan seumur hidup. Tuhan tidak merestui cara mendapat kesenangan dengan model itu. Kekuatan Cadu Cakti Tuhan akan bergerak terus (cakra gilingan).