Perbedaan perang Mahabharata dengan perang Ramayana. Perang Mahabharata adalah perebutan badan (asti), sedangkan perang Ramayana adalah sebagai berikut  : Perang jalan berpikir manusia; Perebutan kesejahteraan hidup (sitha), yaitu warisan dan kekayaan; Kesengsaraan yang berpikir ayu; Kebingungan yang berpikir ayu, harta bendanya habis, karena penipuan orang lain atau sifat aku; Orang berbhakti pada saat tidak punya apa-apa, pada saat ada tidak mau/lupa pada Tuhan yang memberikannya.

Dari sini pula manusia tidak mendapatkan ketentraman hidup, karena pikiran ayu yang dimusuhi tetapi juga dimintai setiap hari. Kerahayuan menurut indria sama dengan kerahayuan menurut Duryodana. Pada saat orang diberikan (berhasil), merasakan sebagai usaha sendiri. Jika keakuan atau keserakahan muncul dipakai untuk memenuhi nafsu indria, akhirnya habis. Setelah habis, indria belum berhenti meminta. Inilah menjadi menyalahkan Tuhan. Di sini pula ada pandangan Tuhan membuat sengsara, sehingga tidak mempercayainya. Sifat ayunya tidak diperhatikan. Manusia semau gue. Sifat mitya muncul. Konsep indria tidak mempercayai Tuhan, manusia akhirnya sengsara, sebab sifat aku dan indria tidak dapat dikalahkan. Pengetahuan tata kehidupan yang dimiliki luntur, maka timbul sikap menentang Tuhan. Badan telah dikuasai oleh indria. Manusia hidup mencari rahayu, namun manusia menentang dirinya sendiri, sehingga manusia menjadi kebingungan. Manusia akhirnya saling mengancam. Manusia tidak mampu memperbaiki dirinya. Pada akhirnya sikap Aswathama muncul. Siapa yang berkonsep demikian? Orang yang indrianya tinggi dan kemampuannya tidak ada. Sasarannya adalah orang-orang yang berpikiran ayu yang kelihatan hidupnya meningkat. Orang yang berpikir ayu itu hidupnya santai. Inilah yang menjadi sasaran. Karena menurut anggapannya, bahwa orang-orang ini orang-orang yang hidupnya kaya dan dia sendiri sudah merasa jebol. Pandangan yang demikian sebenarnya sejati, menurut yang bersangkutan, tetapi pandangan mata tidak (tidak betul kaya). Orang itu tidak mempercayai bahwa kita tidak punya apa-apa. Sekarang apakah yang dipakai mengukur? Sebab indrianya besar, kemampuannya rendah. Orang yang takut kalahan hidupnya tidak aman. Orang yang memuaskan nafsu indria berisi sifat aku, yang tidak sifat aku tersebut tidak ada, dan hidupnya santai.