Korawa sudah tidak ada 1agi. Pandawa dan Bhatara Krishna akan mengunjungi yang belum mau mati sesuai dengan janjinya. Bhisma masih berada di Tegal Kuruksetra. Pandawa bersama Bhatara Krishna akan memberikan penghormatan terakhir. Keesokan harinya mereka berangkat bersama-sama menuju Tegal Kuruksetra ke tempat Rsi Bhisma terbaring. Bhisma mendengar kedatangan Bhatara Krishna dan Pandawa segera membuka matanya, dan pada waktu itu pula Pandawa menyembah telapak kaki sang Bhisma. Sebelum Bhisma menghembuskan nafas yang penghabisan telah memberikan pesan kepada Yudhistira dalam melakukan tugasnya sebagai Raja.        Pesannya tiada lain agar Yudhistira dalam menjalankan pemerintahan dapat memberikan perlindungan rakyatnya secara adil. Sebagaimana yang dijadikan ancer-ancer kematiannya adalah setelah matahari berjalan ke utara (Utara Yana) dan tinggal lagi 56 hari. Pada waktu itu diharapkan agar semuanya datang ke sana. Setelah itu pulanglah Pandawa dan Bhatara Krishna ke Hastina. Setelah saat yang dinanti-nanti telah tiba, Pandawa, Bhagawan Wyasa, Rsi Narada, Dawala, Asita dan Raja lain datang ke Tegal Kuruksetra dan memberi penghormatan kepada Bhisma. Demi mendengar suara Yudhistira yang mengatakan persiapan pembakaran jenazah sang Bhisma telah siap, segeralah sang Bhisma mengatakan waktunya telah tiba. Dan segera memandang Drestharastra dan menitahkan agar selalu mencintai Pandawa dan melupakan putranya yang telah tewas. Begitu juga dilakukannya kehadapan Bhatara Krishna, sebagai Raja semua makhluk, dan mohon izin untuk meninggalkan dunia ini. Dan juga Bhisma memohon doa restu beliau agar dapat kemulyaan akhirat. Begitu juga Bhatara Krishna menjawab, mudah-mudahan Bhisma mendapat kemulyaan akhirat. Setelah itu Bhisma minta diri kepada semua Raja-Raja yang hadir dan para hadirin semuanya. Setelah itu Bhisma menghembuskan nafasnya yang penghabisan. Dan ajaib pula, karena semua luka-lukanya hilang dari badannya. Yudhistira setelah selesai mengadakan upacara, bermaksud akan pulang ke Hastina, beliau menjadi lemah dan jatuh terduduk, sebagai akibat karena terlalu mendalamnya pikiran Yudhistira akan perang Bharata Yudha yang banyak memakan korban. Bhatara dapat menghibur kesedihan Yudhistira. Bhagawan Wyasa menitahkan agar Yudhistira mengadakan Aswa Weda, dan berderma sebanyak-banyaknya. Begitu juga beliau menemukan harta karun di gunung Himalaya, peninggalan seorang Raja. Bagawan Wyasa terus pulang. Sedang Bhatara Krishna tinggal beberapa hari di Hastina. Kemudian pulang ke Dwaraka bersama Subadra. Tiada berapa lama Pandawa pergi ke gunung Himalaya dengan diiringkan oleh beratus-ratus prajurit. Pandawapun segera mengadakan pemujaan Hyang Mahadewa, dan setelah itu selesai segera pula menggali tanah tempat harta benda, dan berhasil dengan baik. Harta itu diusung ke Hastina.

       Melihat ceritanya yang terlalu panjang, mungkin nanti ada hal-hal yang terlupakan. Namun mudah-mudahan saya dapat mencarinya. Sifat materiil telah ada pada kekuasaan dari alam kesadaran sebagai manusia bertuhan dalam menjalankan dharma bhaktinya. Antara sifat dharma berjumpa dengan kekuatan Tuhan. Pertemuan yang sudah pada tempatnya. Bhisma masih menahan lukanya di Tegal Kuruksetra menunggu matahari berjalan ke utara. Mengapa demikian? Ke Selatan berarti memberikan kegembiraan yang jahat. Bergembira dengan perbuatan jahat akan berhasil dengan Neraka. Neraka adalah kesedihan yang amat sangat. Kalau demikian Bhisma sebagai wadah, menyadari tugas suci yang telah dijalankannya itu adalah salah. Namun beliau tidak mau mati sebelum matahari berjalan ke Utara. Beliau tidak akan mau mati sebelum kegembiraan pada jalan yang benar. Kebenaran akan didapat dan penuh kagembiraan setelah iman kuat. Iman yang perlu mendapat perhatian yang terpenting. Dengan iman yang kuat laksana gunung, barulah akan dapat menuju kesucian. Tanpa iman hal itu tak mungkin. Utara juga berarti gunung. Walaupun beliau luka-luka menahan panah yang menyangga beliau tidak akan mengeluh. Inilah sifat Bhisma yang patut kita puji. Setia akan hasil daripada perbuatan yang dapat memberikan kesedihan. Tidak akan menyesal dan mengeluh, namun berusaha menahan kesedihan dan sakit untuk menunggu saat yang akan memberi kegembiraan yang membawa. kebahagiaan. Oleh karena itu, siapa yang berani menahan segala kesedihan, kesengsaraan serta kemelaratan, dan selalu berjuang dengan kematian, sehingga akan dapat menemukan kehidupan yang sejahtera lahir bathin, dan akan menjadi obat yang dapat menyembuhkan semua luka-luka perasaan agar kembali sebagai semula dan malah bertambah harum. Penghormatan terhadap Bhisma dari ke semua yang hadir, adalah suatu yang logis. Siapa yang tidak akan menghormati badannya sendiri, siapa tidak akan menghormati rumah tempat kediamannya. Siapa tak akan menghormati daerahnya sendiri, baik yang jahat maupun yang berbudi. Kematian tinggal 56 hari lagi. Enam adalah sad guna, lima adalah kebijaksanaan. Berarti dengan kebijaksanaan, dalam menggunakan pengetahuan yang dimiliki akan dapat mencapai kebahagiaan. Inilah kekurangan Bhisma dalam menuju kebahagiaan. Setelah sifat Bhisma yang hanya suka menampung baik itu jahat maupun itu benar, dan akhirnya memihak kepada yang tidak benar. Inilah yang dapat saya cari dari Bhisma, agar hati-hati mempergunakan sifat menerima, dan dengan pengetahuan yang digunakan dengan kebijaksanaan, akan dapat membawa kemulyaan dan kegembiraan yang tanpa akhir. Lima dan enam menjadi sebelas. Sebelas adalah semua ruang lingkup yang maha luas dapat menerima, kebijakan yang digunakan. Dus berarti harus mempunyai pengetahuan yang luas. Sebelum kematian Bhisma menasehatkan agar sifat-sifat materi itu cinta akan
kesadaran bertuhan dan melupakan sifat materi yang egois dan apa lagi yang didapat dengan cara yang tidak benar. Kepada kekuatan kebenaran sebagai pembebas kegelapan yang penuh nafsu, agar dapat memberikan doa restunya agar sifat menerima yang benar mendapat tempat atau menjadi tempat yang baik dan benar. Setelah dharma itu ingin kembali melihat dirinya, sifat dharma akan lelah. Namun kekuatan Tuhan serta pikiran yang luhur akan dapat menyadarkan apa sebenarnya fungsi daripada dharma. Pikiran terang yang 1uhur akan memberikan juga harta benda yang tempatnya di gunung Himalaya. Kekayaan akan dapat dicari dalam hidup. Hidup adalah kekayaan yang tersimpan di gunung Himalaya. Hidup inilah harus dicari dan dipelihara. Tak usah yang lain. Jadi kalau demikian yang terpenting adalah mempertahankan hidup dan bukan apa-apa. Kekayaan belum tentu dapat menyelamatkan hidup, juga yang lain-lain. Berjuanglah mempertahankan hidup, bagaimana caranya terang harus berusaha. Berusaha mencari yang dapat mempertahankan hidup seperti makanan agar memenuhi gizi, pengetahuan agar dapat mencari dan membedakan yang baik dan tak baik, serta kemauan bekerja yang tekun dalam mencari kekayaan, beramal, badan sehat, serta bhakti yang tulus kehadapan Hyang Widhi Wasa.

Setelah kembalinya dari Gunung Himalaya, dengan harta benda yang dibawa perlu adanya persiapan untuk mengadakan korban Aswa Weda. Menurut pengertian saya arti Aswa Weda itu adalah dengan belajar pada Weda walaupun hal itu tidak didapatkan atas usaha sendiri. Weda berarti juga pengetahuan yang suci dan berketuhanan. Weda juga merupakan kitab suci Agama Hindu, yang dibagi menjadi empat bagian yaitu: Reg Weda, Sama Weda, Yayur Weda dan Atharwa Weda dan Weda kelima adalah Bhagawad Gita. Bila hal ini dapat dipahami, walaupun bukan atas usaha sendiri menemukannya, sangat perlu untuk dipelajari dan dilaksanakan. Kalau sudah itu diketahui, maka dalam segala tindak laku dan perbuatan pasti akan bijaksana. Inilah nasehat Wyasa kepada Yudhistira. Setelah itu selesai dharma dan kebenaran serta kekuatan Tuhan akan dapat bersemayam didalam diri seseorang, walaupun pikiran yang luhur telah terlupakan. Inilah selintas kilas yang baru dapat saya temukan (Wiswamurti).