Hal ini akan berakhir dengan turunnya Krishna untuk mendampingi Pandawa dalam setiap perjuangannya, serta nasehat dari beberapa Maharsi seperti Wyasa, Markandea, Wiswamitra, dan beberapa Dewa dari surga yang akan memberikan petunjuk serta senjata yang akan dapat mengalahkan Korawa. Wyasa adalah perlambang pikiran suci, Markandea adalah perlambang ilmu yang menjadi sumber gerak yang dapat menggerakkan dunia, dan Wiswamitra sebagai perlambang hidup persaudaraan. Dengan ke empat Dewata tadi akan dapat membantu kesadaran serta dapat melenyapkan kebingungan. Kebingungan disebabkan oleh nafsu loba tamah akan kenikmatan dunia maya yang materialistis.

       Untuk tidak terlalu panjang dalam ulasan ini, lebih baik saya lanjutkan dahulu ceritanya sebagai dasar kita untuk mencari isi yang terkandung di dalamnya. Seperti yang dimaksudkan oleh Drestharastra, untuk mewakili menjalankan tugas kerajaan dengan kematiannya Pandu ialah tiada lain kecuali Yudhistira. Namun karena Duryodhana dengan kekerasan hatinya agar dialah yang menjadi raja. Drestharastra yang lemah pendiriannya dapat dipengaruhi sehingga akhirnya Pandawa dibuatkan istana Wanamartha dan tinggal di sana. Dengan demikian maka berhasillah segala tipu muslihat Duryodhana untuk menyingkirkan Pandawa dan ia menjadi raja Hastinapura. Karena Gendari ibunya tahu maksud Duryodhana itu, dan setelah nasehatnya tidak digubris oleh Duryodhana, maka Dewi Gendari mengeluarkan kutukan yang isinya : “Hai putera-putera Kuru, kalau engkau tidak mau bersatu dengan Pandawa, kelak keturunan Kuru akan tumpas dalam perang saudara”.  Di Wanamarta Bhima sebagai pengawal istana dan saudaranya yang sedang tidur dengan nyenyak. Oleh karena etikad jahat yang selalu bersemayam di hati Duryodhana untuk membunuh Pandawa, maka disuruhlah Hidimbi adik dari Hidimba untuk membunuh Bhima setelah Hadimba dapat dibunuh oleh Bhima sendiri. Tetapi hal yang diharapkan itu terbalik. Malah Hidimbi akhirnya menjadi istri Bhima dan lahirlah Gatotkaca. Gatotkaca tidak turut melanjutkan perjalanan dan tinggal bersama ibunya di negeri Pringgadhani. Di dalam pengembaraan Pandawa di hutan, datanglah Bagawan Wyasa memberikan nasehat kepada Pandawa yang isinya adalah : “bahwa didunia ini hanya ada kesedihan dan kegembiraan”. Oleh karena itu, janganlah bersedih. Dan sekarang pergilah ke Ekacakra. Bila kita melihat kembali akan jalan ceritera yang begitu panjang tetapi dipersingkat begitu rupa sehingga kelihatannya begitu singkat. Dari jalan ceritera yang singkat ini kita akan dapat mengambil suatu pemikiran yang banyak. Demikian awal mula dari perebutan kekuatan pemikiran dalam mencari kesejahteraan lahir bathin. Sebenarnya sifat maya ini (dunia ini dengan segala isinya) selalu ingin ketentraman dalam hidup yang harmonis. Hanya dengan berani mengurangi keinginan masing-masing dan mau menghormati hak-hak setiap orang lain yang memang mempunyai hak hidup bebas, barulah akan dapat menemukan kehidupan yang tenang tentram dan damai. Tetapi hal ini memang sulit untuk mengalahkan sifat loba tamah yang angkara itu.

       Dengan sifat loba tamah, kesadaran akan hilang. Dengan hilangnya sifat kesadaran untuk hidup berdampingan, yang disebabkan adanya ingin hidup sendiri, ingin menikmati sendiri dunia ini. Dengan sifat egoistis kita tidak ingin membiarkan pada orang lain untuk menikmati kenikmatan dunia ini, dan tidak mau tahu akan penderitaan orang lain. Malah kita berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyingkirkannya. Malah lebih kejam lagi tindakan yang dijalankan agar orang lain supaya tidak ada alias mati. Tetapi ingat semua perbuatan itu pasti berpahala. Karena etikad buruk yang dijalankan dan buahnya akan dapat menyengsarakan diri sendiri, malah akan membunuhnya.  Di sinilah kelemahan dari jiwa yang materialistis. Dari jiwa yang kebingungan itu, yang tidak disadari memberikan tempat kepada yang menjadi lawan untuk menemukan kebahagiaannya kelak. Dan juga akan dapat mereka menemukan pikiran yang baik dalam pengertian hidup menuju sumbernya. (Pandawa),Wanamartha adalah perlambang kebingungan dalam menggunakan alat-alat yang ada seperti yang berupa harta benda dan pengetahuan. Setelah mengalami kebingungan akibat dari penderitaan yang diderita yang disebabkan oleh sifat yang egois dan materialis, yang tidak memanfaatkan apa yang ada, timbullah satu kekuatan baru. Gatotkaca adalah sebagai kekuatan baru yang maha hebat. Gatotkaca adalah kelahiran dari seorang raksasa Hidimbi dengan Bhima. Raksasa Hidimbi adalah lambang dari nafsu loba tamah yang selalu ingin membunuh kemauan beramal. Tetapi sayang hasil dari amal bhakti tak akan dapat dikalahkan oleh keinginan yang hanya untuk pemenuhan dari nafsu loba tamah yang hanya mementingkan diri sendiri. Setelah sifat egois itu tidak mampu mengalahkan kekuatan beramal atau bermasyarakat, akhirnya antara memikirkan kepentingan sendiri dari sifat sosial telah bersatu padu, timbullah suatu kekuatan kerja yang besar. Di sini dapat juga kita ambil suatu kesimpulan lain, bila kita melakukan kerja yang luhur dan suci dibarengi dengan keinginan sebagai hobby dengan sendirinya tidak akan pernah merasa jemu dan lelah. Oleh karena itu usahakanlah agar dapat memandang semua pekerjaan adalah tugas suci dan merupakan kewajiban. Dengan merasakan itu adalah kewajiban maka sifat enggan, malas pamerih dapat dihilangkan. Setelah itu hilang barulah dapat merasakan akan cinta kerja, kesejahteraan hidup sudah ada di ambang pintu. Di dalam menuju Ekacakra Gatotkaca tidak diikutsertakan dan tinggal bersama ibunya di Pringgadhani. Yang berarti jika kita dalam pemusatan pikiran kepada Tuhan (konsentrasi) hendaknya kita dapat melupakan semua keinginan kekuatan yang ada. Dan tak usah memikirkan perasaan suka duka itu. Itu hanya bersifat sementara. Bebaskanlah dengan pikiran tertuju bahwa hidup ini berubah, dan tak ada yang kekal. Tujukan semua itu kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sebab segala (Wiswamurti)