Sifat Alengkapura tidak senang melihat orang lain sukses, dan selalu merasa bermusuhan. Lalu orang-orang ini mencari orang untuk menyalahkan yang sukses, dan berusaha agar orang sukses menjadi gagal. Mereka berprilaku seperti siluman-siluman. Orang ini juga yang menyuruh orang lain untuk berbuat yang macam-macam. Seperti dalam lingkungan masyarakat : dulu kita baik dengan lingkungan, karena kita berada di bawah mereka, kalau kita lebih baik dari mereka, mereka tidak baik. Sifat Korawa dan Alengka tidak senang melihat hidupnya lebih baik dari pada dirinya. Mereka mencari prilaku kita yang salah-salah dan menyebarkan kepada orang lain, agar orang lain tidak percaya kepada kita.
Prilaku akibat kena pengaruh cerita Pendeta Baka (Cangak) adalah sebagai berikut : mengkhayal, menuntut/ menyalahkan, berperilaku yang acak-acakan, menginginkan milik orang lain.
Kehidupan ini betul-betul sengsara. Perlu waspada, sebab yang ada adalah siluman dan bukan suatu kenyataan. Siluman itu menjebak kita. Kalau kita gugon tuwon, kehidupan kita akan sengsara. Seseorang yang berprilaku tidak wajar pasti ada maksud. Waspada dan jangan percaya.
Yuyu = kepatutan yang tidak boleh dihindari (Yuyutsu). Darah Yuyutsu adalah Wasudewa yang melahirkan para Dewata. Pada suatu saat bathin kita akan tahu. Jika dalam keadaan tidak punya apa-apa, pada waktu itulah muncul kesadaran.
Penderitaan justru melahirkan konsep kehidupan yang baru untuk mempertahankan hidup. Pada akhirnya hukum karma yang bicara. Sifat naluri (rohani) kita akan muncul manakala sifat badan sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Ini yang melahirkan manusia-manusia yang menjadi teladan dalam kehiduan. Jiwa baru itu berubah menjadi Yuyutsu yang akan membunuh sifat-sifat angkara, bodoh, kajuman dan mudah percaya.
Tutur (satwa) itu merupakan pengalaman yang ada pada diri sendiri. Pertimbangan tutur berarti kita sudah mulai berpikir (melihat diri sendiri/introspeksi). Usaha yang benar akan dapat mengemban diri kita. Usaha yang benar adalah dari tutur yang patut dicari. Orang yang belum dapat menemukan tutur belum menjamin usaha-usaha yang benar. Siapa yang tidak mau mendengarkan dia tidak pernah tahu bagaimana perbuatannya.
Orang bingung menjumpai bayangan karena bayangan itu dikatakan kenyataan. Banyak yang menceritakan bayangan/siluman, sehingga keadaan menjadi ramai. Orang yang ramai belum tentu bercerita tutur tetapi cerita bayangan/ siluman. Dalam kehidupan ini lebih baik berpikir mati sebelum mati, sudah mengalami sebelum mengalami.
Dalam melakukan sesuatu harus penuh dengan konsentrasi yang merupakan saka, jangan setengah-setengah, ragu/rwa (saka tiling ambek). Mau tidak mau tujuan itu akan ikut. Dalam kehidupan benar dan salah terima saja, jangan lari kalau ada godaan (taya = sukses/ Widhi). Mau tidak mau keberhasilan itu akan dapat, bukan cobaan/godaan. Yang penting konsentrasikan pikiran. Antara keberhasilan dan kegagalan itu bertemu. Pemusatan pikiran itu didasari oleh satwa.