Setiap upacara agama adalah pengantar terhadap sikap mental manusia. Perilaku manusia akan dikembangkan oleh suatu keadaan sedangkan kebenaran (kesejatian) itu adalah tetap satu. Hanya manusia yang menilai kebenaran itu menurut kondisi. Kebenaran itu adalah kodrat Tuhan (pituduh). Kebenaran menurut pandangan manusia berubah sesuai dengan kepentingannya. Nah di sinilah timbul suatu pertentangan. Ekam ewam satyam jayate. Kebenaran ini dimiliki oleh agama, tidak dimiliki oleh manusia. Orang yang mengerti kesejatian akan ditentang oleh zaman sekarang. Kebenaran Tuhan tidak bisa diganggu gugat, siapa yang mengganggu mendapat bencana dari kebenarannya sendiri. Kebenaran Tuhan adalah kodrat, sedang kebenaran manusia beraneka macam. Jangan terpengaruh kepada orang banyak. Baru dikatakan benar, sudah benar. Kebenaran itu tetap satu. Kebenaran itu akan menghukum pribadi manusia. Manusia sekarang terhukum oleh kebenaran sejati, sebab kebenaran yang semu itu akan menjadi karmawasana yang menjadi hantu dalam diri, dan tidak tentram dalam hidupnya. Setiap kita teringat akan perbuatan yang pernah dilakukan menjadi bingung (ini yang disebut hantu) dan selalu merasa berdosa. Kita memohon keselamatan sedangkan hantu masih berkeliaran dalam diri, apakah mungkin? Dari sini pula orang-orang berpenampilan semu. Kebenaran-kebenaran semu itulah yang menjadi hantu/penggoda dalam kehidupan. Ini pula yang disebut Hukuman Tuhan. Selama hantu itu ada bahkan dikembang biakkan tidak ada tempat untuk duduk (tidak ada ketentraman).
Orang sekarang menentang hati nuraninya. Karena perilakunya yang demikian berarti menentang Tuhan dan berarti menentang kebenaran yang sebenarnya. Bagi yang menentang kebenaran, dunia ini dirasakan api/bara dan semua orang dianggap musuhnya.
Kalau menginginkan kebenaran kita harus membenarkan yang benar, yang salah disalahkan, sehingga kita tidak melahirkan hantu lagi.
Bagaimana kita berusaha untuk mengingat diri sendiri (swaparisuda). Hukum diri sendiri disebut sancita karma (balutan atma kita). Pada saat kematian ini yang memasuki raga kita sehingga kita dibawa ke neraka. Inilah yang membawa penderitaan bathin seseorang. Kita sekarang mengalami ketakutan-ketakutan. Ini yang menyebabkan mimpi buruk, sering kejang-kejang. Kebenaran palsu itu tidak akan memberikan tempat. Ketakutan-ketakutan itu akan menimbulkan kesalahan-kesalahan. Swaparisuda itulah obat.
Dengan swaparisuda ini akan melahirkan manusia-manusia yang selalu berhubungan dengan Tuhan. Berprilaku berani minta maaf (secara kemanusiaan). Secara Yoga agar semua hantu-hantu/setan agar dikembalikan. Ajaran agama tidak disenangi oleh orang-orang yang banyak hantunya. Dalam menjalankan kesejatian itu sifatnya pribadi, bukan melibatkan orang lain.