Anak muda sebagai penyelamat keluarga dan bangsa. Bila kita lihat gejala zaman yang sekarang ini terasa sekali dunia akan hancur lebur dengan segala kemajuan yang ada, karena di antara kita manusia apakah itu manusia anak-anak atau tua, saling berlomba untuk menikmati kemajuan zaman melalui pemenuhan nafsu indrianya. Sebagai anak muda penerus dan penyelamat tentu hendaknya berpikir sejauh mungkin, karena anak muda akan menjadi tua. Sebagai orang muda sekarang ini yang haus dengan pertumbuhan, baik fisik maupun rokhani yang mengalami suatu kehausan untuk menikmati segala yang ada. Dengan keadaan yang serba ada ini memaksa si orang muda itu tertuju pikirannya akan segala kenikmatan yang belum pernah dinikmatinya. Ini memang logis. Dalam kewajaran itu kaum muda tidak mau melihat sebab dan akibat yang akan dihadapinya. Sebagai anak muda yang sedang berkembang, tentu akan tertuju konsentrasi pikirannya kepada segala sesuatu yang dikatakan orang senang dan tidak akan pernah muncul pemikirannya kepada bagaimana nantinya. Dengan adanya kecendrungan yang demikian memaksa anak muda sekarang melupakan tujuan hidup yang didambakannya/atau dicita-citakannya. Mulailah segala perkembangan yang ada dalam dirinya hanya berfungsi untuk kenikmatan. Dan bila hal ini telah tumbuh dan berkembang dalam dirinya maka mau tidak mau akan muncul jalan hidup yang lain, yaitu menjauhi segala yang tidak menyenangkan/menyusahkan pikirannya atau tenaganya. Mereka akan menjauhi sifat kerja (RAJIN) dan suka bermalas-malas dan santai dan waktunya akan dipenuhi dengan obrolan akan kenikmatan lahiriah (BADANI). Sifat badani akan selalu muncul memaksa dirinya untuk menghayal, misalnya : bagaimana nikmatnya orang minum sampai mabuk, nikmatnya persetubuhan, nikmatnya pemerkosaan, nikmatnya pemaksaan, dan bagaimana nikmat…………………….
Dengan adanya gejala itu maka akan terlupakanlah tugas kewajiban yang telah dicita-citakannya. Mulailah banyak alasannya untuk melepaskan dirinya dari tugas kewajiban sebagai anak muda penyelamat keluarga dan bangsa. Belajar malas, buku pelajaran dianggap sebagai musuhnya, pekerjaan rumah sebagai hantunya, sekolah dan kerja sebagai alat hanya untuk bergagah-gagahan saja, dan bukan untuk memperbaiki hidup kelak. Bila hal ini telah bercokol pada diri anak muda maka anak muda bukan lagi sebagai penyelamat tetapi sebagai perusak. Oleh karena itu anak muda hendaknya menyadari hal ini. Kemudaan itu adalah sebagai alat untuk mencari alat yang dapat membuat hidup kita di kemudian hari. Caranya sebenarnya tidak terlalu sulit malah sangat gampang. Caranya begini :

  1. Pupuklah kerajinan itu, karena dengan kerajinan itu kita akan dapat melatih serta mengembangkan daya pikiran kita (sebagai mengasah pisau yang telah berkarat). Dalam melaksanakan pekerjaan (phisik, rohani) tentu akan mendapat kesulitan. Nah di sinilah perlunya tahu akan kesulitan. Siapa yang dapat mengalahkan kesulitan itu dialah pahlawan kehidupan, dan siapa yang menyerah dialah budak hawa nafsu. Inilah barometernya untuk mengukur kemampuan yang kita telah miliki.
  2. Kesadaran akan kebesaran Tuhan. Satu alatnya adalah dengan BHAKTI. Bhakti sebenarnya adalah alat pembersih daripada gangguan otak serta hati/perasaan. Dengan bhakti kita seolah-olah melakukan pembersihan perasaan dan otak kita sehingga dapat melihat sesuatu dengan nyata menurut kenyataannya. Dengan demikian kita tidak akan mudah kena tipu muslihat walaupun berselubung dengan hiasan kenikmatan dan kemewahan dunia lahiriah. Sebab bila pandangan kita tidak terang atau bila pikiran kita tidak terang tentu kita akan dikelabui oleh kepalsuan hidup yang akan membuat penyesalan kemudian. Oleh karena itu dengan prinsip hanya Tuhan yang dapat membersihkan diri kita dari kita dari belenggu kehidupan yang membingungkan dan penuh dengan kepalsuan.
  3. Disiplin yang kuat akan kepribadian kita yang tak akan goyah oleh amukan gejolak zaman sekarang ini, yang tak perlu terangsang oleh nikmatnya indria yang hanya sesaat, karena bukan itu yang menjadi tujuan hidup yang kita inginkan. Dengan ketaatan yang kuat akan cita-cita yang melandasi kehidupan ini maka mau tidak mau kita selalu berorientasi jauh ke muka, sehingga tidakterpancing oleh penipuan yang menyulap keinginan kita. Dengan membiasakan disiplin kita akan terbiasa dengan kehidupan yang penuh dengan tanggung jawab. Orang lain tak akan mengetahui disiplin hidupnya penuh dengan kebimbangan dan keraguan dalam memutuskan suatu problema yang menyangkut dirinya yang mana akan menuruti kehendak orang lain yang tak tahu apa yang menjadi prinsip kita. Dengan kedisiplinan yang kuat membawa kita kepada kepribadian kita cita-citakan. Dan telah nyata adanya goresan dalam menuju kehidupan yang baik dan berwibawa. Harga diri akan terasa dari hari ke hari dengan susul menyusul melekat pada diri, dan akan mendapatkan julukan orang kuat masa kini.
  4. Kejujuran tak perlu menjadi perhatian yang sangat mendalam, karena dengan kegiatan yang penuh dengan kreatif yang diikuti oleh kedisiplinan yang kuat akan mempermudah sikap jujur. Mau tidak mau dengan kita telah bertaqwa kita tidak akan mudah akan berbuat yang bertentangan dengan sifat kejujuran. Tuhan adalah perlambang kejujuran, kreativitas yang tinggi, kedisiplinan yang maha kuat, serta sifat kerja yang membahana yang tak kenal lelah, serta penuh dengan tanggung jawab.
  5. Biasakanlah diri (dengan menyadari bahwa karena perkembangan diri baik phisik, indria maupun rohani) untuk selalu berbuat yang menguntungkan diri dalam jangka panjang. Jangan sekali-kali mengikuti suatu keinginan yang karena hanya terdorong oleh nafsu indriani yang rendah serta melupakan tujuan yang mulia.
  6. Sadarilah, bahwa manusia berkembang dari bayi, kekanak-kanak–anak muda–dewasa serta akan tua. Orang tua menjadi cermin dalam perkembangan manusia biologis (jazad). Begitu juga sebagai anak muda. Jangan lupa nanti kita akan menjadi dewasa, dan akan memikul tanggung jawab sebagai yang dipikul oleh orang tua kita sekarang. Dan juga ingat KEHIDUPAN ANAK LEBIH BAIK DARI KEHIDUPAN ORANG TUA, DAN CUCU LEBIH BAIK DARI ANAK. Itu artinya semua orang harus menyadari bahwa kehidupan yang akan datang harus lebih baik dari yang sekarang. Hal ini menuntut kegiatan dalam segala bidang kerja, al. : belajar (sekolah), kreativitas membangun kehidupan (bekerja di rumah), dan menggunakan waktu yang baik. JANGAN SEKALI DIBIARKAN JIWA KITA UNTUK MENGHAYALKAN KENIKMATAN, karena akan membuat kita malas, yang berakibat FATAL bagi kehidupan selanjutnya (Dari Surat-surat Bapak Wiswamurti).