Kita sudahi saja dahulu, dan mulai lagi melanjutkan ceritera yang merupakan kehidupan Pandawa masuk hutan. Pandawa pindah ke Dwetawana. Pandawa ditipu oleh seorang Brahmana tiruan. Brahmana tadi menceriterakan bahwa alat perapian itu dilarikan oleh rusa yang masuk kepondoknya.

Bila alat itu tak dapat dikembalikan, tentunya Brahmana itu tak akan dapat mengadakan sesaji Agnihotra. Mendengar pengaduan sang Brahmana, Pandawa menyanggupi akan berburu rusa yang melarikannya. Dan segera berangkat. Tetapi apa yang terjadi. Setelah lama mencari rusa tak dapat dicari. Mereka lelah dan haus. Karena hausnya Yudhistira menyuruh Nakula mencari air. Tetapi lama tak kembali. Sebelum Nakula minum telah dicegat oleh suara gaib, tetapi tak dihiraukannya, karena saking hausnya.

Begitu selesai minum Nakula pingsan. Sahadewa menyusul. Juga mengalami seperti yang dialami Nakula dan pingsan. Disusul oleh Arjuna, Bhima juga mengalami nasib yang sama. Tinggal gilirannya Yudhistira. Beliau sangat tekejut melihat saudaranya mengalami nasib yang sama. Tapi beliau juga sangat haus, dan segera akan mengambil air, datanglah suara yang datang dari raksasa siluman. Timbullah tanya jawab antara Yudhistira dengan Raksasa siluman. Antara lain dari hasil tanya jawab tadi dapat saya simpulkan seperti berikut : Musuh yang sukar dikalahkan adalah amarah. Penyakit yang sukar diobati ialah sifat kikir. Siapa yang menuju kebaikan adalah orang baik dan orang yang tak mempunyai iba kasihan adalah orang buruk. Brahmana sejati adalah orang yang sempurna menjalankan hidupnya dengan baik, dan suci. Jadi bukan karena pengetahuan Weda. Sebagai contoh diambilkannya misal : Seorang yang dapat menutup panca indranya, meskipun hanya menjalankan sedekah api, dia dapat disebut Brahmana. Mendengar jawaban Yudhistira itu legalah hati raksasa siluman itu. Begitu juga Yudhistira setelah dapat menjawab pertanyaan yang diajukan raksasa siluman itu, raksasa siluman berjanji akan menghidupkan saudara- saudaranya. Tetapi Yudhistira harus memilih siapakah diantaranya yang akan dihidupkan. Yudhistira mengajukan Nakula. Alasan yang diberikan oleh karena Nakula adalah putra sulung dari ibu tirinya. Dengan demikian maka kedua ibu itu tidak ada yang terlalu sedih dan tidak ada yang gembira.

Mendengar jawaban Yudhistira yang sangat bijaksana, raksasa siluman itu sangat puas. Semua putra Pandawa dihidupkan kembali, sambil memuji kebijaksanaan Yudhistira. Raksasa itu menjelaskan bahwa dirinya sebenarnya Hyang Dharma adalah ayah Yudhistira sendiri. Sebagai janji yang dikeluarkan oleh Sang Hyang Dharma bahwa beliau akan membantu dalam persembunyiannya supaya tidak diketahui oleh Korawa. Hari telah genap 12 tahun hukuman yang dijalani Pandawa.

Setelah diulas mengenai hilangnya kesaktian Karna, sekarang dengan Yudhistira mendapat ujian. Memang tak dapat dihilangkan segala rintangan yang akan meluruskan jalan yang benar. Semua teruji. Dan yang menguji langsung yang menjiwainya. Apa yang dicari itulah yang mengujinya. Tanpa rintangan sesuatunya tak mungkin. Salahlah kiranya kalau berpikir semuanya yang akan dicari itu dengan begitu gampang dan mudah. Sebab tanpa rintangan, berarti tidak adanya usaha. Dalam setiap usaha kita menemukan adanya pengorbanan. Korban sangat diperlukan. Yudhistira yang mempunyai iman sebagai seorang Brahmana, jelas dirinya akan ditipu oleh Brahmana palsu. Dengan demikian akan dapat membedakan mana yang benar mana yang palsu. Kekurang waspadaan menyebabkan terjadinya penipuan. Agar Pandawa tidak takabur dengan pengetahuan serta pelaksanaan sucinya yang telah diakui oleh para Dewa-Dewa, dan agar jangan menghayalkan kesanggupan yang dimilikinya, perlu mendapat ujian. Sebab kenyataannya akan membawa suatu malapetaka. Khayalan akan dapat menjadi saksi kebenaran belum teguhnya iman. Usaha menimbulkan kelesuan. Kehausan akan mendapatken kehidupan tanpa memperhatikan pemiliknya (suara gaib dari Raksasa siluman) menimbulkan kematian. Tetapi syukurlah Yudhistira tidak mau tergesa-gesa. Dia memperhatikannya. Karena ada pemiliknya, dan tidak memaksakan kehendaknya. Dia harus berjuang dulu dengan pengetahuan keagamaan (Dharma) yang dia miliki. Setelah dapat mangalahkan sifat-sifat ketakaburan yang loba, karena dijiwai oleh unsur tatwamasi yang kuat maka berhasil menyelamatkan ke semua saudaranya. Di samping itu akan dapat perlindungan agar seluruh Pandawa tidak dapat diketahui oleh Korawa. Atau dengan kata lain kebenaran tak akan dapat diketahui oleh sifat jahat. Loba yang dilandasi oleh pikiran tidak ingin memiliki, tetapi merupakan suatu keperluan hidup dan beryadnya. Loba yang demikian bukanlah loba sebab tanpa keinginan tidak akan dapat menyelamatkan badan agar tetap sehat dan memerlukan materi sebagai alat untuk tetap hidup. Bila dapat menganggap milik itu adalah milik orang lain, dan dapat menyelamatkan orang lain dalam beryadnya, saya kira itu adalah baik. Tetapi milik yang didapat dengan menyusahkan orang lain demi kepentingan sendiri itu adalah loba yang sebenarnya. Demikian juga yang dialami oleh Yudhistira (Wiswamurti).