Header image alt text

Arya Sastra

Guru yang sejati adalah seorang yang terus belajar sepanjang hidupnya.

Beberapa saat yang lalu materi dalam buku ini telah ditampilkan per episode, sekarang dapat dibaca secara lengkap  dan dapat di download di sini.

Marilah kita lihat usaha yang dijalankan oleh Korawa untuk mengetahui di mana persembunyian Pandawa. Mata-mata disebarkan ke seluruh penjuru dunia. Namun hasilnya nihil. Setelah Duryodhana mendengar kematian Raja Kincaka yang amat sakti yang dibunuh oleh Gandharwa maka timbul niat jahatnya. Duryodhana akan merampas ternak Wirata yang ditempatkan di Trigarta dan sebagian mendekati Wirata. Terjadilah pertempuran dan Raja Matsya tertawan di Trigarta. Pandawa datang membantu kecuali Arjuna. Para Korawa lari dan Raja Matsya dapat dibebaskan. Tetapi Korawa yang mendekati Wirata dapat berbuat sekehendak hatinya. Namun atas saran Sairindri, Wrahatnala akhirnya menjadi kusir Raja Utara. Utara melihat musuh yang sangat banyak akan melarikan diri dari pertempuran. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (habis)” »

Lagi angka 12. Tadi  menjadi 3 yang berarti tri purusartha telah genap berarti telah dapat menggunakan keinginan dalam memenuhi keinginan, dibawa sebagai alat untuk melaksanakan kewajiban dharma (agama). Setelah 12 tahun mengembara di hutan, Pandawa sekarang harus menyembunyikan dirinya agar tidak dapat dikenal oleh siapa jua. Tempat yang dipilih adalah Wirata. Raja Wirata adalah Matsyapati. Di sana Pandawa berubah nama dan kewajiban. Yudhistira sebagai Kanka, Bima dengan nama Balawa, Arjuna dengan Wrahatnala, Dewi Drupadi dengan Siridri, Nakula dengan nama Grantika, Sahadewa dengan nama Tantipala. Semuanya diterima dengan tidak diketahui asal usulnya. Mereka bekerja dengan rajin. Balawa dapat mengalahkan Mallojina musuh yang terkuat raja Matsya. Tetapi Pandawa hampir mendapat bahaya. Hal ini disebabkan oleh Kincaka yang akan memaksakan keinginannya untuk memperistri Siridri, terpaksa harus mati dibunuh Balawa. Dengan kejadian ini Pandawa akan diusir, karena Siridri harus ikut membakar diri sebagai penyebab kematian Kincaka. Waktu tinggal 12 hari. Siridri mendapat akal dan memohon agar dapat diperkenankan tinggal di Wirata selama 13 hari lagi. Dan permohonan itu terkabul. Pandawa selamat dalam hukumannya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (22)” »

Kita sudahi saja dahulu, dan mulai lagi melanjutkan ceritera yang merupakan kehidupan Pandawa masuk hutan. Pandawa pindah ke Dwetawana. Pandawa ditipu oleh seorang Brahmana tiruan. Brahmana tadi menceriterakan bahwa alat perapian itu dilarikan oleh rusa yang masuk kepondoknya.

Bila alat itu tak dapat dikembalikan, tentunya Brahmana itu tak akan dapat mengadakan sesaji Agnihotra. Mendengar pengaduan sang Brahmana, Pandawa menyanggupi akan berburu rusa yang melarikannya. Dan segera berangkat. Tetapi apa yang terjadi. Setelah lama mencari rusa tak dapat dicari. Mereka lelah dan haus. Karena hausnya Yudhistira menyuruh Nakula mencari air. Tetapi lama tak kembali. Sebelum Nakula minum telah dicegat oleh suara gaib, tetapi tak dihiraukannya, karena saking hausnya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (21)” »

Marilah kita lanjutkan lagi ceriteranya agar jangan terputus. Tahun kedua belas Pandawa dihutan. Hyang Indra turun ke Mercapada akan meminta kutang dan anting-anting yang dipakai Karna. Kutang baju kesaktiannya akan diminta. Sebelum Hyang Indra turun ke Mercapada, Karna telah mimpi bahwa Bhatara Surya memberitahukan akan adanya seorang Brahmana yang akan minta kutang dan anting-anting yang ada pada dirinya. Untuk itu jangan diberikan, karena akan membawa kematian dalam perang Bharatayudha kelak. Yang meminta itu tiada lain dari Hyang Indra yang berganti rupa. Namun karena akan menepati janji seorang kesatria, akan lebih baik mati daripada tidak menepati janji. Dan akan diberikan. Bhatara Surya mendengar kata Karna tadi memperingatkan agar dia meminta ganti dengan senjata yang sakti. Begitu Karna terbangun. Esok harinya datanglah Brahmana yang tiada lain daripada Hyang Indra yang meminta baju kutang serta anting-anting yang dipakainya. Dan juga Karna meminta senjata sakti kepada Brahmana tadi. Setelah senjata konta si panah sakti yang diberikan Hyang Indra tadi telah diterimanya maka Karna membuka kutang dan anting-anting yang dipakainya dan diberikannya kepada Hyang Indra. Penggunaan panah konta itu mempunyai syarat agar dipakai melawan musuh yang sakti, karena hanya dapat dipakai satu kali saja. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (20)” »

Nah saya tinggalkan saja dulu, supaya jangan bertele-tele. Lebih baik saya akan melanjutkan saja. Pada suatu hari Drupadi ditinggalkan berburu oleh para Pandawa. Pada waktu itu pula suatu kebetulan juga Raja Jayadrata, Raja Sindu, putra Raja Wredaksatra akan meminang putri Raja Salya dari Madraka. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (19)” »

Setelah genap 11 tahun menjalani hukuman di hutan, para Pandawa pindah lagi kehutan Kamyaka. Pada suatu hari datanglah Bhagawan Wyasa mengunjungi Pandawa. Melihat keadaan para Pandawa yang sangat sengsara beliau sangat hiba, dan berkata di dunia ini tak ada yang tetap. Tidak seorangpun yang pernah merasa bahagia seumur hidupnya. Tak seorang pula yang selalu menderita seumur  hidupnya. Orang bijaksana selalu teguh hatinya menghadapi kebahagian dan penderitaan. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (18)” »

Kembali dengan ceritera Korawa mengunjungi Pandawa. Hal ini berkat kesedihan Raja Drestharastra, demi mendengar ceritera kesedihan Pandawa dalam hutan. Lebih-lebih yang dialami oleh Drupadi. Timbullah penyesalan dari Drestharastra atas segala tindakannya yang selalu mengikuti kehendak anaknya yang jahil. Tetapi lain halnya dengan Duryodhana. Malah sebaliknya. Duryodhana akan minta izin untuk melihat hewan-hewan di pinggiran Dwetawana. Duryodhana akan memperlihatkan segala keagungan dan kebesarannya sebagai Raja untuk menambah penderitaan bathin Pandawa, serta menyaksikan penderitaan yang sedang dialami Pandawa. Satyam ewa jayate. Sebelum sampai di Dwetawana, Duryodhana telah dicegat oleh tentara Gandarwa. Terjadilah pertempuran antara bala tentara Duryodhana melawan bala tentara Gandarwa. Duryodhana mendapat kekalahan. Duryodhana ditawan. Korawa minta bantuan Pandawa untuk membebaskan Duryodhana. Duryodhana dapat dibebaskan oleh Pandawa. Bhima sebelum melakukan pertolongan lebih dahulu telah dapat mengeluarkan sakit hatinya dengan kata-kata yang menyakitkan hati para Korawa. Bila tidak karena Yudhistira yang ditakutinya mungkin Bhima tidak akan melakukannya. Para Gandarwa disuruh oleh Bhatara Indra akan menyelamatkan Pandawa dari penghinaan Duryodhana dan untuk menghukum kembali Duryodhana atas maksud jahat yang akan dilakukan terhadap Pandawa. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (17)” »

Setelah dapat mengenal penipuan-penipuan yang dijalankan oleh raksasa yang berwujud Brahmana dan ujian yang berat yang dialami Bhima serta seluruh Pandawa, dan kenikmatan yang sedang dinikmati oleh Arjuna di Kahyangan. Saya akan lanjutkan dengan kembalinya Arjuna berkumpul kembali dengan saudara-saudaranya. Kedatangan Arjuna membawa suatu prabawa yang menggembirakan. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (16)” »


Bila tadi ujian yang diberikan kepada Arjuna, Bhima dan sekarang tinggallah gilirannya pada Yudhistira untuk mendapatkan ujian. Marilah kita ikuti jalan ceriteranya. Pada suatu hari Yudhistira, Nakula dan Sahadewa dan Drupadi ditipu oleh seorang raksasa yang bernama Jatasura. Raksasa Jatasura berganti rupa menjadi seorang Brahmana. Brahmana mengajak Yudhistira meningglkan Wedari dan Yudhistira mengikuti saja. Pada waktu itu Bhima, Gatotkaca tidak ada di sana dan Arjuna sedang ada di Kahyangan. Begitu Bhima pulang dari berburu bersama anaknya si Gatotkaca, di tengah jalan Bhima melihat  Yudhistira dilarikan oleh Jatasura. Nah terjadilah pertempuran yang seru. Jatasura dapat dikalahkan. Pandawa kembali ke Wedari. Setelah beberapa lamanya perjalanan diteruskan lagi. Sekarang menuju pertapaan Artisena di Himawat. Drupadi ingin mengetahui puncak gunung Gandamadana. Bhima menyanggupi. Bhima pergi sendiri ke puncak gunung Gandamadana. Untuk mengetahui keamanan serta akan mengamankan raksasa yang menjaganya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (15)” »