Perundingan antara Korawa dan Pandawa yang diwakili oleh Krishna gagal. Para Dewa marah, karena Duryodhana tak menepati janjinya. Para Pandawa tak sabar. Terjadilah perundingan dengan Raja Matsya sebagai ketua. Yudhistira diperintahkan untuk mengerahkan semua perajuritnya, Bhatara Krishna sebagai pengatur siasat. Seluruh kerajaan Wirata dengan seisinya sebagai perbekalannya. Segala biaya agar dipergunakan semua yang ada di Wirata. Bhatara Krishna sebagai tenaga pengatur, memberikan tugas pada Dresthadhyumna sebagai panglima perang pertama. Menurut pendapat Bhatara Krishna Dresthadhyumalah yang akan dapat membunuh Bhagawan Drona. Dan Bhatara Krishna memberikan semangat tempur kepada semua prajurit Pandawa, demi merebut tumpah darah yang dikuasai musuh. Tugas satria ialah : membela kedaulatan negeri, memberantas sifat angkara, penghalang kesejahteraan Nusa Bangsa, dan selalu cinta Nusa Bangsa, sesama, dan cinta kebenaran dan keadilan. Dalam perjuangan percaya akan diri sendiri dalam melakukan dharma, mati adalah surga, hidup adalah mukti. Berjuanglah! Setelah mendengar nasehat serta petunjuk-petunjuk dari Bhatara Krishna, maka semua prajurit Pandawa dengan semua panglima-panglima perangnya menuju Tegal Kuruksetra. Di sini dapat disebutkan Raja yang ikut membantu Pandawa.

  1.  Sang Dresthaketu dari negeri Cedhi.
  2.  Sang Jarasandha dengan putranya Jayatsena dari Dasarna.
  3.  Sang Hyranyawarma, sebagai mertua Srikandi dari Dasarna.
  4.  Raja Kuntibojo, bapak angkat Dewi Kunti.
  5.   Raja Kasi, mertua Bhima.
  6.  Sang Satyaki dengan perajurit bangsa Satwaka.
  7.  Sang Padya dari Mathura Selatan.

Demikianlah kejadian bila sifat kebenaran yang penuh pengertian itu tidak dapat terlaksana. Unsur kebenaran akan bangun dan bergerak dan berusaha dengan segala kekuatan yang ada. Begitu juga yang berkecamuk dalam setiap diri seseorang, bila hal-hal yang benar tidak dapat menemukan tempatnya. Siapa saja, bila melihat sesuatu yang benar tidak akan mendapat tempat. Timbullah suatu kekuatan baru yang akan melabrak kehidupan yang salah, yang dengan seenaknya menguasai tempat. Demikian juga bila tempat-tempat itu dikuasai oleh unsur-unsur yang tidak baik, jahat, penipu, licik, dengan kekuasannya berbuat semaunya, dengan pengetahuannya untuk menyengsarakan orang lain. Demi kehidupan yang harmonis, hidup berdampingan yang penuh rasa persaudaraan, dan demi selamatnya kebenaran, dan agama serta bangsa dan tanah air, di bawah pengaturan kebenaran Tuhan, saya kira sanggup akan mengorbankan dirinya. Inilah yang menjadi pegangan teguh bagi Pandawa dan rakyat Wirata untuk berkorban dan bertempur. Dengan bimbingan Tuhan Yang Maha Kuasa, kebenaran pasti menang. Satyam Ewa Jayate. Inilah yang dapat saya ambilkan dari keikhlasan Raja Wirata dan dari keikhlasan Pandawa untuk bertempur. Oleh karena itu berjuanglah mengalahkan sifat yang gelap dan adharma. Adapun yang akan membantu dalam mengalahkan sifat gelap, dan loba walaupun dengan bala bantuannya yang banyak jumlahnya, namun akan dapat dikalahkan. Dresthaketu sebagai pemimpin adat atau agama, yang bersumber dari Cedhi yang berarti yang menjadi perintah Tuhan (adhi). Dengan pimpinan agama yang membawa sifat Ketuhanan akan dapat mengalahkan kegelapan dalam sifat  yang gelap dan loba atau yang materialis egoistis. Jayatsena sebagai tenaga muda yang penuh semangat dalam usaha memenuhi kehidupan yang bersumber dari kekuatan baik atau usaha yang baik, dengan kehalusan budhinya. Sang Hyranyawarma sebagai sumber mencari dan yang melahirkan, atau mencari dari Ibu Pertiwi. Srikandi ilmu mencari materi sebagai pengisi hidup sebagai hasil dari pengetahuan pemenuhan hidup yang baik. Kuntiboja adalah konsentrasi dalam segala aktivitas dunia, agar apa yang dicari dapat diketemukan. Kasi mertua Bhima atau merupakan sifat mau memberi dari apa yang dimiliki, berarti dapat memikirkan orang lain. Tanpa sifat asi akan sukar melakukan amal. Pandya dapat menggunakan kekuatan yang ada dengan baik. Bila ke tujuh sifat yang dibawakan oleh ke tujuh raja yang akan membantu Pandawa, sulitlah suatu pengertian hidup beragama akan dapat dikalahkan di dalam pertempuran melawan Korawa.   Ke tujuh sifat itu ialah taat kepada pimpinan agama, mempunyai usaha serta kemauan yang kuat (swadaya), dapat mencari sendiri dari sumbernya (Hyranya—yang melahirkan), dapat menyatukan pikiran atau kerja, penuh dengan tatwamasi, jujur, luhur budhinya dan mempunyai keterampilan (ilmu pengetahuan kerja), maka sifat yang dibawa oleh Korawa akan dapat dikalahkan. Nah inilah yang dapat saya cari dalam menanggapi dan mengulas cerita di atas. Inilah suatu hal yang perlu mengapa orang lain dapat menemukan kehidupan yang bahagia, dan dapat hidup dengan kemakmuran. Mengapa pula materi dapat menentramkan hidup, dan bukan menyengsarakan hidup seperti Korawa yang penuh materi, yang menimbulkan kesengsaraan dan kemelaratan serta kematiannya. Pengendalianlah yang perlu, baik dalam mencari maupun dalam penggunaannya. Bila hal itu dapat dilaksanakan hidup di dunia ini adalah bahagia (Wiswamurti).