Hyang Brahma mengadakan sidang pertemuan antara para dewa pengisi sorga. Dalam persidangan itu bertiuplah angin yang sangat kencang sekali, yang menyebabkan terjadi di luar acara sidang. Pakaian Dewi Gangga tersingkap sehingga kelihatan tubuhnya yang sangat menarik nafsu birahi. Melihat hal yang demikian semua dewa-dewa pada tunduk, agar jangan memalukan sang Dewi. Namun Dewa Mahabisa bahkan sebaliknya, dan sangat memperhatikannya dengan seksama. Melihat perbuatan kedua dewa itu marahlah Hyang Brahma dan memerintahkan agar keduanya lahir ke dunia. Dewi Gangga lahir ke dunia dengan nama Dewi Gangga di tepi sungai Gangga dan Dewa Mahabisa dengan nama Shantanu, sebagai putra Raja Pratipa. Pada waktu Raja Pratipa berburu, berjumpa dengan Dewi Gangga. Namun karena Dewi Gangga waktu diemban duduk pada paha kanan, oleh karena salah duduk itu menyebabkan Dewi Gangga tidak jadi diambil menjadi isteri, namun akan dijadikan menantu. Dan pada waktu itu atas permohonan Dewi gangga, dia tetap akan muda, dan kedua segala keinginannya tidak akan ditolak. Raja Pratipa pergi bertapa, yang menjadi raja adalah Shantanu. Pada suatu waktu beliau berburu, dan berjumpa dengan Dewi Gangga. Permintaan Dewi Gangga agar raja tidak akan menolak segala perbuatannya. Raja Shantanu setuju, dan terjadilah perkawinan antara Dewi Gangga dengan Shantanu. Dari perkawinannya lahirlah Bhisma.
Bila kita menanggapi kejadian itu maka kita dibawa berpikir kepada suatu sebab dari adanya kelahiran (punarbhawa). Sebab-sebab dari adanya kelahiran ialah karena adanya karmawasana yang menjadi badan roh (Atma), yang mempunyai suatu keinginan-keinginan yang harus dipenuhi. Karmawasana tiada lain daripada karma-karma di dunia ini yang belum dapat dipenuhinya (sancitta). Untuk memenuhinya itu tiada jalan lain daripada harus lahir kembali ke dunia. Sesuatunya itu tak akan dapat dicari di alam sana. Tetapi bila ditelaah jalan ceritanya akan kemarahan daripada Dewa Brahma itu tiada lain sesuatu yang dicari tidak ada di sorga. Untuk memenuhi daripada keinginan-keinginan akan sesuatu yang bersifat maya harus dicari di dunia maya. Oleh karena itu Dewa Mahabisa harus dilahirkan ke dunia dengan nama Shantanu putera Raja Pratipa.
Shantanu mempunyai suatu pengertian orang yang harus damai di dunia untuk mendapatkannya/mencarinya di dunia. Tetapi dalam hal ini akan saya andaikan sebagai manusia yang hidup. Jadi berarti bahwa hidup manusia berasal dari Dewa Mahabisa, yang tahu segala-galanya. Tetapi oleh karena kesadarannya telah hilang yang disebabkan oleh keinginan-keinginan kita akan suatu kenikmatan maya, akhirnya menjadi lupa karenanya, yang menyebabkan tergelincir ke jurang kenistaan (neraka). Lahirlah dengan tangis penyesalan, begitu juga Dewi Gangga yang tidak tahu menyembunyikan kenikmatan yang ada pada dirinya dan dengan gelora nafsunya, sehingga mau memperlihatkan dirinya untuk memberi kesempatan kepada yang lupa diri yang hanya di bawah kekuasaan nafsu indria. Karena bukan tempatnya di sana, terpaksa juga harus lahir ke dunia lagi.
Dewi Gangga dapat pula diandaikan dengan suatu kenikmatan yang ada pada dunia. Dengan kelahiran kedua Dewa itu ke dunia maka akan bertemulah antara yang hidup (manusia) dengan pengisi kehidupan Dewi Gangga atau keperluan hidup. Atau lebih sempit lagi boleh pula diartikan dengan sandang pangan. Setelah mereka lahir ke dunia disebabkan oleh kesalahan penempatan diri dari Dewi Gangga akan dijadikan anak menantu. Isteri adalah merupakan sakti atau kekuatan atau wadah dan bukan merupakan hasil dari suatu karma melainkan karma itu sendiri. Oleh karena itu pula alasan yang dipakai oleh Pratipa untuk tidak menjadikannya sebagai isteri tetapi akan diberikan kepada anaknya yang merupakan hasil dari karma (perbuatan) yang langsung (Menjelajahi Mahabharata Ke-1, ”Bagaimana Mendidik Bayi ini? , oleh I.N. Sika WM, 1975).