Hanya sekian dahulu ulasan yang dapat saya berikan, karena hampir sebagian besar telah dijelaskan dimuka. Lebih baik kalau saya melanjutkan dengan kematiannya Salya. Salya juga panglima perang yang tangguh. Mempunyai kesaktian yang melebihi Karna. Jadi Pandawa sangat khawatir akan kesaktiannya Salya. Namun karena ada maksud baik dari Salya yang tak mau membela Korawa, tetapi karena telah terkena tipu, demi harga dirinya sebagai seorang satria badannya dia serahkan kepada Korawa. Diapun akan menunjukkan sifat satrianya dalam medan pertempuran. Dia tak akan mau, kalau dia dipandang penghianat yang secara nyata. Akhirnya atas nasehat Krishna, dengan mengirim utusan (Nakula) untuk meminta rahasia kematiannya. Nakula berhasil baik, dan Salya mau memberikan. Hanya Yudhistiralah yang akan dapat mengalahkannya. Yudhistira menghadapi Salya. Salyapun tahu dirinya akan menemui ajal. Dengan senjata Kalimosada akhirnya Salya gugur. Dengan demikian habislah kekuatan Duryodhana yang diandalkan.
Bila saya melihat dengan gugurnya Salya sebagai panglima yang tangguh, lemahlah kekuatan Korawa. Sebelum saya menceritakan gugurnya Duryodhana terlebih dahulu saya akan menyelesaikan memberikan ulasan mengenai gugurnya Salya terlebih dahulu. Seperti apa yang saya jelaskan tadi ada waktu kematiannya Karna, Salya mempunyai persamaan dengan Karna. Cuma ada lainnya Salya adalah perasaan kenikmatan. Nakula adalah merupakan badan wadahnya. Atau tempatnya sendiri. Mari saya umpamakan Nakula itu adalah makanan yang lezat. Kelezatan berada pada makanan tadi. Salya adalah dorongan keinginan untuk menikmati kelezatan. Bagaimana mungkin akan mendapatkan kelezatan itu, tanpa dengan makanannya. Dalam pertempuran Pandawa selalu merasa kewalahan. Turunlah Bhatara Krishna. Dengan sendirinya dia akan lebih baik menyerah bila dibandingkan dengan membunuh Nakula. Dengan membunuh Nakula (makanan) berarti menghilangkan kelezatannya. Lalu apa yang hendak dicari, bila Nakula telah mati, namun jiwanya akan dia serahkan kepada Pandawa. Namun bagaimana caranya? Lihatlah pada kematian Karna dan nantinya dengan kekuatan serta penyerahannya yang bijaksana. Perasaan harga diri akan lenyap dengan sendirinya. Dan dengan kekuatan Agama dari dharma, dengan kekuatan dari ajaran Kalimosadanya akan dapat mengalahkannya. Lima itu menjadi obatnya. Bila saya ambilkan lima obat sebagai alat agama atau sumber agama yang akan menjadi obatnya agar sifat selalu ingin menikmati kenikmatan dunia maya ini adalah Catur Weda dengan Bhagawad Gita. Inilah yang dapat menghilangkan perasaan yang selalu ingin memberikan kepuasan indria. Dengan ajaran agama lenyaplah kekuasaan indria (Wiswamurti).