Begitu sulitnya menanamkan kesadaran pada manusia, dari manusia Bhuta supaya bisa menjadi manusia Dewa. Manusia Bhuta terjebak pada dunia material hanya berpikir kenikmatan manusia dunia, seolah-olah hidup hanya sampai di sana, tidak ada kelanjutannya. Liarnya manusia hidup sekarang seperti tidak mempunyai kelanjutan. Semua dilihat dari keinginan dirinya. Kekuatan manusia masa kini hanya untuk membuat ribut sehingga pada akhirnya semua menjadi kecewa dalam hidup ini. Manusia Dewa manusia yang tahu pasti tentang kehidupan materi sehinggga bermanfaat. Ia mengerti permasalahan hidup sehingga ia bisa mengusahakan hidup, bisa membebaskan dirinya dari kenikmatan kehidupan. Manusia Bhuta tidak bisa, justru makin mencengkram kehidupannya. Terlalu gampang manusia sekarang untuk bertengkar dengan sesamanya karena terlalu buta dengan kenyataan yang ada. Sekarang bagaimana menempatkan diri, apa yang akan diusahakan? Dunia terlalu gelap, perilaku manusia sudah gelap. Lalu apa yang dipikirkan oleh kehidupan ini? Manusia edan, saatnya menerima pala karma umum. Ikut-ikutan gila, bagaimana mendapatkan kedamaian? (menjadi orang buta dan gila). Tidak saatnya sekarang untuk berbicara supaya dianggap orang pintar. Saat ini kita lebih baik diam dan dengar. Ngetren sehingga menjadi tumpuan kehidupan tetapi tidak mengerti. Sumber penyebab kekacauan yang menyiksa umat manusia. Ngetren, takut dikatakan terlambat.
Manusia harus memahami keseluruhan 4 (empat) masalah hidup (pengorbanan dan pengetahuan, kreativitas, kesehatan, keperluan rohani dan kenikmatan). Itu semua alat-alat hidup bukan tujuan hidup. Semua merupakan putaran suatu kehidupan yang disimbulkan dengan swastika.
Di dalam memutuskan sesuatu harus memiliki kebenaran karena membawa resiko. Hidup ini utuh, tidak sepotong-potong dan hidup ini tidak ada yang pasti tetapi relatif. Setiap langkah membawa akibat yang minta pertanggung jawaban bukan lari dari tanggung jawab seperti sekarang ini dan menyerahkan kepada orang lain yang tidak berhak menerimanya. Makin mampu kita hidup lebih baik justru rasa kebahagiaan makin mundur sebab berbanding terbalik. Timbulnya ego mengurangi komunikasi sehingga timbul kata-kata tidak enak. Apa ini tidak mencerminkan kemelaratan dalam jiwa kita? Kemiskinan masyarakat adalah kemiskinan ego akibat meningkatnya materi. Batas kemiskinan masyarakat sampai kepada batas kehilangan kepercayaan diri. Bukti pemahaman hidup tidak dikuasai. Sebenarnya harus ada kebanggaan. Hilangnya rasa syukur suatu pembuktian yang autentik. Jika ada, masih ada berarti kenikmatan masih ada. Perilaku manusia tidak lebih dari binatang. Ada yang kita dapat ada yang kita korbankan untuk bisa mendapatkan kembali. Keserakahan menyebabkan di mana-mana terjadi korban. Dengan mengerti akan ada rasa syukur. Orang yang tidak mengerti dikuasai oleh egonya. Manusia yang ego tahunya menuntut. Jangan berpikir materialis sebab keyakinan akan hilang dan akan membunuh diri sendiri. Ini adalah kodrat perilaku manusia. Cara memanfaatkan apa yang kita dapatkan yaitu ingat pada masa depan seperti (sakit, kematian, dan sebagainya). Ingatan kita yang akan menuntun.