Antara sorga dan neraka sangat tipis. Bagi yang tidak berpikir panjang pasti tidak percaya. Antara kerelaan berkorban dan kenyamanan adalah tunggal. Sifat Aku tidak memberikan untuk berkorban. Apapun yang kita lakukan pasti pengorbanan. Pengorbanan itu tergantung bidangnya masing-masing. Di zaman ini tidak adanya kerelaan berkorban, tetapi mengharapkan untuk mendapatkan kenyamanan. Apakah mungkin? Orang-orang yang menderita bertahun-tahun menderita, dan pada suatu saat pasti bahagia. Sekarang yang paling berat adalah mengorbankan sifat AKU. Yang jelas harus ada mau mengalah. Kalau sifat aku mengalah dibilang kalah, karena itulah seseorang akan menjalani penderitaan yang tidak pernah selesai. Sorga neraka adalah tunggal, bahagia dan menderita tergantung kita menafsirkannya. Kebahagiaan akan ada bila adanya kerelaan berkorban untuk menyelesaikan kewajiban. Yang menderita itu apa? Yang bahagia itu apa? Bahagia/menderita yang berbicara adalah hati nurani. Yang menderita disebabkan oleh sifat AKU (misalnya menginginkan sesuatu yang kita sendiri tidak bisa akan kita capai, menuntut sesuatu yang ia sendiri tidak pernah/mau mengusahakannya. Sifat pikiran kita memberikan jalan ke luar untuk membantu kita. Bagi yang belum memiliki pemikiran-pemikiran demikian tidak mencapainya. Kegagalan seseorang untuk mencapai suatu tujuan karena adanya ingin-ingin saja. Orang-orang ini yang suka menyalahkan, yang pada akhirnya menyiksa diri sendiri (yang jelas di sini kerelaan berkorban tidak ada). Jika sifat AKU kita belum tunduk kita tidak akan pernah bahagia. Dari sini pula kita melihat apa seseorang ada di jalur bahagia atau di jalur penderitaan. Tidak rela berkorban dalam hubungan bermasyarakat akan membuat kemelut antar anggota masyarakat.
Kegagalan-kegagalan menimbulkan depresi jiwa. Kita harus mau menerima penderitaan itu. Belajar merendah itu sangat sulit. Merendah diri adalah budaya Timur. Jika sifat-sifat ini tidak ada sifat-sifat negatif/jahat kita tumbuh dengan subur. Kejahatan-kejahatan yang sekarang muncul ada kaitannya dengan mempertahankan sifat AKU. Tattwamasi harus dapat dilaksanakan jika tidak ingin menyiksa perasaan sendiri.
Sebagai manusia tidak boleh berpuas diri sebab kalau demikian manusia akan lupa dan tidak bisa meningkatkan diri lagi. Kebanggaan diri akan membawa semangat baru.