Rwabhineda kalau bergerak menjadi dua. Orang yang berpikir dari satu sisi akan kecewa. Manusia dibelenggu oleh sifat individualnya sehingga tidak mau berpikir dari sisi lain. Rwabhineda bukan dua hal yang bertentangan tetapi saling berkaitan yang tidak bisa terlepas, yang sudah menunggal menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan oleh siapapun juga. Harus kedua-duanya diambil dapatlah satu. Kalau satu diambil tidak akan mendapat apa-apa.

Zaman kemarin adalah zaman kegagalan total, sebab mengambil kehidupan dari satu sisi. Misalnya: sisi material, jiwanya hancur. Rohaninya baik, material hancur.

Apapun kehidupan di dunia ini terlibat oleh Rwabhineda.  Tanpa Rwabhineda tidak ada gerakan. Penyakit kelainan disebabkan manusia tidak menghayati rwabhineda (tidak berpikir keseimbangan). Orang mengeluh karena berpikir dari satu sisi. Dari rwabhineda adanya unsur suka-duka. Jika diambil suka, duka yang dapat. Jika duka yang diambil dapat suka. Siapa yang ingin mengambil sukanya, pasti yang dapat lebih banyak adalah dukanya. Begitu sebaliknya. Jalan berpikir manusia sekarang mau gampang akhirnya yang didapat adalah susah.

Manusia Kali Yuga tidak mendapatkan kepuasan bathin dan selalu menimbulkan pertentangan. Jika tidak ingin kecewa suka-duka itu harus diambil. Misalnya seseorang tidak ada yang mau menolong karena suka gampang. Kalau pamerih kepada seseorang justru kerugian yang akan kita dapatkan, sebab dasar prilaku manusia sama. Siapa yang mau rugi? Liku-liku hidup inilah yang menyebabkan manusia tidak berkembang.

Dalam hukum agama tidak ada yang lebih maupun kurang. Satu perilaku kita ada yang membuat orang lain senang dan ada tidak senang. Tidak mungkin senang semuanya. Andaikata semua senang kehidupan ini tidak ada.

Hanya sifat tanpa pamerih manusia dapat membebaskan diri dari belenggu rwabhineda. Oleh karena itu, timbullah dharma (pelaksana kewajiban) yang menghapuskan suka-duka. Selama ada keterlibatan, dharma itu tidak ada sehingga kecendrungan untuk hidup kertha sulit. Memberi dan tidak memberi bukan keterlibatan namun merupakan kewajiban. Selama manusia belum mengerti rwabhineda manusia tidak dapat melaksanakan kewajiban.

Manusia yang terlibat melahirkan prilaku serba ragu. Dalam keraguan ini manusia tidak memiliki kreativitas untuk merencanakan  hidupnya.

Dibenci dan disenangi sama saja tetapi ingat kewajiban. Dibenci/disenangi karena adanya keterlibatan pada objek. Selama keterlibatan masih ada berarti manusia masih dalam perangkap, sehingga kelapangan dada tidak pernah ada. Kita paling sering ribut dengan orang yang menjebak itu, memang pada awalnya enak. Orang Kali Yuga tidak mau tahu bahwa ada perangkap. Orang sekarang kebanyakan ingin jadi burung dalam sangkar emas, akhirnya kekecewaan yang diperolehnya. Orang serakah gampang sekali terkena perangkap.