Header image alt text

Arya Sastra

Guru yang sejati adalah seorang yang terus belajar sepanjang hidupnya.

Penghayatan Cerita Anggada Duta (2)

Posted by Wijaya Kusuma on Juli 31, 2014
Posted in Spiritual  | Tagged With: , , ,

Anggada setelah kesadarannya kembali, kembali menjadi pahlawan Ayodya. Unsur Alengka dan Ayodya jaraknya jauh sekali. Perlu kapal untuk mencapai itu. Dengan kemauan kembali maka Anggada ditugaskan sebagai jembatan untuk menghubungkan Ayodya dengan Alengkapura. Antara sifat ayu dan sifat malas jauh berbeda walaupun diri disatukan. Biar jauh badannya tetapi pikirannya dekat inilah yang dicari. Inilah sebabnya pikiran tidak akrab, badan bisa akrab. Kalau keadaan kita begini akan terjadi tarik menarik.  Memang tidak mungkin bisa bertemu antara yang berpikir rahayu dan berpikir malas. Untuk mempertemukan ini harus ada jembatan. Continue reading “Penghayatan Cerita Anggada Duta (2)” »

Penghayatan Cerita Anggada Duta (1)

Posted by Wijaya Kusuma on Juli 31, 2014
Posted in Spiritual  | Tagged With: , , ,

Apa yang kita lakukan dalam menemukan kembali yang hilang? Satu-satunya jalan dengan perjuangan dan pengorbanan. Sesuatu yang hilang itu adalah Kesejahteraan hidup. Banyak mengalami lebingungan dalam hidupnya. Anggada penuh semangat dalam konsep Rama untuk meyerbu Alengka guna menemukan kembali Shita. Continue reading “Penghayatan Cerita Anggada Duta (1)” »

       Kita semua mempunyai badan (Anggada, angga) dan keinginan serta berpikir untuk memberi kesejahteraan dari badan. Anggada adalah anak dari Subali. Sedangkan Subali sendiri merupakan titisan Sang Hyang Kali (keterikatan pada benda-benda lahiriah). Sang Hyang Kali lahir sebagai Subali (pikiran-pikiran material) dan Rawana. Pada akhirnya Dewi Shita diambil oleh Rawana (kesejahteraan diambil oleh keserakahan). Orang yang serakah tidak mau mendengar apa-apa. Bagian dalam dari dirinya adalah Wibisana, tersiksa. Subali dan Sugriwa memperebutkan Dewi Tara (kehidupan yang nyata). Perkelahian antara Subali dan Sugriwa berarti pikiran terombang-ambing mana yang benar. Apakah saya harus memenuhi unsur lahiriah/rohaniah saja. Manusia telah kehilangan kesejahteraan, lalu mengejar Shita hanya dengan bakti. Jelas tidak mungkin jika tanpa usaha (perjalanan dalam 18 tahun). Pada saat inilah baru dipilih apakah memenuhi unsur lahiriah/rohaniah. Pergulatan/pertengkaran terjadi dalam pikiran manusia. Dalam keadaan inilah muncul hati nurani (indra ke-enam). Hati nurani merupakan suatu keputusan yang tidak bisa dicari mengapa diputuskan demikian. Inilah yang dimaksud dengan SUARA TUHAN. Suara Tuhan pernah kita dapatkan tetapi mengapa menolaknya? Penolakan tersebut terjadi karena kurang penghayatan. Sifat ingin dibanggakan oleh orang lain harus dibunuh. Pentingnya keselamatan sebagai tujuan utama. Orang-orang yang ingin menemukan dirinya terpaksa mengadakan hubungan dengan Tuhan secara sendiri-sendiri. Ke Pura merupakan suatu kebersamaan. Continue reading “Penghayatan cerita Anggada Duta (Bagian dari Ramayana)” »