Posted by on Agustus 15, 2012
Posted in Spiritual | Tagged With: Anggada, Duta, Penghayatan, Ramayana |
Kita semua mempunyai badan (Anggada, angga) dan keinginan serta berpikir untuk memberi kesejahteraan dari badan. Anggada adalah anak dari Subali. Sedangkan Subali sendiri merupakan titisan Sang Hyang Kali (keterikatan pada benda-benda lahiriah). Sang Hyang Kali lahir sebagai Subali (pikiran-pikiran material) dan Rawana. Pada akhirnya Dewi Shita diambil oleh Rawana (kesejahteraan diambil oleh keserakahan). Orang yang serakah tidak mau mendengar apa-apa. Bagian dalam dari dirinya adalah Wibisana, tersiksa. Subali dan Sugriwa memperebutkan Dewi Tara (kehidupan yang nyata). Perkelahian antara Subali dan Sugriwa berarti pikiran terombang-ambing mana yang benar. Apakah saya harus memenuhi unsur lahiriah/rohaniah saja. Manusia telah kehilangan kesejahteraan, lalu mengejar Shita hanya dengan bakti. Jelas tidak mungkin jika tanpa usaha (perjalanan dalam 18 tahun). Pada saat inilah baru dipilih apakah memenuhi unsur lahiriah/rohaniah. Pergulatan/pertengkaran terjadi dalam pikiran manusia. Dalam keadaan inilah muncul hati nurani (indra ke-enam). Hati nurani merupakan suatu keputusan yang tidak bisa dicari mengapa diputuskan demikian. Inilah yang dimaksud dengan SUARA TUHAN. Suara Tuhan pernah kita dapatkan tetapi mengapa menolaknya? Penolakan tersebut terjadi karena kurang penghayatan. Sifat ingin dibanggakan oleh orang lain harus dibunuh. Pentingnya keselamatan sebagai tujuan utama. Orang-orang yang ingin menemukan dirinya terpaksa mengadakan hubungan dengan Tuhan secara sendiri-sendiri. Ke Pura merupakan suatu kebersamaan. Continue reading “Penghayatan cerita Anggada Duta (Bagian dari Ramayana)” »