Sekarang akan saya lanjutkan ceriteranya Pandawa di hutan selama 12 tahun. Dalam kebingungan Yudhistira sewaktu meninggalkan Indraprastha bersama pengikutnya dan para Brahmana yang mengikutinya. Karena kemelaratan yang dideritanya merasa tidak sanggup akan memberikan makan. Tetapi karena nasehat dari para Brahmana, Yudhistira memohon kepada Batara Surya. Permohonannya terkabul. Sekarang dapatlah Yudisthira memberikan makan para Brahmana. Kaum Brahmanalah yang makan lebih dahulu dan barulah Pandawa. Hutan yang dituju adalah hutan Kamyaka. Di sana Pandawa bertemu dengan Krishna, Subadra, Abimanyu dan juga Arya Widura. Pandawa juga mengunjungi sungai Saraswati, Drisadwati dan Yamuna. Di samping itu datang juga Dresthadyumna, dan Dresthaketu. Di sinilah meledak kemarahan Batara Krishna setelah mendengar tingkah laku Korawa terhadap Pandawa. Kemarahan beliau dapat diredakan oleh Arjuna dan Yudhistira. Dari hutan Kamyaka Pandawa pindah ketepi telaga Dwetawana.
Saya sudahi dulu criteranya sampai di sini dan sekarang saya akan mencoba memberikan ulasannya. Seperti apa yang sudah saya uraikan di muka mengenai sebab musabab terjadinya kebingungan. Saya lanjutkan dalam mengalahkan cobaan yang harus dialami. Batara Surya adalah pemberi kekuatan sedih dan gembira. Batara Surya juga memberikan tenaga untuk hidup, Karena panas dari matahari selalu dibutuhkan oleh semua yang hidup. Surya juga memberikan penerangan kepada yang kegelapan.
Dengan pengertian dari adanya perasaan sedih dan gembira yang silih berganti itu, dapat juga menanggulangi sekedarnya, sebagai sesuatu yang hidup. Kalau demikian perlu juga adanya pengetahuan yang memberikan pengertian akan adanya sedih dan gembira yang selalu ada di dunia. Dengan pengertian ini biasaya kita sudah puas. Yang puas terlebih dahulu adalah perasaan ke Tuhanan (Brahmana) dan baru kebenaran hidup di dunia. Hutan Kamyaka adalah kebingungan dalam memenuhi kama atau keinginan. Tegal Kuruksetra adalah diri kita sendiri yang penuh nafsu atau juga berarti peleburan dari sifat-sifat nafsu. Sungai Saraswati simbul ilmu yang dapat dipakai dalam kehidupan. Drisadwati adalah ilmu penggunaan atau tekhnik dalam menjalankan apa yang disebutkan dalam sad guna demi terpeliharanya hidup di dunia ini.
Yamuna adalah pengaturannya agar satu dengan yang lain mendapatkan sesuai menurut kepentingannya. Dengan ini hidup phisik dan mental spiritual akan menjadi aman tentram dan damai. Krishna sudah saya berikan dan malah sangat panjang dijilid pertama dan di sini saya tidak akan mengulasnya lagi. Dresthadyumna dan Dresthaketu sebenarnya hampir sama tetapi mempunyai perbedaan sedikit. Drestha berarti kita harus memiliki adat agar tidak terjadi suatu kesalahpahaman dalam tiap perbuatan yang dilakukan. Dan adat itu sebagai sekarang lebih lazim disebutkan dengan kata tradisi. Tradisi ini sangat penting.
Dengan tradisi kita dapat hidup berdampingan. Dhyumna berarti yang berarah kesucian. Ingat dhyu berarti Dewa. Jadi Dresthadhyumna adalah adat tradisi yang bersumber keagamaan. Cara berpikir, berbicara dan berbuat hendaknya dilandasi jiwa ke Tuhanan yang disalurkan melalui Agama. Sedang Dresthaketu adalah orang yang memegang adat. Atau juga dapat disebutkan pemimpin adat atau Agama dalam kehidupan. Dan yang lain sudah tak perlu lagi. Melihat adanya itu tadi, dapatlah diambil suatu hikmah yang terkandung di dalamnya dalam memenuhi dan mengisi keinginan.
Pengetahuan adanya suka-duka, ilmu yang dapat dipakai untuk hidup dengan penggunaannya yang tepat dalam pengaturannya yang tepat, serta adat istiadat, ke Tuhanan yang terpimpin, dengan kekuatan serta jiwa yang agung ialah melaksanakan kehidupan dunia yang suci dan luhur, atas petunjuk Tuhan yang dituangkan dalam buku-buku suci serta dilaksanakan sesuai dengan ajaran Agama. Dengan cara yang diatas kita akan dapat mengatur dan mengisi ke semua keinginan yang harmonis, yang dapat mensejahterakan hidup (Wiswamurti).