Empat unsur yang harus diperhatikan yaitu pikiran, tenaga, materi dan iman. Jika kita telah melaksanakan empat hal ini barulah menuju ke angka 5 (lima) yang artinya hidup. Hidup ini dikaitkan dengan Panca Pandawa, barulah nyungsung Yudistira atau Sang Hyang Dharma. Dari Panca Pandawa menjadi Panca Dewata. Lawannya adalah Panca Maha Butha. Kalau dalam sastra/aksara ada disebut Panca Brahma dan Panca Tirtha. Dua sebutan ini merupakan kekuatan lahir bathin, yaitu kekuatan yang diberikan oleh Atma dan kekuatan yang diberikan oleh sang badan berupa tenaga jasmaniah. Dari angka 0, 1, 2, 3, 4, 5 barulah angka 6 (Sad), sedangkan Sad sendiri ada dua yaitu Sad Guna dan Sad Atatayi (Sad Ripu). Barulah kita memanfaatkan tenaga/modal yang ada kaitannya dengan kesejahteraan lahir bathin. Kita berpikir dari 3 ke 6, artinya apapun yang kita lakukan agar memberi manfaat kesejahteraan. Baru ke 7 (jujur), ada dua yaitu, kalau salah mengaku salah, benar mengaku benar. Seperti Sapta Timira lawannya Sapta Dewata atau 7 (tujuh) kebenaran yang akan menolong) sehingga ada disebut sang Apta (orang yang jujur). Penjelasan angka selanjutnya:
Angka 1 = pengetahuan. 4 = formasikan. Dari 7 ke 8 (asta = tangan/rajin, manik asta gina = hasil dari kerajinan. Guna mong artinya setiap berbuat ada hasil. Dari 8 ke 9 (sanga = pedoman/guru di merca pada. Dari angka 0-9 dijadikan guru untuk kembali ke 0 (asal kelahiran). Karena kita berasal dari 0 (sunya), inilah yang menuntut supaya rajin bhakti, sumber harus diingat. Kita sadar bahwa sumber kita lahir dari Atma. Pertemuan Panca Maha Butha (+) dengan Panca Maha Butha (-) kemudian dimasuki Atma, terjadilah kelahiran, dan kelahiran ini disebabkan karena sang Atma merasa mempunyai hutang di mayapada. Kelahiran itu ada yang sukses ada yang gagal dalam hidupnya (kelahiran yang berbeda-beda).
Kalau kita sadari dalam kehidupan kita tidak boleh lepas kepada sumber/Widhi. Penjelmaan sang atma menyebabkan kehidupan yang berbeda. Sekarang tergantung rajin atau tidak membayar hutang tersebut. Kalau mau berbuat baik maka mengangsur hutang. Kalau terus berbuat baik berarti menyimpan. Kita sadari bahwa kelahiran itu jelek. Semua yang ada untuk keselamatan orang lain. Tujuan sebenarnya menjadi manusia adalah untuk kembali ke Nol. Dalam perang dengan badan sendiri, untuk memenangkannya harus mendekatkan diri kepada Nol (Sang Hyang Tunggal). Dengan kemenangan ini manik maya akan tarik menarik. Dalam pertentangan itu ada kekurangan. Kekurangan utama ada pada badan, kekurangan badan ada pada atma. Sadarilah manusia mayapada adalah manusia kurang.