Begitu juga yang timbul pada pikiran  Duryodhana.  Melihat kecakapan putra Pandu maka timbulllah perasaan iri hati, dengki, marah, suka mencela dengan kesombongannya, untuk menutupi dorongan keinginannya yang loba tamah.

Karena itu timbullah dalam pikirannya apa yang sering disebut dengan istilah Sad Atatayi. Dia tidak segan-segan melakukan tindakan-tindakan yang tidak dapat dibenarkan seperti : memfitnah, memperkosa, meracun, bermusuhan, membakar yang hanya sekedar pemuas nafsu ingin memiliki. Dari pikiran yang tersembunyi itu yang ada pada Duryodhana atau pada diri kita sebagai manusia yang tamah yang materialis, tidak segan-segan pula akan melakukan apa yang dilakukan oleh Duryodhana sendri. Inilah yang menjadikan penderitaan pada Pandawa, tetapi karena lindungan daripada Dewa-dewa akhirnya Pandawa selamat juga. Sifat itu pula yang menjadi sumber adanya perang Bharatayudha, yang mengakibatkan kematiannya sendiri beserta dengan kerajaannya. Marilah kita berusaha agar apa yang menjadikan diri kita sering tergelincir ke jurang penderitaan tak lain karena kita mau berpikir dan berbuat seperti apa yang diperbuat oleh Duryodhana. Memang untuk sementara waktu kita akan puas dengan apa yang dapat kita miliki, tanpa memperhatikan hak orang lain, dengan tidak mau tahu akan hukum karma tetapi hukum karma pasti akan menimpanya. Dan setiap kebenaran pasti menang. Tuhan bersama yang mau berbuat benar Satyam  eva jayate.

       Tindakan-tindakan yang diperbuat oleh Duryodhana, yang pertama ditujukan kepada Bhima. Bhima diracun dan dibuang di sungai Gangga. Hanyut dan sampai di kedaton Rajanaga. Di sana ia dibelit oleh Rajanaga dan digigit. Tetapi aneh malah bisa Naga itu menjadi obat. Bhima sehat kembali, dan dapat menundukkan Rajanaga itu kembali. Bila kita melihat, bahwa kematian dari Bhima tidak akan mungkin dengan mudah. Naga adalah sebagai tali hidup. Bhima adalah kemauan. Kemauan akan hilang bila timbul keinginan-keinginan yang gelap. Tali hidup adalah makanan. Dengan materi, kemauan akan pulih kembali. Wasuki adalah kekuatan yang baik. Kekuatan yang baik adalah kemauan dan keberanian. Bila keinginan dan kemauan menjadi satu maka akan timbul kekuatan yang tak terkalahkan. Inilah yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam melakukan setiap tugas yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab, dengan tidak mau tahu atau tidak memikirkan segala resiko yang akan diterima. Yang menjadi pedoman hanyalah bahwa tugas yang dibebankan harus berhasil (Wiswamurti)