Header image alt text

Arya Sastra

Guru yang sejati adalah seorang yang terus belajar sepanjang hidupnya.

Pengadilan yang paling adil

Posted by Wijaya Kusuma on April 12, 2016
Posted in Spiritual  | Tagged With: ,

Ingat sejarah hidup. Bimbinglah dorongan yang  ada dalam jiwanya sehingga berkembang. Sebenarnya manusia ingin mendapatkan prestasi. Penampilan-penampilan itu sebenarnya untuk diakui. Materi sebagai alat untuk mengukur prestasi. Materi sebagai pengukur seberapa jauh kemampuan seseorang sehingga kita diakui atau didaftar sebagai orang-orang yang berprestasi.

Ada 2 (dua) dorongan dalam diri menurut ilmu jiwa yaitu dorongan baik, dorongan ini yang dikembangkan untuk memperoleh prestasi, dan dorongan yang tidak baik (nafsu). Dari dorongan ini manusia mengaku-ngaku, timbul keserakahan untuk diisi atau dipenuhi. Dorongan ini banyak menuntut. Tetapi dorongan-dorongan berusaha mendapat  prestasi untuk mendapat pengakuan untuk bisa duduk sejajar dengan diri kita. Dorongan nafsu menyebabkan dari telinga kanan ke luar ke telinga kiri. Tidak mau berpikir, tidak ada suatu usaha. Dorongan baik : orang ini memiliki ketekunan dan kedisiplinan. Orang ini tampil sebagai manusia yang berprestasi, tidak banyak kelihatan. Apa yang ditekuni supaya berhasil. Dorongan nafsu menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan, sehingga kita berada di mana? Terpengaruh oleh dorongan nafsu menimbulkan permasalahan-permasalahan. Orang-orang ini tidak mau tahu dengan masa depan. Orang-orang ini  mempunyai iman yang lebih kuat. Memiliki perencanaan.

Dorongan yang ke dua tidak mempunyai masa depan yang lebih baik. Dorongan baik dan tidak baik semuanya ada dalam badan, bukan ada di mana-mana. Dorongan nafsu adalah kebutuhan jasmani. Orang yang kawin dengan dorongan nafsu tujuannya memuaskan sex. Kawin bagi dorongan yang pertama adalah suatu kelengkapan sehingga ia bisa merencanakan, mengatur, tahu kesulitan, sehingga ada pembinaan rumah tangga. Maka oleh karena itu dalam diri kita ada pengadilan (ada yang menghukum, hukumannya surga atau neraka). Pengadilan itu dijabat oleh otak, yang tidak bisa ditipu. Hakimnya adalah hati nurani. Pengadilan inilah yang paling adil. Kita tidak perlu main “supaya dianggap”, sebab kelengkapan pengadilan ada dalam tubuh manusia. Penyesalan adalah masuk penjara. Selama belum ada tobat, kekacauan pikiran akan tetap ada. Inilah yang menyebabkan kesejahteraan hidup sulit untuk dicapai. Yang berperkarapun sebenarnya ada dalam diri. Terjadinya bermacam-macam problema dalam kehidupan karena dorongan nafsu.

Pengadilan Anak (Bagian 1)

Posted by Rama Putra on April 16, 2012
Posted in Hukum dan HAM  | Tagged With: , | No Comments yet, please leave one

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 mempergunakan terminologi “Pengadilan” daripada “Peradilan”. Selanjutnya dapat di download di sini.