Marilah kita tinggalkan kematiannya Bhisma. Bhisma sedang melihat pertempuran dari cucunya. Bagaimana akhirnya? Saya akan lanjutkan dengan gugurnya Abhimanyu putra Arjuna oleh Jayadrata. Abhimanyu yang baru saja berumur 16 tahun, mengadakan pertempuran terpisah dengan para Pandawa. Ini adalah tipu muslihat Korawa. Abhimanyu yang sakti itu dapat mengelakkan atau dapat menerobos pasukan Rsi Drona, Aswatama, Krepa, Karna dan lain raja pembela Korawa. Malah dapat membunuh putra Duryodhana sendiri. Dusesana, dapat dilukai, dan Raja Jayadrata datang menolong Korawa. Namun akhirnya Abhimanyu dapat dikalahkan oleh Jayadrata. Demi Arjuna mendengar kematian Abhimanyu, Arjuna bersumpah akan dapat membunuh Jayadrata esok harinya. Mendengar sumpah Arjuna Korawa menyusun kekuatan agar Jayadrata dapat diselamatkan sampai matahari tenggelam esok. Dengan demikian Arjuna akan membakar diri. Mendengar itu Bhatara Krishna sangat bersedih, begitu juga para Pandawa dan raja-raja lainnya. Arjuna terus mengamuk. Matahari telah mendekati sore. Jayadrata belum dapat diketemukan. Bhatara Krishna mengeluarkan senjata cakramnya dan dilepas untuk menutupi matahari. Dunia menjadi gelap. Korawa mengira hari telah malam. Korawa gembira. Jayadrata keluar dari persembunyiannya. Begitu pula Arjuna terus mengamuk, Rsi Drona dapat menangkap Yudhistira. Satyaki tahu akan hal itu.
Dia menyerang Drona dan dapat membebaskan Yudhistira. Arjuna sebelumnya telah meraga suksma dengan Krishna menghadap Dewa Mahadewa untuk memohon senjata. Arjuna mendapat senjata sakti untuk membunuh Jayadrata esok harinya. Hari itu adalah hari ke-14. Demikian Jayadrata keluar dengan senang hati, dan pengawalan sudah tidak ada, dunia menjadi terang. Arjuna dengan gampang membunuh Jayadrata. Dan tiada berapa lama lagi barulah matahari tenggelam. Dengan kematian dari Jayadrata perang menjadi tambah seru, sampai sama-sama membawa obor.
Demikianlah cerita kematiannya Abhimanyu yang berakhir dengan kematian Jayadrata. Bila dilihat pelaku perang tadi, saya dapat melihat sesuatu yang sering terjadi di Mayapada ini. Abhimanyu sebagai lambang kemuliaan yang dilahirkan oleh Subadra sebagai tenaga pengatur kehidupan di dunia yang dijiwai oleh unsur Ketuhanan. Jiwa pengendali hidup duniawi yang dijiwai oleh suatu ilmu pengetahuan Ketuhanan. Dengan demikian dapat menjadi hidup di dunia yang agung dan mulya. Namun dalam umur 16 tahun yang berarti sifat loba yang hanya mementingkan diri sendiri, sehingga menjadi lupa akan kenyataan dunia dan sombong. Kesombongan akan kemuliaan hidup itu, karena telah meninggalkan sifat kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan akan dapat melahirkan tindakan-tindakan yang menyadarkan kebenaran pada diri sendiri. Ingat Sapta timira 7 – 6 = 6. Dengan kesombongannya serta merasa dirinya lebih, dia akan selalu merendahkan orang lain. Dengan kesaktiannya itu dia berani bertempur sendiri tanpa didampingi oleh Arjuna, ayahnya. Bila telah sombong itu muncul, ilmu kebijaksanaan akan hilang, atau tak diperdulikan. Pengetahuan yang tak baik, pengarahan licik, pengarahan hidup duniawi, perasaan harga diri tak menjadi perhatian.
Tingkah laku baik dapat dinodai. Jayadrata, keagungan dunia yang menjadi sasaran. Namun karena ilmu pengetahuan yang bijaksana sudah tidak ada, Abhimanyu tak dapat menang. Keagungan dunia yang materialis tak dapat dikalahkan. Oleh karena itu bila hendak mengalahkan sifat keagungan yang materialis dengan keagungan dunia yang mulya dan utama, hendaknya dapat mengalahkan putra Duryodhana yang pamrih, pengetahuan demi kepentingan sendiri, sifat licik harga diri yang tak mau direndahkan, dan perbuatan yang tidak dapat dibenarkan. Bila hal itu hidup dengan suburnya, maka sifat itu akan timbul sifat agung di dunia (berkuasa). Inilah yang menjadi kelengahan dari Abhimanyu untuk mengalahkan sifat agung yang tak baik, dan akan membawa kematian. Demi mendengar kematiannya Abhimanyu, Arjuna bersumpah dan akan dapat membunuh dalam sehari.
Hari ke-14. dapat berarti Catur. Catuari Arya Satyam. Dalam kepemimpinan orang yang bijaksana hendaknya tahu menyamakan, (sama) membedakan (beda), memberikan (dana) dan menghukum (denda). Empat dalam pendidikan Hindu ialah, Brahmacari, Grehasta, Wanaprastha dan Bhiksukha. Bila dilihat kelas dalam masyarakat Hindu : Brahmana, Ksatria, Wesya dan Sudra. Ilmu pengetahuan yang bijaksana dapat memenuhi fungsi dan kewajibannya semua. Bila ke empat yang tadi dapat dipergunakan oleh ilmu pengetahuan yang bijaksana (1), akan menjadi 1+4= 5. Lima Pancasila dan Panca Nadha atau Pancaka Tirtha. Lima adalah pengetahuan hidup yang luhur yang dapat memenuhi seluruh kepentingan. Pada waktu sedang mengamuknya Arjuna, Yudhistira ditangkap oleh Drona. Pengetahuan Bhakti akan dapat diselewengkan oleh pengetahuan untuk kepentingan diri sendiri (egois). Namun sifat kejujuran yang luhur perasaan bhakti itu dapat dikembalikan. Dengan menyatukan kekuatan pengetahuan dengan kekuatan Tuhan akan dapat menjumpai Dewa Mahadewa sebagai Yang Mahakuasa dengan ke Maha Kuasaan Tuhan, akan dapat menemukan senjata (kekuatan untuk dapat mengalahkan rasa keagungan yang egois, atau akan dapat mengalahkan yang mau berkuasa sendiri). Walaupun kekalahan Jayadrata akibat kebutaannya akan kebenaran, dan setelah sadar akan mau menyadari, bahwa sifat itu adalah sifat orang yang gelap. Peperangan dilanjutkan dengan mempergunakan obor, berarti berusaha dalam kegelapan dan kebodohan dengan membawa pikiran yang terang. Untuk mengalahkan sifat gelap dengan pikiran terang dalam menuju keutamaan dunia. Pikiran yang teranglah yang menjadi obor dalam melanjutkannya (Wiswamurti).