Header image alt text

Arya Sastra

Guru yang sejati adalah seorang yang terus belajar sepanjang hidupnya.

Hukum, Hak dan Kewajiban

Posted by Wijaya Kusuma on April 29, 2020
Posted in Hukum dan HAM  | Tagged With: ,

Hukum itu bukanlah merupakan tujuan, tetapi sarana atau alat untuk mencapai tujuan yang sifatnya non yuridis dan berkembang karena rangsangan dari luar hukum—Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H, dalam Mengenal Hukum : Suatu Pengantar. Selanjutnya pengertian hukum hak, dan kewajiban dapat disaksikan di https://www.youtube.com/watch?v=79-bqeRE-fM.

Kutipan Kata-kata Bijak dari Jiddu Krishnamurti.

Posted by Wijaya Kusuma on April 29, 2020
Posted in Spiritual  | Tagged With:

Di Kaki Padma Sang Guru Sejati : Kelahiran Seorang Jiddu Krishnamurti, sumber aslinya adalah “At The Feet of the Master“, yang merupakan tuntunan yang indah bagi pejalan spiritual yang menempuh jalan bhakti. Isi buku tersebut konon ditulis oleh Krishnamurti ketika berusia 14 tahun (1895-1896), di bawah bimbingan Guru gaibnya, Master Khutumi. Beberapa petikan kata-kata bijak tersebut selanjutnya dapat disaksikanhttps://www.youtube.com/watch?v=fYHQb8Sg4TI&t=7s.

Ciri-ciri Orang Sukses

Posted by Wijaya Kusuma on April 24, 2020
Posted in RenunganSpiritual 

Nasib orang yang kegelapan adalah tidak memperhatikan masa depan. Orang ini tidak bisa berpikir. Orang ini hidupnya paling kecewa. Jalan pikirannya mengkhayal, tidak mau kerja. Orang ini menderita penyakit jiwa. Orang ini tidak tahu kenyataan hidup. Orang ini suka membicarakan kenikmatan.

Kalau ia sadar, bintang ini tidak pernah ada, berarti tahu rasa, jelas melihat dunia ini. Tidak ada kesempatan untuk menonton bulan, sebab ada rasa (seperti panas dan dingin). Mereka dipaksa untuk bekerja dan bagaimanapun juga orang ini rajin. Dia tahu dirinya dimana ia berada. Dan ia merasakan semuanya. Dia tahu keadaan. Orang ini menghitung kekurangan dirinya, bulan bintang dan rembulan Dia tidak pernah percaya, karena dia melihat. Dia tidak bisa ditipu. Dia tidak mudah gugon tuwon. Dia tahu waktu. Orang ini mempunyai kemauan untuk kerja, agar kelengkapan dan hidupnya terpenuhi. Kalau ngobrol, orang ini membicarakan penderitaan. Terlalu banyak yang ia belum miliki. Dia tidak mau bicara kesenangan/kenikmatan. Pembicaraannya selalu merendah karena ia sadar belum banyak yang dimiliki. Dia tidak mau membicarakan hal-hal yang menyebabkan dirinya tersiksa. “Ingatlah diri sehingga tahu kekurangan”. 

Dari uraian tersebut kita akan dapat mengetahui orang itu sehat/bagaimana/dalam keadaan apa. Di sini kita akan melihat Dewa matemahan Buta (berpikir suka mendapat duka). Sebaliknya Buta matemahan Dewa, artinya berpikir duka mendapat suka. Dari sinilah manusia terjerumus ke jalur kejahatan, karena pembicaraan senang, dan bermalas-malasan. Orang yang terang adalah orang yang tahu tuntutan hidupnya dan kemampuannya. Kenapa kita tidak senang dengan pembicaraan penderitaan?

Dalam kehidupan di satu sisi ada yang manis, di sisi yang lain ada pahit. Seberapa manis, sekian pula pahitnya. Hanya orang-orang yang berbicara penderitaan atau kesulitan yang akan sukses. Orang-orang yang memusatkan pikirannya kepada dirinya dan kehidupannya yang akan sukses, dan bekerja baginya merupakan obat. Bagi yang malas bekerja adalah penyakit. Ingat sabda Kresna dalam Bhagawad Gita, bahwa setiap yang mau pahitnya terlebih dahulu akan mendapat manisnya dan sebaliknya. 

Hubungan manusia sekarang asal-asalan. Manusia ini bicara kesenangan. Tidak ada hubungan intim, sehingga diskusi dalam kehidupan tidak ada. Yang dimaksud adalah diskusi tentang penderitaan hidup, karena semua manusia menderita. Keperluan manusia terlalu banyak.

Asas Hukum

Posted by Wijaya Kusuma on April 24, 2020
Posted in Hukum dan HAM 

Asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum–Prof.Dr.Sudikno Mertokusumo, dalam “Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, selanjutnya dapat disaksikan penjelasan mengenai asas hukum pada : https://www.youtube.com/watch?v=uNSgU1aq9zA&t=9s

Kaidah-kaidah Sosial

Posted by Wijaya Kusuma on April 24, 2020
Posted in Hukum dan HAM 

Untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat terdapat beberapa kaidah sosial. Semula beberapa kaidah tersebut tidak dibedakan, baru setelah melalui proses yang lama manusia membedakan kaidah-kaidah tersebut–Prof.Dr.Sudikno Mertokusumo, dalam Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, selanjutnya dapat disaksikan penjelasan kaidah-kaidah sosial tersebut, pada link https://www.youtube.com/watch?v=_a08NVb_NoE.

Dua Golongan Manusia menurut Jiddu Krishnamurti

Posted by Wijaya Kusuma on April 23, 2020
Posted in Spiritual  | Tagged With:

Memperhatikan Diri dan Kehidupan

Posted by Wijaya Kusuma on Oktober 4, 2019
Posted in Spiritual 

Orang yang bersifat buruk lebih cepat tembus oleh sifat-sifat buruk. Orang yang bersifat baik lebih cepat terimbas oleh sifat baik. Sifat buruk tidak mau memperhatikan dirinya karena takut susah. Sifat–sifat buruk tidak mau melihat pengalaman. Orang yang tidak memperhatikan hidupnya sama dengan mati. Orang yang tidak bisa memperhatikan hidup adalah pengganggu lingkungan, karena orang-orang ini takut mengalami kesulitan/ kesusahan. Di dalam memperhatikan diri tentu susah, karena ini membuat malu. Kalau orang memperhatikan dirinya/hidupnya tidak berani berbicara sombong, karena di dalam dirinya banyak kekurangan. Jika kebetulan berjumpa dengan orang-orang yang tidak memperhatikan hidup/dirinya, sama-sama akan mengaku paling baik. Juga tidak memperhatikan pengalaman hidupnya. Kalau mau memperhatikan hidup mereka tahu bahwa hidup ini adalah suatu penderitaan. Ia tahu yang membuat malu harga dirinya, tahu keperluan hidup, tahu yang membuat rumah tangga berantakan. Bagi yang tidak mau memperhatikan hidup, konsep yang ada pada dirinya adalah konsep hidup senang. Bagi yang memperhatikan hidup, hidup ini adalah penderitaan, dan hidup ini adalah kesulitan, mau menerima susah. Susah ini sendiri adalah suatu penderitaan.

Kalau jiwa kita baik akan terlihat bahwa manusia penuh dengan kekurangan, dan tidak ada tempatnya untuk bersenang-senang.

Manusia terlalu buta, karena semuanya tidak terlihat (termakan oleh Buta Kala), tidak memperhatikan hidupnya, tidak tahu keperluan hidupnya. Orang-orang ini mudah sekali bicara ceplas-ceplos.

Manusia yang memperhatikan hidupnya, memaksa dia berpikiran berusaha. Segala sesuatunya ada tujuannya. Semua yang dilakukan menuju pada keselamatan daripada hidupnya. Tentu dia berusaha memenuhi kekurangan yang ada pada hidupnya. Dia berprinsip bahwa waktu adalah uang, waktu sangat penting baginya. Ngobrol adalah kerugian besar. Pengangguran adalah banyak Kala, karena banyak Kala ia menjadi tersiksa. Terlalu banyak Kala mencaplok kita. Menganggur menyebabkan kita lupa pada diri sendiri sehingga dikerumuni oleh Buta Kala. Mereka yang keluyuran dicari oleh Buta Kala, dan setelah kembali ke rumah keadaannya akan semakin gawat. Pengangguran adalah penyakit Buta Kala, tidak ada yang bisa mengobati, kecuali dia sendiri mau kerja atau rajin, agar waktunya habis. Mereka ini tidak akan pernah sakit dada, tidak pernah megeluh. Kenapa Banyak waktunya kosong,karena mereka tidak mau melihat kenyataan dunia ini. Mereka lebih banyak menuntut daripada berusaha, sehingga tidak mungkin dunia ini aman. Inilah yang menyebabkan kehidupan itu tidak baik.Jika terlalu banyak waktu kosong, terlalu banyak kerugian yang dialami. 

Orang-orang yang mau menderita adalah orang-orang yang mau menyucikan dirinya, untuk meningkatkan kualitas hidupnya (inilah yang disebut Karma yogi).

Orangtua dengan anak dalam menuju masa depannya, orangtua memberikan fasilitas, dorongan, strategis/taktis dalam bertempur, sebab yang bertempur adalah anak. Yang menang dan kalah dalam pertempuran adalah anak itu sendiri. 

Ketidakrelaan berkoban

Posted by Wijaya Kusuma on November 12, 2018
Posted in Spiritual  | Tagged With:

Antara sorga dan neraka beda tipis. Bagi yang tidak berpikir panjang pasti tidak percaya. Antara kerelaan berkorban dan kenyamanan adalah tunggal. Sifat aku tidak memberikan untuk berkorban. Apapun yang kita lakukan pasti pengorbanan. Pengorbanan itu tergantung bidangnya masing-masing. Di zaman ini tidak adanya suatu kerelaan berkorban tetapi mengharapkan untuk mendapatkan kenyamanan. Apakah mungkin?  Continue reading “Ketidakrelaan berkoban” »

Keberhasilan dalam hidup merupakan tabungan kepuasan

Posted by Wijaya Kusuma on Oktober 23, 2018
Posted in Spiritual  | Tagged With: , , ,

Kita mulai melupakan belenggu daripada badan. Kita hanya dipaksa untuk mengikuti keinginan indria/aku tanpa tahu persoalan. Kalau sudah demikian keadaannya, kenyamanan dan keamanan tidak mungkin berjumpa. Dengan kembali menyatu kepada Tuhan, beliau akan bertanggung jawab terhadap semua hasil ciptaan-Nya, seperti hubungan orang tua dengan anak. Continue reading “Keberhasilan dalam hidup merupakan tabungan kepuasan” »