Kembali dengan ceritera Korawa mengunjungi Pandawa. Hal ini berkat kesedihan Raja Drestharastra, demi mendengar ceritera kesedihan Pandawa dalam hutan. Lebih-lebih yang dialami oleh Drupadi. Timbullah penyesalan dari Drestharastra atas segala tindakannya yang selalu mengikuti kehendak anaknya yang jahil. Tetapi lain halnya dengan Duryodhana. Malah sebaliknya. Duryodhana akan minta izin untuk melihat hewan-hewan di pinggiran Dwetawana. Duryodhana akan memperlihatkan segala keagungan dan kebesarannya sebagai Raja untuk menambah penderitaan bathin Pandawa, serta menyaksikan penderitaan yang sedang dialami Pandawa. Satyam ewa jayate. Sebelum sampai di Dwetawana, Duryodhana telah dicegat oleh tentara Gandarwa. Terjadilah pertempuran antara bala tentara Duryodhana melawan bala tentara Gandarwa. Duryodhana mendapat kekalahan. Duryodhana ditawan. Korawa minta bantuan Pandawa untuk membebaskan Duryodhana. Duryodhana dapat dibebaskan oleh Pandawa. Bhima sebelum melakukan pertolongan lebih dahulu telah dapat mengeluarkan sakit hatinya dengan kata-kata yang menyakitkan hati para Korawa. Bila tidak karena Yudhistira yang ditakutinya mungkin Bhima tidak akan melakukannya. Para Gandarwa disuruh oleh Bhatara Indra akan menyelamatkan Pandawa dari penghinaan Duryodhana dan untuk menghukum kembali Duryodhana atas maksud jahat yang akan dilakukan terhadap Pandawa.

Adapun ketika Arjuna berhadapan dengan Citrasena si Raja Gandarwa, begitu Arjuna akan melepaskan anak panahnya, begitu juga Citrasena berubah menjadi Hyang Indra. Di sanalah Hyang Indra menceriterakan mengapa sampai terjadinya pencegahan terhadap Duryodhana. Setelah itu Hyang Indra kembali ke Kahyangan. Dan Duryodhana sangat malu sekali. Duryodhana bermaksud bunuh diri. Atas bujukan Adipati Karna, yang menyanggupi akan menaklukkan Raja lain, untuk mengembalikan nama baiknya sebagai raja besar. Semua Raksasa takut kalau Duryodhana bunuh diri. Segera memanggil Brahmana-Brahmana Raksasa untuk mengadakan sesaji.

Setelah sesaji itu diadakan, muncullah seorang perempuan yang akan menanyakan tugasnya. Tugasnya ialah untuk mengambil sukma Duryodhana agar dia mau mengurungkan maksudnya untuk bunuh diri. Dan itu berhasil dengan baik Suksmanya dibujuk dengan janji-janji raksasa, dan berhasil untuk mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Segera setelah itu Duryodhana siuman dari pingsannya. Janji Karna berhasil dengan baik. Untuk Duryodhana bermaksud akan mengadakan upacara RAJASUJA namun tak dapat disetujui oleh Brahmana, karena hal itu telah dilakukan oleh Yudhistira.

Sekarang lain persoalannya. Dari ceritera menjadi ulasan. Setelah saya ikuti jalan ceriteranya, jelas tampak adanya maksud dengki dari Duryodhana. Juga akan menunjukkan keagungan agar Pandawa merasa hina. Tetapi karma phala akan menjalankan tugasnya. Begitu niatan sang nafsu dengki dan sombong dilaksanakan, pikiran yang berlindung dalam khayalan surga akan datang untuk mengalahkan (menghalang-halanginya). Kebenaran tetap kebenaran, walaupun menderita sekalipun akan mampu melenyapkan niat yang buruk itu. Dengan berkecamuknya antara niat buruk yang akan dilakukan dengan khayalan akan akibat dari buahnya, niat jahat dapat ditawan, atau diurungkan.

Oleh karena diurungkannya niat jahat itu, menimbulkan sakit hati. Apalagi oleh etika yang tak baik. Pandawa yang menjadi lawannya. Sifat mengampuni, menolong orang yang menjadi musuh sekalipun adalah sangat baik. Pikiran yang terang akan dapat menghilangkan khayalan yang menyelinap yang akan mengalahkan pikiran. Begitu pikiran akan membuka tabir khayalan yang menyelimuti pikiran tahulah, bahwa yang menjadi khayalan orang jahat itu sebenarnya suatu kenyataan. Namun suatu kekhawatiran bila sifat materialistis itu akan dibuang. Dengan parasaan harga diri keakuan yang besar, dan dengan loba yang terselimut pengorbanan-pengorbanan dan dengan ingat akan kenikmatan dunia sifat materialis hidup kembali.

Dengan perasaan yang selalu merasa lebih dari yang lain, untuk menghilangkan noda yang tercoreng, dengan pengetahuan agamanya ingin supaya dilihat ia yang berkuasa dan berbuat baik. Tetapi untunglah tak dapat melakukannya. Di sini tak banyak yang perlu saya ulas, karena saya rasa isi ceritera telah jelas dalam ceritera itu sendiri. Untuk itu lebih baik dilanjutkan saja dengan yang lain, yang juga tidak terlepas dari yang telah diceriterakan dimuka (Wiswamurti).