Pamerih artinya menghayalkan segala sesuatu tanpa adanya perbuatan. Misalnya kita sering menjumpai satu keluarga, ia mengharapkan agar keluarganya memberikan sesuatu, tetapi kenyataannya tidak diberikan. Inilah pamerih. Pamerih terwujud pula dalam sikap berpura-pura memberikan sesuatu untuk mendapat imbalan yang lebih besar. Pamerih tidak dibenarkan oleh agama, sebab sifat pamerih akan membawa kejengkelan, kekecewaan, dan tidak membawa ketentraman.
Sifat tidak pamerih seperti : seorang pedagang, mereka melandasinya dengan perbuatan-perbuatan nyata untuk mendapat suatu keuntungan. Kita sadar, siapapun yang berusaha pasti mendapatkan itu. Apakah keuntungan itu besar atau kecil, kenyataanlah yang menentukan. Tidak perlu terlalu membayangkan keuntungan tersebut. Dengan tidak memikirkan keuntungan dan memiliki landasan suasana kerja, tidak akan mengalami kekecewaan, karena sesuai dengan kenyataan. Setiap kerja yang benar, hasilnya benar. Dengan pamerih tenaga menjadi lesu. Sikap tanpa pamerih mengakibatkan perasaan lebih aman, gairah kerja makin baik, otomatis hasilnya lebih baik. Continue reading “Sifat Mengharapkan (Pamerih) dan Treshna” »