Header image alt text

Arya Sastra

Guru yang sejati adalah seorang yang terus belajar sepanjang hidupnya.

Kita tinggalkan Wanamartha dan melanjutkan ke Ekacakra. Di dalam mengadakan pemusatan pikiran itu sering gangguan-gangguan datang yang dapat menggagalkannya. Di sini kita lihat suatu ceritera kesedihan seorang Brahmana yang disebabkan oleh anaknya yang akan dijadikan caru yang akan diberi sebagai makanan Raja Raksasa Bhaka. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (5)” »

       Hal ini akan berakhir dengan turunnya Krishna untuk mendampingi Pandawa dalam setiap perjuangannya, serta nasehat dari beberapa Maharsi seperti Wyasa, Markandea, Wiswamitra, dan beberapa Dewa dari surga yang akan memberikan petunjuk serta senjata yang akan dapat mengalahkan Korawa. Wyasa adalah perlambang pikiran suci, Markandea adalah perlambang ilmu yang menjadi sumber gerak yang dapat menggerakkan dunia, dan Wiswamitra sebagai perlambang hidup persaudaraan. Dengan ke empat Dewata tadi akan dapat membantu kesadaran serta dapat melenyapkan kebingungan. Kebingungan disebabkan oleh nafsu loba tamah akan kenikmatan dunia maya yang materialistis. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (4)” »

       Begitu juga yang timbul pada pikiran  Duryodhana.  Melihat kecakapan putra Pandu maka timbulllah perasaan iri hati, dengki, marah, suka mencela dengan kesombongannya, untuk menutupi dorongan keinginannya yang loba tamah.

Karena itu timbullah dalam pikirannya apa yang sering disebut dengan istilah Sad Atatayi. Dia tidak segan-segan melakukan tindakan-tindakan yang tidak dapat dibenarkan seperti : memfitnah, memperkosa, meracun, bermusuhan, membakar yang hanya sekedar pemuas nafsu ingin memiliki. Dari pikiran yang tersembunyi itu yang ada pada Duryodhana atau pada diri kita sebagai manusia yang tamah yang materialis, tidak segan-segan pula akan melakukan apa yang dilakukan oleh Duryodhana sendri. Inilah yang menjadikan penderitaan pada Pandawa, tetapi karena lindungan daripada Dewa-dewa akhirnya Pandawa selamat juga. Sifat itu pula yang menjadi sumber adanya perang Bharatayudha, yang mengakibatkan kematiannya sendiri beserta dengan kerajaannya. Marilah kita berusaha agar apa yang menjadikan diri kita sering tergelincir ke jurang penderitaan tak lain karena kita mau berpikir dan berbuat seperti apa yang diperbuat oleh Duryodhana. Memang untuk sementara waktu kita akan puas dengan apa yang dapat kita miliki, tanpa memperhatikan hak orang lain, dengan tidak mau tahu akan hukum karma tetapi hukum karma pasti akan menimpanya. Dan setiap kebenaran pasti menang. Tuhan bersama yang mau berbuat benar Satyam  eva jayate. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk Hutan” (2)” »

       Sebagai awal dari buku ini, saya akan mulai dengan kehidupan putra Pandu dan kehidupan putra Korawa. Sebagai pengganti dari Raja Shantanu dari Wicitrawirya ialah Raja Pandu. Tetapi sebagai akibat dari kutukan kijang jantan (penjelmaan Rsi Kindama) ketika beliau berburu ke hutan Himawan, karena membunuh kijang betina yang sedang bercinta-cintaan. Kutukan itu yang isinya bahwa nanti sang Pandu akan menemui kematiannya pada waktu sedang mengadakan/menjamah isterinya. Dengan kutukan inilah mengapa kelima putra Pandawa itu merupakan hasil dari pada kekuatan cipta dari istri Pandu (Kunti). Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (1)” »