Header image alt text

Arya Sastra

Guru yang sejati adalah seorang yang terus belajar sepanjang hidupnya.

Marilah kita lanjutkan lagi ceriteranya agar jangan terputus. Tahun kedua belas Pandawa dihutan. Hyang Indra turun ke Mercapada akan meminta kutang dan anting-anting yang dipakai Karna. Kutang baju kesaktiannya akan diminta. Sebelum Hyang Indra turun ke Mercapada, Karna telah mimpi bahwa Bhatara Surya memberitahukan akan adanya seorang Brahmana yang akan minta kutang dan anting-anting yang ada pada dirinya. Untuk itu jangan diberikan, karena akan membawa kematian dalam perang Bharatayudha kelak. Yang meminta itu tiada lain dari Hyang Indra yang berganti rupa. Namun karena akan menepati janji seorang kesatria, akan lebih baik mati daripada tidak menepati janji. Dan akan diberikan. Bhatara Surya mendengar kata Karna tadi memperingatkan agar dia meminta ganti dengan senjata yang sakti. Begitu Karna terbangun. Esok harinya datanglah Brahmana yang tiada lain daripada Hyang Indra yang meminta baju kutang serta anting-anting yang dipakainya. Dan juga Karna meminta senjata sakti kepada Brahmana tadi. Setelah senjata konta si panah sakti yang diberikan Hyang Indra tadi telah diterimanya maka Karna membuka kutang dan anting-anting yang dipakainya dan diberikannya kepada Hyang Indra. Penggunaan panah konta itu mempunyai syarat agar dipakai melawan musuh yang sakti, karena hanya dapat dipakai satu kali saja. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (20)” »

Setelah genap 11 tahun menjalani hukuman di hutan, para Pandawa pindah lagi kehutan Kamyaka. Pada suatu hari datanglah Bhagawan Wyasa mengunjungi Pandawa. Melihat keadaan para Pandawa yang sangat sengsara beliau sangat hiba, dan berkata di dunia ini tak ada yang tetap. Tidak seorangpun yang pernah merasa bahagia seumur hidupnya. Tak seorang pula yang selalu menderita seumur  hidupnya. Orang bijaksana selalu teguh hatinya menghadapi kebahagian dan penderitaan. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (18)” »

Kembali dengan ceritera Korawa mengunjungi Pandawa. Hal ini berkat kesedihan Raja Drestharastra, demi mendengar ceritera kesedihan Pandawa dalam hutan. Lebih-lebih yang dialami oleh Drupadi. Timbullah penyesalan dari Drestharastra atas segala tindakannya yang selalu mengikuti kehendak anaknya yang jahil. Tetapi lain halnya dengan Duryodhana. Malah sebaliknya. Duryodhana akan minta izin untuk melihat hewan-hewan di pinggiran Dwetawana. Duryodhana akan memperlihatkan segala keagungan dan kebesarannya sebagai Raja untuk menambah penderitaan bathin Pandawa, serta menyaksikan penderitaan yang sedang dialami Pandawa. Satyam ewa jayate. Sebelum sampai di Dwetawana, Duryodhana telah dicegat oleh tentara Gandarwa. Terjadilah pertempuran antara bala tentara Duryodhana melawan bala tentara Gandarwa. Duryodhana mendapat kekalahan. Duryodhana ditawan. Korawa minta bantuan Pandawa untuk membebaskan Duryodhana. Duryodhana dapat dibebaskan oleh Pandawa. Bhima sebelum melakukan pertolongan lebih dahulu telah dapat mengeluarkan sakit hatinya dengan kata-kata yang menyakitkan hati para Korawa. Bila tidak karena Yudhistira yang ditakutinya mungkin Bhima tidak akan melakukannya. Para Gandarwa disuruh oleh Bhatara Indra akan menyelamatkan Pandawa dari penghinaan Duryodhana dan untuk menghukum kembali Duryodhana atas maksud jahat yang akan dilakukan terhadap Pandawa. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (17)” »

Setelah dapat mengenal penipuan-penipuan yang dijalankan oleh raksasa yang berwujud Brahmana dan ujian yang berat yang dialami Bhima serta seluruh Pandawa, dan kenikmatan yang sedang dinikmati oleh Arjuna di Kahyangan. Saya akan lanjutkan dengan kembalinya Arjuna berkumpul kembali dengan saudara-saudaranya. Kedatangan Arjuna membawa suatu prabawa yang menggembirakan. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (16)” »


Bila tadi ujian yang diberikan kepada Arjuna, Bhima dan sekarang tinggallah gilirannya pada Yudhistira untuk mendapatkan ujian. Marilah kita ikuti jalan ceriteranya. Pada suatu hari Yudhistira, Nakula dan Sahadewa dan Drupadi ditipu oleh seorang raksasa yang bernama Jatasura. Raksasa Jatasura berganti rupa menjadi seorang Brahmana. Brahmana mengajak Yudhistira meningglkan Wedari dan Yudhistira mengikuti saja. Pada waktu itu Bhima, Gatotkaca tidak ada di sana dan Arjuna sedang ada di Kahyangan. Begitu Bhima pulang dari berburu bersama anaknya si Gatotkaca, di tengah jalan Bhima melihat  Yudhistira dilarikan oleh Jatasura. Nah terjadilah pertempuran yang seru. Jatasura dapat dikalahkan. Pandawa kembali ke Wedari. Setelah beberapa lamanya perjalanan diteruskan lagi. Sekarang menuju pertapaan Artisena di Himawat. Drupadi ingin mengetahui puncak gunung Gandamadana. Bhima menyanggupi. Bhima pergi sendiri ke puncak gunung Gandamadana. Untuk mengetahui keamanan serta akan mengamankan raksasa yang menjaganya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (15)” »

Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (14)” »

Kita sekarang meninggalkan Indrakila dan mengikuti Arjuna ke Kahyangan. Arjuna menaiki kereta Kahyangan yang dikusiri oleh Matali. Di Kahyangan Arjuna menerima senjata-senjata yang dijanjikan para Dewa. Di samping itu juga Arjuna mempelajari kesenian seperti tari-tarian, gending-gending dan kidung-kidung. Tetapi suatu saat Arjuna juga mendapatkan ujian lagi. Atas perintah Hyang Indra, diperintahkan Citrasena untuk memberitahukan Dewa Oruwasi agar mau bertukar asmara dengan Arjuna. Mendengar ceritera Citrasena akan ketampanannya Arjuna, dan Oruwasipun sangat tertarik hatinya. Dan Dewi Oruwasipun melaksanakan titah Hyang Indra dan segera mendatangi Arjuna. Pada waktu tengah malam. Tetapi apa yang terjadi? Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (13)” »

       Sebelum saya lanjutkan dengan perjalanan Pandawa, akan saya kembali ke Hastina untuk menengok Korawa. Perundingan terjadi antara Drestharastra dengan Arya Widura sebagai nama yang dibawanya, selalu memberikan pertimbangan yang berat sebelah, maka terpaksa ia disingkirkan dari Hastina Pura. Setelah itu datanglah Wyasa dengan nasehat-nasehatnya untuk mendamaikan antara Korawa dengan Pandawa tapi tak berhasil. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (12)” »

Dalam perjalanannya para Pandawa yang diantar oleh para Brahmana menuju Telaga Dwetawana. Di tepi telaga Dwetawana, Yudhistira menerima segala penyesalan-penyesalan dari Bhima dan Drupadi. Drupadi mengungkapkan keagungannya dan kenikmatan yang pernah dirasakan dengan nikmatnya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (11)” »

       Sekarang akan saya lanjutkan ceriteranya Pandawa di hutan selama 12 tahun. Dalam kebingungan Yudhistira sewaktu meninggalkan Indraprastha bersama pengikutnya dan para Brahmana yang mengikutinya. Karena kemelaratan yang dideritanya merasa tidak sanggup akan memberikan makan. Tetapi karena nasehat dari para Brahmana, Yudhistira memohon kepada Batara Surya. Permohonannya terkabul. Sekarang dapatlah Yudisthira memberikan makan para Brahmana. Kaum Brahmanalah yang makan lebih dahulu dan barulah Pandawa. Hutan yang dituju adalah hutan Kamyaka. Di sana Pandawa bertemu dengan Krishna, Subadra, Abimanyu dan juga  Arya Widura. Pandawa juga mengunjungi sungai Saraswati, Drisadwati dan Yamuna. Di samping itu datang juga Dresthadyumna, dan Dresthaketu. Di sinilah meledak kemarahan Batara Krishna setelah mendengar tingkah laku Korawa terhadap Pandawa. Kemarahan beliau dapat diredakan oleh Arjuna dan Yudhistira. Dari hutan Kamyaka  Pandawa pindah ketepi telaga Dwetawana. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (10)” »