Header image alt text

Arya Sastra

Guru yang sejati adalah seorang yang terus belajar sepanjang hidupnya.

 

      Dari perkawinan antara Shantanu dengan Sayojanaghandi maka lahirlah Citranggada dan Wicitrawirya. Keduanya ini dibawah asuhan Bhisma kakaknya sendiri. Dan istterinyapun harus dicarikan oleh Bhisma sendiri. Dalam sayembara yang diadakan oleh Raja Kasindra  untuk mendapatkan ketiga puteri Raja Kasindra yaitu Dewi Amba, Dewi Ambika, dewi Ambikala Continue reading “Menjelajahi Mahabharata (6) : “Ketidakseimbangan sebagai penyebab kegagalan?”” »

       Raja Shantanu setelah ditinggalkan oleh Dewi Gangga menjadi bingung. Pada suatu waktu dalam perjalanannya dia melihat Durghandini di suatu taman di tepi sungai Yamuna. Dia merasa tertarik dan jatuh cinta. Tetapi oleh karena syarat yang diajukan sebagai balas budi terhadap bapak angkatnya yaitu agar anaknya sendiri yang akan menggantikan untuk menjadi raja kelak dan bukan anak beliau dengan Dewi Gangga yaitu Bhisma. Beliau bersedih. Tetapi berkat kebijaksanaan dari putera beliau sendiri demi untuk keselamatan orang tuanya sendiri maka Bhisma mau menyerahkan tahta kerajaannya nanti, kepada saudaranya. Di sana  pula ia berjanji dan bersumpah bahwa ia tidak akan kawin (Brahmacari) untuk selama-lamanya. Dengan demikian perkawinan dari Shantanu  dengan Dewi Sayojanaghandi dapat dilangsungkan. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata (5) : “Keseimbangan antara materi dan rohani dalam menuju hidup bahagia”.” »

 

       Setelah saya menanggapi pengertian dari beberapa pelaku tadi, akan saya bawa lagi pada kelahirannya Bhisma. Bhisma adalah kelahiran dari Wasu yaitu pencuri lembu di sorga. Hal ini disebabkan oleh keinginan salah seorang isteri dari delapan Wasu yaitu Wasu Dyahu. Oleh karena perbuatan yang dilakukan itu tidak sesuai dengan tempatnya, mau tidak mau akan mendatangkan hasil yang tidak dapat dibenarkan. Oleh karena itu harus dihukum. Hukuman suatu perbuatan tiada lain hanya di dunia maya ini. Dan di dunia ini pula dia akan mendapatkannya. Orang yang masih terikat akan suatu kenikmatan dunia dia selalu akan lahir ke dunia lagi. Sorga tidak akan mau menerima orang yang masih terikat pada dunia. Ini pulalah penyebab kelahirannya ke dunia ini dengan nama Bhisma sebagai putera dari Shantanu dengan Dewi Gangga. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata (4) : “Keterikatan pada dunia dan pikiran yang kreatif”” »

 

       Lain halnya Raja  Basuparicara. Istrinya adalah Girika yaitu iman yang teguh seperti gunung yang tak goyah oleh suatu gangguan, untuk dapat mencapai kesadaran sehingga dapat membebaskan dirinya dari kelahiran kembali. Dari anak yang kelahirannya tak terduga akibat daripada suatu ingatan akan keinginan yang perlu mendapat pemuasan lahiriah Dewi Durgandini dan Matsyapati. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata (2) “Teladan yang diberikan oleh Durgandini”.” »

       Hyang Brahma mengadakan sidang pertemuan antara para dewa pengisi sorga. Dalam persidangan itu bertiuplah angin yang sangat kencang sekali, yang menyebabkan terjadi di luar acara sidang. Pakaian Dewi Gangga tersingkap sehingga kelihatan tubuhnya yang sangat menarik nafsu birahi. Melihat hal yang demikian semua dewa-dewa pada tunduk, agar jangan memalukan sang Dewi. Namun Dewa Mahabisa bahkan sebaliknya, dan sangat memperhatikannya dengan seksama. Melihat perbuatan kedua dewa itu marahlah Hyang Brahma dan memerintahkan agar keduanya lahir ke dunia. Dewi Gangga lahir ke dunia dengan nama Dewi Gangga di tepi sungai Gangga dan Dewa Mahabisa dengan nama Shantanu, sebagai putra Raja Pratipa. Pada waktu Raja Pratipa berburu, berjumpa dengan Dewi Gangga. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata (1) “Penyebab kelahiran ke dunia”” »