Header image alt text

Arya Sastra

Guru yang sejati adalah seorang yang terus belajar sepanjang hidupnya.

Nah marilah saya ambilkan satu contoh yang dapat dipetik dari lanjutan ceritera ini. Dengan tekad yang bulat Arjuna meninggalkan saudara-saudara beserta ibunya dan masuk hutan. Dalam perjalanannya, pernah saya mendengar dari pedalangan, bahwa Arjuna dihadang oleh raja ular yaitu Ulupi. Dan berakhir dengan perkawinan dengan raja ular itu sendiri. Juga menjumpai pancuran yang berlainan warna airnya. Read more

Setelah diceritrakan Ekacakra, akan mulai dengan Pandawa menempuh swayembara. Hal mana dapat diketahui adalah karena datangnya seorang Brahmana, dan juga nasehat dari Wyasa. Dengan samarannya sebagai seorang siswa dari Bagawan Domya sebagai seorang Brahmana. Berangkatlah Pandawa ke negeri Pancala untuk memperebutkan Dewi Drupadi puteri Raja Drupada. Setelah swayembara dibuka, dan setelah para Raja mencobakan mengangkat busur panah yang menjadi bahan swayembara itu gagal, turunlah Karna. Tetapi sayang bagi Karna, karena sebelum dia sampai pada tempat busur diletakkan, mendapat cegatan. Hal ini disebabkan oleh karena Karna bukan satria, melainkan seorang anak kusir dokar. Dan ayahnya adalah Adirata si kusir dokar. Dengan demikian kembalilah Karna ditempatnya dengan penyesalan dan kesedihan. Read more

Kita tinggalkan Wanamartha dan melanjutkan ke Ekacakra. Di dalam mengadakan pemusatan pikiran itu sering gangguan-gangguan datang yang dapat menggagalkannya. Di sini kita lihat suatu ceritera kesedihan seorang Brahmana yang disebabkan oleh anaknya yang akan dijadikan caru yang akan diberi sebagai makanan Raja Raksasa Bhaka. Read more

       Hal ini akan berakhir dengan turunnya Krishna untuk mendampingi Pandawa dalam setiap perjuangannya, serta nasehat dari beberapa Maharsi seperti Wyasa, Markandea, Wiswamitra, dan beberapa Dewa dari surga yang akan memberikan petunjuk serta senjata yang akan dapat mengalahkan Korawa. Wyasa adalah perlambang pikiran suci, Markandea adalah perlambang ilmu yang menjadi sumber gerak yang dapat menggerakkan dunia, dan Wiswamitra sebagai perlambang hidup persaudaraan. Dengan ke empat Dewata tadi akan dapat membantu kesadaran serta dapat melenyapkan kebingungan. Kebingungan disebabkan oleh nafsu loba tamah akan kenikmatan dunia maya yang materialistis. Read more


       Dalam menuju ke kedewasaannya putra Kuru berguru pada Bhisma, Krepa, dan Drona. Bhisma sebagai kakeknya, dalam mendidik agar putra Kuru mempunyai wadah yang kuat dalam menampung semua pengetahuan dan penderitaan yang akan diterima mereka. Tanpa mempunyai wadah kuat kita tidak akan mampu menerima semua kebijaksanaan yang akan menjadi bekal kita hidup. Read more

       Begitu juga yang timbul pada pikiran  Duryodhana.  Melihat kecakapan putra Pandu maka timbulllah perasaan iri hati, dengki, marah, suka mencela dengan kesombongannya, untuk menutupi dorongan keinginannya yang loba tamah.

Karena itu timbullah dalam pikirannya apa yang sering disebut dengan istilah Sad Atatayi. Dia tidak segan-segan melakukan tindakan-tindakan yang tidak dapat dibenarkan seperti : memfitnah, memperkosa, meracun, bermusuhan, membakar yang hanya sekedar pemuas nafsu ingin memiliki. Dari pikiran yang tersembunyi itu yang ada pada Duryodhana atau pada diri kita sebagai manusia yang tamah yang materialis, tidak segan-segan pula akan melakukan apa yang dilakukan oleh Duryodhana sendri. Inilah yang menjadikan penderitaan pada Pandawa, tetapi karena lindungan daripada Dewa-dewa akhirnya Pandawa selamat juga. Sifat itu pula yang menjadi sumber adanya perang Bharatayudha, yang mengakibatkan kematiannya sendiri beserta dengan kerajaannya. Marilah kita berusaha agar apa yang menjadikan diri kita sering tergelincir ke jurang penderitaan tak lain karena kita mau berpikir dan berbuat seperti apa yang diperbuat oleh Duryodhana. Memang untuk sementara waktu kita akan puas dengan apa yang dapat kita miliki, tanpa memperhatikan hak orang lain, dengan tidak mau tahu akan hukum karma tetapi hukum karma pasti akan menimpanya. Dan setiap kebenaran pasti menang. Tuhan bersama yang mau berbuat benar Satyam  eva jayate. Read more

       Sebagai awal dari buku ini, saya akan mulai dengan kehidupan putra Pandu dan kehidupan putra Korawa. Sebagai pengganti dari Raja Shantanu dari Wicitrawirya ialah Raja Pandu. Tetapi sebagai akibat dari kutukan kijang jantan (penjelmaan Rsi Kindama) ketika beliau berburu ke hutan Himawan, karena membunuh kijang betina yang sedang bercinta-cintaan. Kutukan itu yang isinya bahwa nanti sang Pandu akan menemui kematiannya pada waktu sedang mengadakan/menjamah isterinya. Dengan kutukan inilah mengapa kelima putra Pandawa itu merupakan hasil dari pada kekuatan cipta dari istri Pandu (Kunti). Read more

Renungan Malam Purnama di Taman Mayura, secara lengkap dapat didownload di sini.

Renungan Malam Purnama di Taman Mayura (7)

Posted by Rama Putra on April 24, 2012
Posted in Renungan  | Tagged With: , , , , | No Comments yet, please leave one

       Kalau kembali kepada tri kerangka agama, juga untuk dapat melihat hubungan Falsafah, Rituil dan Ethica sehingga dapat menemukan kekuatan yang ada serta dapat memanfaatkannya. Rituil dengan serba neka bentuk dan wujudnya. Begitu juga unsur-unsur dunia. Lalu apa yang terkandung dalam unsur-unsur rituil itu? Perlu diingat pengertian BHUWANA AGUNG dan BHUWANA ALIT atau MAKROKOSMOS dan MIKROKOSMOS. Hal itu berarti bahwa uraian dari materi rituil itu adalah merupakan uraian Falsafah atau suatu kebenaran hakekat. Unsur dunia, seperti bumi (tanah) atau hasil-hasil yang terpendam di dalam tanah, air, tumbuh-tumbuhan, binatang, unsur udara serta isinya yang lain. Read more

Renungan Malam Purnama di Taman Mayura (6)

Posted by Rama Putra on April 23, 2012
Posted in Renungan  | Tagged With: , , , , | No Comments yet, please leave one

       Kembali lagi kepada Catur Warna. Hal ini tidak saja di dalam kehidupan individu, juga dalam kehidupan sosial sebagai manusia beragama, bermasyarakat, bernegara dan berkeluarga. Dalam hidup sosial, sesuai dengan perbedaan daya kemampuan masing-masing dalam melakukan kewajiban di masyarakat, perlu adanya perbedaan tugas kewajiban, menurut ajaran agama, dipilihlah orang-orang yang mampu memegang pengetahuan ketuhanan (AGAMA). Bagi mereka diberikan untuk mengadakan pendidikan agama dan mengurusi hal-hal yang menyangkut hidup beragama. Warna yang diterimanya adalah BRAHMANA. Kedua yang dapat melaksanakan pengetahuan pengaturan hidup yang benar, dan membela serta mempertahankan hidup beragama dalam masyarakat sehingga satu dengan lainnya dapat melakukan dharmanya dengan tentram. Warna yang diberikan kepadanya KSATRIA, yang berarti melindungi kebenaran. Brahmana akan mengatur hidup spiritual dan Ksatria akan mengatur hidup materiil (phisik). Ketiga adalah sebagai badan pengaturan  alat-alat keperluan hidup (sandang pangan) diserahkan  kepada yang mempunyai modal materi. Kepada mereka diberikan warna WESYA. Keempat yang tidak mempunyai ilmu dan modal serta pikiran pengendalian, dan hanya dengan tenaga kerja melulu, kepadanya diberikan warna SUDRA. Read more