Header image alt text

Arya Sastra

Guru yang sejati adalah seorang yang terus belajar sepanjang hidupnya.

Dengan Cadu saktinya Tuhan memperlihatkan keajaiban-keajaiban

Posted by Wijaya Kusuma on Mei 25, 2015
Posted in Spiritual  | Tagged With: , ,

Apapun kehendak Tuhan akan terjadi. Pribadi manusia banyak yang tidak percaya dengan Ketuhanan. Satu-satunya cara yang beliau pergunakan adalah dengan Cadu saktinya. Beliau membuat suatu keajaiban yang tidak pernah dipikirkan oleh manusia. Continue reading “Dengan Cadu saktinya Tuhan memperlihatkan keajaiban-keajaiban” »

Awal ketidakpercayaan pada Tuhan

Posted by Wijaya Kusuma on Mei 25, 2015
Posted in Spiritual  | Tagged With: ,

Dunia sekarang terlalu berat. Siapa yang dapat merasakan? Siapa yang tidak dapat merasakan? Bagi yang dapat, dapat merasakan ketakutan, dan sebagainya. Apa yang kita rasakan sehari-hari yang muncul dalam diri sendiri (gejolak-gejolak perasaan yang muncul). Manusia diancam oleh gejolak jiwa. Di sini tergantung pada konsep hidup kita (jalur hidup kita). Tujuan semua sama, tidak ada berusaha untuk mendapat penderitaan. Gejala-gejala itu antara lain : lupa, ingat, lupa, ingat sudah keluar bicara baru ingat, dan sebagainya. Dalam kondisi yang begini dalam diri mau bagaimana? Mengapa kita kehilangan keyakinan atau kepercayaan? Siapa yang mempengaruhi? Mengapa kita tidak percaya? Ini disebabkan karena sudah terbelenggu pada kekuatan lain. Continue reading “Awal ketidakpercayaan pada Tuhan” »

Belum waktunya keluarga harmonis karena masih ada sifat durjana

Posted by Wijaya Kusuma on April 29, 2015
Posted in Uncategorized  | Tagged With: ,

Kebenaran Tuhan terletak pada hati nurani sedangkan kebenaran  manusia terletak pada perasaannya. Manusia memiliki nafsu yang besar dan budi yang luhur. Dari darah daging kita melahirkan indria. Ngulurin indria = ngulurin nafsu yang ditimbulkan oleh darah, yang diterima dari kesucian Widhi melahirkan orang yang berbudi luhur (mencari sarwa manik, baik dirasa, tetapi yang dari darah senang yang ada hubungan dengan kepentingan). Manusia pada zaman ini tidak pernah mempunyai pemikiran. Manusia akhirnya menuju pada badan ini. Manusia mengatakan hanya badannya. Tidak pernah melihat manusia dari segi budinya. Continue reading “Belum waktunya keluarga harmonis karena masih ada sifat durjana” »

Ekam evam satyam jayate

Posted by Wijaya Kusuma on April 29, 2015
Posted in Spiritual  | Tagged With: , , ,

Setiap upacara agama adalah pengantar terhadap sikap mental manusia. Perilaku manusia akan dikembangkan oleh suatu keadaan sedangkan kebenaran (kesejatian) itu adalah tetap satu. Hanya manusia yang menilai kebenaran itu menurut kondisi. Kebenaran itu adalah kodrat Tuhan (pituduh). Continue reading “Ekam evam satyam jayate” »

Mengapa persoalan kehidupan ini dikembalikan kepada Bhagawan Vyasa

Posted by Wijaya Kusuma on Maret 14, 2015
Posted in Spiritual  | Tagged With: , ,

Berpikir adalah sebagai lambang Bhagawan Vyasa, yang menulis Weda ini. Jelek berjumpa dengan baik akan melahirkan Bhagawan Vyasa. Jelek itu yang mengajar kita (menyebrangkan orang/sebagai pelayan), yang pada akhirnya diberikan penyupatan oleh Rsi Parasara. Badan itu kita supat, atma membawa baik sehingga masuk ke Puri Durga (sifat jelek) melahirkan Andama (kelahiran yang berada di bawah). Badan itu suka menuntut sehingga membawa jelek (membuat namanya jelek). Oleh karena itu badan ini harus melakukan pengabdian (bekerja tanpa pamrih). Biasanya badan ini tidak mau kerja (malas). Badan ini yang diajarkan untuk mengabdikan diri selaku tukang perahu (kepada kepentingan orang).  Kalau badan ini tidak melakukan pengabdian tetap dianggap jelek, setelah bekerja tanpa pamrih maka datang yang menyucikan diri (Parasara = tirta). Continue reading “Mengapa persoalan kehidupan ini dikembalikan kepada Bhagawan Vyasa” »

Kehidupan yang selamat diciptakan melalui kemauan dan kemampuan berpikir

Posted by Wijaya Kusuma on Februari 14, 2015
Posted in Spiritual  | Tagged With: , ,

Semua ada dalam diri sendiri tidak ada di luar. Cuma di luar hanya bayangan (di dalam cermin ada diri). Hidup adalah bayang-bayang, maka hidup di mayapada, hidup yang palsu, yang semu, tetapi kita menganggap hidup ini sejati. Kita keliru mamandang hidup ini. Dunia ini adalah dunia yang semu. Yang ada di bhuana agung ada dalam diri kita (bhuana alit). Orang yang tidak senang tutur adalah orang palsu. Bharata : dunia, kandang. Maha : luas. Kandang berisi binatang, dalam diri banyak binatang. Di dalam diri kita ada Dewa dan Bhuta. Tri Guna (Sattwam, rajas, tamas). Sattwam : berpikir ke atas, kebenaran, ke Tuhan. Tamas, ke tanah, berebut isi tanah. Dewa dilahirkan dari budi sattwam (mengerti tentang hidup, berkepribadian. Tamah (tanha) : buta, gelap. Rajas (raj) : yang berkuasa, yang mendorong kita berbudi sattwam dan tamas. Bebek melambangkan sattwam, babi melambangkan tamas, berpikir tamas menjadi buta, memperebutkan tanah. Sattwam, mengerti hidup, bagaimana mencari kerja. Dewa : suksmaning idep, tidak pernah bingung/gelisah. Sifat-sifat Tri Guna diceritakan dalam Mahabharata dan Ramayana. Continue reading “Kehidupan yang selamat diciptakan melalui kemauan dan kemampuan berpikir” »

Manusia Bhuta vs Manusia Dewa

Posted by Wijaya Kusuma on Februari 14, 2015
Posted in Spiritual  | Tagged With: , , ,

Begitu sulitnya menanamkan kesadaran pada manusia, dari manusia Bhuta supaya bisa menjadi manusia Dewa. Manusia Bhuta terjebak pada dunia material hanya berpikir kenikmatan manusia dunia, seolah-olah hidup hanya sampai di sana, tidak ada kelanjutannya. Liarnya manusia hidup sekarang seperti tidak mempunyai kelanjutan. Semua dilihat dari keinginan dirinya. Kekuatan manusia masa kini hanya untuk membuat ribut sehingga pada akhirnya semua menjadi kecewa dalam hidup ini. Manusia Dewa manusia yang tahu pasti tentang kehidupan materi sehinggga bermanfaat. Continue reading “Manusia Bhuta vs Manusia Dewa” »

Kekeliruan manusia jika tidak memperhatikan rasa

Posted by Wijaya Kusuma on Februari 6, 2015
Posted in Spiritual  | Tagged With: ,

Jangan melihat sesuatu dari penampilan walaupun penampilan bisa menampilkan yang di dalam tetapi tidak seluruhnya. Bagaimana kelirunya manusia bila  tidak memperhatikan rasa. Mengertilah perasaan orang lain. Mengertilah tuntutan suatu perasaan. Kalau tidak bisa, repot terus. Tuntutan itu sebenarnya tidak banyak, yang utama adalah diperhatikan (mau memperhatikan). Continue reading “Kekeliruan manusia jika tidak memperhatikan rasa” »

Sikap mental menghadapi perubahan yang tiba-tiba

Posted by Wijaya Kusuma on Januari 30, 2015
Posted in Spiritual  | Tagged With: , ,

Mengukur orang lain tidak boleh senang dan tidak senang. Orang yang banyak bicara (masyarakat) tidak mendapat kepercayaan. Orang sekarang sudah bosan mendengarkan pembicaraan-pembicaraan tetapi lucunya orang miskin suka bicara. Bagi orang-orang yang suka bicara dalam hati kecilnya tidak ada orang percaya. Masyarakat menganggap manusia yang suka bicara tidak perlu dipercaya. Continue reading “Sikap mental menghadapi perubahan yang tiba-tiba” »

Jangan bingung menghadapi masalah

Posted by Wijaya Kusuma on Januari 30, 2015
Posted in Spiritual  | Tagged With: ,

Pada saat sembahyang, lepaskan keterikatan semuanya. Jangan melihat diri, karena tidak akan menyelesaikan masalah. Lupakan badan. Kalau ingat pada Atma, Atma itu yang akan menyempurnakan diri kita dari lapisan-lapisan karma wasana. Continue reading “Jangan bingung menghadapi masalah” »