Header image alt text

Arya Sastra

Guru yang sejati adalah seorang yang terus belajar sepanjang hidupnya.

Di atas telah saya ceritakan raja yang memihak Pandawa. Sekarang demikian juga halnya dengan Korawa. Korawapun mengadakan perundingan untuk membicarakan bagaimana caranya untuk mengalahkan Pandawa. Juga dibicarakan siapa yang akan menjadi panglima perangnya. Sudah pimpinan ada pada Duryodhana. Setelah mengalami perdebatan sengit antara Drona, Bhisma, Salya, Karna maka didapat suatu kesimpulan Bhismalah yang menjadi panglima perangnya. Setelah itu mereka berangkat ke Tegal Kuruksetra sebagai medan perang. Adapun raja yang membantu Korawa ialah : Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Perang Bharatayudha” (5)” »

Tinggalkan saja dulu persidangan  Korawa dan Krishna, dan sekarang dilanjutkan dengan pertemuan antara Dewi Kunti, Krishna dan Karna. Karna  tidak dapat menerima nasehat ibunya yang memperingatkan agar Karna memihak Pandawa dan meninggalkan Duryodhana. Juga dinasehatkan bahwa Karna dan Pandawa adalah bersaudara. Diperingatkan pula bahwa Duryodhana adalah di pihak yang salah. Namun Karna tetap pada pendiriannya memihak Korawa. Karna juga menanyakan mengapa dirinya dibuang. Dengan perasaan iba Dewi Kunti pun menangis. Begitu juga nasehat Krishna yang panjang lebar, namun tak dapat melemahkan hati sang Karna. Sampai dengan hubungan antara Karna dengan Salya yang hanya karena sama menjadi Ratu Mandraka. Karna, tahu keadaan dan juga tahu bahwa Duryodhana dan dirinya di pihak yang salah dan akan kalah, tetapi karena sifat satrianya, dan karena berhutang budi pada Duryodhana yang mengangkat martabatnya menjadikan Adipati Angga. Setelah Krishna tidak dapat melemahkan jiwa Karna, Krishna pun merasakan dirinya telah melakukan tugas sebagai saudara tua. Dewi Kunti pun berpesan agar Putra Pandawa tidak ragu-ragu lagi dalam pertempuran. Demikian pesan yang dibawa Bhatara Krishna. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Perang Bharata Yudha” (3)” »

Marilah saya mulai saja. Setelah Pandawa terlepas dari hukuman selama 13 tahun, timbullah niatnya untuk menuntut hak miliknya, sebagian dari Hastinapura. Oleh karena diadakan perundingan yang dihadiri oleh Drupada, Baladewa, Krishna, Satyaki dan raja lainnya. Drupadi sebagai protokolnya. Setelah Drupadi menguraikan maksud dan tujuan dari perundingan itu, ialah untuk menuntut sebagian dari Hastina sebagai hak milik Pandawa. Keputusan adalah mengirimkan seorang utusan. Sebelum itu Krishna telah memperingatkan kemungkinan-kemungkinannya, bahwa Duryodhana tak akan dapat memenuhinya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Perang Bharatayudha” (1)” »

Beberapa saat yang lalu materi dalam buku ini telah ditampilkan per episode, sekarang dapat dibaca secara lengkap  dan dapat di download di sini.

Marilah kita lihat usaha yang dijalankan oleh Korawa untuk mengetahui di mana persembunyian Pandawa. Mata-mata disebarkan ke seluruh penjuru dunia. Namun hasilnya nihil. Setelah Duryodhana mendengar kematian Raja Kincaka yang amat sakti yang dibunuh oleh Gandharwa maka timbul niat jahatnya. Duryodhana akan merampas ternak Wirata yang ditempatkan di Trigarta dan sebagian mendekati Wirata. Terjadilah pertempuran dan Raja Matsya tertawan di Trigarta. Pandawa datang membantu kecuali Arjuna. Para Korawa lari dan Raja Matsya dapat dibebaskan. Tetapi Korawa yang mendekati Wirata dapat berbuat sekehendak hatinya. Namun atas saran Sairindri, Wrahatnala akhirnya menjadi kusir Raja Utara. Utara melihat musuh yang sangat banyak akan melarikan diri dari pertempuran. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (habis)” »

Lagi angka 12. Tadi  menjadi 3 yang berarti tri purusartha telah genap berarti telah dapat menggunakan keinginan dalam memenuhi keinginan, dibawa sebagai alat untuk melaksanakan kewajiban dharma (agama). Setelah 12 tahun mengembara di hutan, Pandawa sekarang harus menyembunyikan dirinya agar tidak dapat dikenal oleh siapa jua. Tempat yang dipilih adalah Wirata. Raja Wirata adalah Matsyapati. Di sana Pandawa berubah nama dan kewajiban. Yudhistira sebagai Kanka, Bima dengan nama Balawa, Arjuna dengan Wrahatnala, Dewi Drupadi dengan Siridri, Nakula dengan nama Grantika, Sahadewa dengan nama Tantipala. Semuanya diterima dengan tidak diketahui asal usulnya. Mereka bekerja dengan rajin. Balawa dapat mengalahkan Mallojina musuh yang terkuat raja Matsya. Tetapi Pandawa hampir mendapat bahaya. Hal ini disebabkan oleh Kincaka yang akan memaksakan keinginannya untuk memperistri Siridri, terpaksa harus mati dibunuh Balawa. Dengan kejadian ini Pandawa akan diusir, karena Siridri harus ikut membakar diri sebagai penyebab kematian Kincaka. Waktu tinggal 12 hari. Siridri mendapat akal dan memohon agar dapat diperkenankan tinggal di Wirata selama 13 hari lagi. Dan permohonan itu terkabul. Pandawa selamat dalam hukumannya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (22)” »

Kita sudahi saja dahulu, dan mulai lagi melanjutkan ceritera yang merupakan kehidupan Pandawa masuk hutan. Pandawa pindah ke Dwetawana. Pandawa ditipu oleh seorang Brahmana tiruan. Brahmana tadi menceriterakan bahwa alat perapian itu dilarikan oleh rusa yang masuk kepondoknya.

Bila alat itu tak dapat dikembalikan, tentunya Brahmana itu tak akan dapat mengadakan sesaji Agnihotra. Mendengar pengaduan sang Brahmana, Pandawa menyanggupi akan berburu rusa yang melarikannya. Dan segera berangkat. Tetapi apa yang terjadi. Setelah lama mencari rusa tak dapat dicari. Mereka lelah dan haus. Karena hausnya Yudhistira menyuruh Nakula mencari air. Tetapi lama tak kembali. Sebelum Nakula minum telah dicegat oleh suara gaib, tetapi tak dihiraukannya, karena saking hausnya. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (21)” »

Marilah kita lanjutkan lagi ceriteranya agar jangan terputus. Tahun kedua belas Pandawa dihutan. Hyang Indra turun ke Mercapada akan meminta kutang dan anting-anting yang dipakai Karna. Kutang baju kesaktiannya akan diminta. Sebelum Hyang Indra turun ke Mercapada, Karna telah mimpi bahwa Bhatara Surya memberitahukan akan adanya seorang Brahmana yang akan minta kutang dan anting-anting yang ada pada dirinya. Untuk itu jangan diberikan, karena akan membawa kematian dalam perang Bharatayudha kelak. Yang meminta itu tiada lain dari Hyang Indra yang berganti rupa. Namun karena akan menepati janji seorang kesatria, akan lebih baik mati daripada tidak menepati janji. Dan akan diberikan. Bhatara Surya mendengar kata Karna tadi memperingatkan agar dia meminta ganti dengan senjata yang sakti. Begitu Karna terbangun. Esok harinya datanglah Brahmana yang tiada lain daripada Hyang Indra yang meminta baju kutang serta anting-anting yang dipakainya. Dan juga Karna meminta senjata sakti kepada Brahmana tadi. Setelah senjata konta si panah sakti yang diberikan Hyang Indra tadi telah diterimanya maka Karna membuka kutang dan anting-anting yang dipakainya dan diberikannya kepada Hyang Indra. Penggunaan panah konta itu mempunyai syarat agar dipakai melawan musuh yang sakti, karena hanya dapat dipakai satu kali saja. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (20)” »

Nah saya tinggalkan saja dulu, supaya jangan bertele-tele. Lebih baik saya akan melanjutkan saja. Pada suatu hari Drupadi ditinggalkan berburu oleh para Pandawa. Pada waktu itu pula suatu kebetulan juga Raja Jayadrata, Raja Sindu, putra Raja Wredaksatra akan meminang putri Raja Salya dari Madraka. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa masuk hutan” (19)” »

Setelah genap 11 tahun menjalani hukuman di hutan, para Pandawa pindah lagi kehutan Kamyaka. Pada suatu hari datanglah Bhagawan Wyasa mengunjungi Pandawa. Melihat keadaan para Pandawa yang sangat sengsara beliau sangat hiba, dan berkata di dunia ini tak ada yang tetap. Tidak seorangpun yang pernah merasa bahagia seumur hidupnya. Tak seorang pula yang selalu menderita seumur  hidupnya. Orang bijaksana selalu teguh hatinya menghadapi kebahagian dan penderitaan. Continue reading “Menjelajahi Mahabharata “Pandawa Masuk Hutan” (18)” »